Melesat terbang dengan kecepatan tinggi, Urata mendarat di mulut gua dan berlari masuk ke dalam dengan tergesa-gesa. Terkejut dengan kemunculan mendadak itu, semua orang yang telah berkumpul lebih awal kompak menoleh.
“Apa yang kau temukan?” tanya Lon.
Urata mengatur napasnya sejenak baru kemudian bicara. “ ... Sakazuki.”
“Ya?” Luz mengangkat satu alisnya.
“Bertepatan dengan Yoko no Tsuki, para pembuat cangkir akan mampir ke bukitku!” Seru Urata.
“Pembuat cangkir, ya. Pasti akan ada banyak yokai yang datang kesana. Ini semakin menyulitkan.” Soraru mengernyitkan dahi.
“Ah, benar, itu masalah tapi maksudku bukan itu!” Urata mengacak surainya kesal. “Bukankah mereka ahlinya membuat wadah?!”
Mendengar ini, semua mata membelalak lebar. Tanpa sepatah aba-aba, semua orang berkemas cepat dan membawa barang-barang yang sekiranya penting. Membopong Mafu yang dibungkus erat dengan selimut, Soraru membentangkan sayapnya. Luz yang sudah kembali ke wujud aslinya memanggil awan tunggangan yang kemudian dinaiki Lon, Chobihige, dan Yobiko. Urata yang jadi pemimpin rombongan kembali mengepakkan sayapnya dan mengeluarkan senjata kipasnya.
“Aku akan menghempaskan siapapun yang mendekat. Jadi fokuslah untuk terbang ke bukit,” ujar Urata.
Tidak ingin kalah, Luz menjentikkan jarinya dan mengaktifkan bola-bola api. “Aku akan urus yang terlewat.”
“Chobi, Yobiko, aku serahkan penjagaan pada kalian!” Lon duduk menyilang kaki, memangku kuali untuk membuat obat pereda sakit di jalan.
“Baik!” Seru Chobihige dan Yobiko kompak.
Melihat semua orang sudah siap, Soraru menatap Mafu yang tidur pulas sejenak sebelum kemudian menarik napas panjang. “Daitengu, pasang penghalang sekuat yang kau bisa.”
“Eh? Mau apa kau?” Urata mengerjap beberapa kali.
Maju selangkah di depan mulut gua, Soraru menoleh dan menyeringai tipis. “Menyerukan deklarasi.”
“Kau gila?! Bukannya kita mau menghindari konfrontasi dengan mereka?!” Pekik Lon tak percaya.
Memastikan Mafu dalam posisi nyaman di bahunya, Soraru mengeratkan rangkulan. “Yah, lihat saja apakah setelah ini mereka akan berani mengganggu kita.”
Dengan mata terpejam, Soraru mulai berkonsentrasi. Udara di sekitarnya bergetar, seolah-olah realitas itu sendiri merespon pada kehendaknya. Perlahan, aura biru keperakan mulai menyelimuti tubuhnya, semakin lama semakin terang hingga menyilaukan mata. Tanah di bawah kakinya retak, bebatuan kecil melayang ke udara seolah gravitasi tak lagi berlaku. Rambut raven itu berubah warna menjadi biru elektrik, bergerak-gerak seolah hidup oleh energi yang mengalir di dalam dirinya. Matanya terbuka, kini bersinar dengan api biru yang menyala-nyala.
Gelombang energi spiritual yang luar biasa memancar dari tubuh Soraru, menyebar bagai rambatan gelombang suara. Udara di sekitar bergetar hebat, menciptakan gelombang distorsi visual yang memukau sekaligus menakutkan. Dalam sekejap mata, gelombang energi spiritual yang luar biasa menyapu seluruh penjuru Achira no Sekai. Dari pulau Seimei yang berhadapan dengan lautan, hingga seluruh daratan hingga bukit-bukit yang menjulang tinggi, tak ada satu tempat pun yang luput dari sentuhan kekuatan primordial ini.
Langit Achira no Sekai yang biasanya berwarna kelabu kini berubah menjadi lautan biru elektrik. Gelombang energi spiritual yang dipancarkan terus merambat dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Sehingga setiap jiwa yang hidup di dunia itu, dari manusia paling lemah hingga yokai paling perkasa, merasakan guncangan yang menembus hingga ke inti keberadaan mereka. Yokai-yokai dari berbagai jenis dan kekuatan mendadak jatuh berlutut begitu tidak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kioku no Sora || SoraMafu [ END ]
FantasiUtaite Fanfiction First book of Sore wa Ai to Yobudake Series Achira no Sekai, atau yang disebut sebagai dunia lain dimana makhluk selain manusia tinggal menjadi sebuah dunia yang tabu bila dimasuki manusia. Mereka yang tak sengaja menginjakkan kaki...