Eps 10

2.3K 149 4
                                    

Salsa duduk di sofa dengan ekspresi wajah yang sedikit gelisah. Ponselnya terus bergetar di atas meja, menampilkan nama "Papa" di layar.

Sudah berkali-kali panggilan itu masuk, dan berkali-kali juga Salsa mematikannya.

Lian, yang sedang duduk di sampingnya, menatap Salsa dengan penuh perhatian.

Dia tahu Salsa sedang berjuang dengan perasaannya, dan itu membuatnya merasa ikut terbebani.

"Sayang," Lian akhirnya membuka suara, suaranya lembut dan penuh pengertian.

"Mungkin kamu harus bicara sama Papa kamu. Aku tahu kamu lagi marah, tapi mereka pasti khawatir banget."

Salsa menghela napas panjang, matanya mulai berkaca-kaca.

"Aku takut sayang. Aku nggak mau pulang, mereka pasti maksa aku buat nikah sama Ardi," ujarnya dengan suara serak.

Lian meraih tangan Salsa, menggenggamnya erat. "Aku ngerti sayang. Tapi kabur bukan solusi. Mereka orang tuamu, dan mereka pasti mau yang terbaik buat kamu. Kita bisa hadapi ini bareng-bareng."

Salsa menunduk, hatinya terasa berat. Ia tahu Lian benar, tapi rasa takut dan amarahnya masih menguasai.

"Tapi kalau aku pulang, mereka pasti maksa aku buat nikah. Aku nggak mau kehilangan kamu Lian."

Lian menatap Salsa dengan penuh kasih sayang, mengangkat tangannya untuk menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi Salsa.

"Kita nggak akan kehilangan satu sama lain Ca. Aku di sini buat kamu. Kita bisa hadapi ini sama-sama, tapi kamu harus berani ngomong sama mereka."

Salsa terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Lian. Akhirnya, dia mengangguk pelan, meski hatinya masih terasa berat.

"Oke, aku akan coba bicara sama mereka," ujarnya dengan suara bergetar.

Lian tersenyum dan mencium kening Salsa lembut. "Itu keputusan yang bijak, sayang. Aku bangga sama kamu."

Setelah Salsa mengangguk dan mengatakan bahwa dia akan mencoba berbicara dengan orang tuanya, Lian tersenyum lembut.

Tanpa berkata-kata, dia menarik Salsa ke dalam pelukannya. Pelukan itu erat dan penuh dengan kehangatan, seakan-akan dia ingin menyalurkan seluruh kekuatannya kepada Salsa.

Salsa membenamkan wajahnya di dada Lian, merasakan detak jantungnya yang stabil, dan perlahan rasa takutnya mulai mereda.

Di dalam pelukan Lian, dia merasa aman, seolah-olah semua masalah di dunia bisa dihadapi selama mereka bersama.

Lian membelai rambut Salsa dengan lembut, kemudian berbisik di telinganya, "Kamu nggak sendiri sayang. Aku selalu di sini buat kamu, apapun yang terjadi."

Salsa memejamkan matanya, membiarkan air matanya jatuh dengan perasaan yang campur aduk-takut, lega, dan juga cinta.

"Terima kasih Li aku bahagia punya kamu" gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.

Lian hanya mengeratkan pelukannya, menahan Salsa seolah-olah dia tak akan pernah melepaskannya.

****

"Caca kamu nggak apa-apa, sayang? Mama khawatir banget."

Salsa balas memeluk ibunya, merasakan rasa lega meski hatinya masih diliputi perasaan bersalah.

"Caca baik-baik aja, Ma," jawabnya pelan.

Di sisi lain ruangan, papanya berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya kaku menahan amarah.

Simfoni Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang