8. Aa Haby?

12 2 1
                                    

"Jangan menurunkan harga dirimu sebagai seorang wanita. Cinta lalu mengajak untuk berpacaran itu, bohong! Cinta tanpa kata qobiltu itu, bohong! Dan jika kamu menerima cinta tanpa qobiltu, maka harga diri kamu telah turun serendah rendahnya. Bahkan kamu telah menjual harga diri kamu secara cuma-cuma."
.
.
.
.
.
~>>>•<<<~

"Assalamualaikum, Windia!"

Tok! tok! tok!

"Win?! Windia! Assalamualaikum."

Tok! tok! tok!

"Khalisa Windia Azzahra! Ass--"

"Waallaikumsallam. Astaghfirullah, Nda! Kamu kenapa rusuh gitu?" Jawab Windia menatap Linda tak habis pikir. Baru saja Windia hendak makan siang bersama Deri, namun ketukan tak santai di pintu utama mampu mengurungkan niat Windia.

Jujur, Windia terlihat sangat panik bercampur bingung. Tidak biasanya Linda mengetuk pintu seperti itu. Terlebih terus berteriak dengan suara keras seperti orang ketakutan.

"B-bentar. Cape, huh.." Ujar Linda dengan nafas yang terengah. Sepulang dari Queen Seon dan menyimpan tas ranselnya, Linda langsung kembali keluar rumah dengan tergesa. Berlari sekencang mungkin menuju rumah Windia yang jaraknya cukup jauh. Walaupun satu komplek, jarak di antara rumah mereka tidak lah dekat.

Mungkin jarak yang terbentang di antara rumah mereka, sekitar sepuluh sampai dua puluh rumah.

"Kamu lari ke sini?" Dengan nafas yang masih terengah, Linda mengangguk.

"Ya Allah, ngapain lari? Biasanya suka pake sepeda listrik kan?"

"Aku mau nunjukin sesuatu sama kamu, penting. Jadi gak ada waktu buat keluarin sepeda nya dari  garasi." Jawab Linda berusaha berbicara dengan normal. Windia menatap kasihan Linda sembari mengusap punggung sahabatnya.

"Duduk gih di ayunan. Aku ambil minum dulu buat kamu." Tanpa persetujuan Linda, Windia langsung berlalu guna mengambil air minum untuk Linda.

Sedangkan Linda melangkahkan kakinya menuju ayunan yang tadi di duduki oleh Windia dan Deri. Beberapa saat menunggu, Windia menghampiri Linda dengan membawa air minum sekaligus makanan ringan untuk Linda.

Dan untuk dirinya sendiri, ia membawa piring berisikan nasi beserta lauknya. Karena memang niat awal Windia makan siang. Windia tidak boleh telat makan, jika sampai terjadi, asam lambung nya bisa kambuh.

"Maaf ya, aku jadi ngerepotin." Ungkap Linda setelah meminum es jeruk.

"Gak usah minta maaf, kaya sama siapa aja. Eh, ini aku gak papa kan sambil makan?"

"Iya gak papa."

"Kamu mau makan juga? Aku bawa satu piring, soalnya susah."

"Gak usah. Aku masih kenyang. Sebelum pulang, tadi sempet makan-makan sama temen-temen." Tolak Linda yang memang kenyataan nya seperti itu.

"Hal penting apa yang mau kamu kasih tau ke aku?" Tanya Windia sembari mulai makan setelah berdo'a terlebih dahulu.

Linda tidak menjawab, gadis itu mengotak-atik ponselnya dengan serius. Windia pun hanya terdiam, menikmati makan siangnya sembari menatap Linda yang terlihat serius.

"Ini Aa santri yang kamu salfok-in, kan?" Tanya Linda setelah beberapa saat mencari sesuatu di ponselnya. Linda ingin memastikan di dalam foto ini Raihan atau bukan. Linda tidak terlalu ingat dengan jelas bagaimana wajah Raihan. Itu sebabnya Linda ingin memastikan.

Windia memperhatikan story dalam aplikasi Instagram itu. Memperhatikan dengan teliti apakah benar itu Raihan.

"Ohok! Ohok! Ohok!"

Garis Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang