#Pondok Pesantren Al-Fikrah
"Aria."
"Apa?" Jawab Aria di sela-sela kesibukannya memakai seragam. Ia melirik Riska yang sedang berkacak pinggang di depan pintu. Aria bergegas menyiapkan peralatan sekolahnya dan segera meninggalkan ruang berukuran 5x4 meter itu.
"Riska, ayo berangkat." Kata Aria bersemangat sambil menuruni anak tangga.
"Woo, dasar. Siapa yang nungguin, siapa yang ditinggal." Cemberut Riska.
Di lantai bawah, Nia sudah menunggu dengan perasaan kesal. Ia sampai menguap beberapa kali gara-gara kelamaan menunggu.
"Hey Girls, ayo berangkat." Ajak Aria dengan bersemangat.
Setelah perjalanan yang agak panjang, mereka pun sampai di depan gerbang SMP Paralaya yang masih terbuka walaupun jarum jam menunjukkan pukul 07.30. Aria langsung berlarian memasuki area sekolah. Sedangkan Riska dan Nia terlihat berjalan dengan lesu.
#Kelas 7C
"Ayiii."
"Iyaa..." Jawab Aria, membalas sapaan teman-temannya.
"Pagi. Keke. Salma. Syafa. Laili. Nisa." Sapa Aria kepada anak geng-nya.
"Yi, habis ini kita kemana? Pulang pagi loh. Sayang kalo nggak dimanfaatin." Ucap Keke, sang pentolan geng sambil menjentikkan jari kelingkingnya.
"Hemm. Gimana kalo ke rel kereta api. Kita foto-foto." Pikir Aria.
"Oke deh, berangkat." Putus Keke.
#Halaman Sekolah SMP Paralaya pukul 09.00
"Riska... Nia..." Panggil Aria sambil menghampiri kedua sahabatnya itu.
"Apa?" Jawab keduanya bersamaan.
"Ehem... Gue mau pergi sama temen-temen. Kalian pulang dulu ya." Rayu Aria. Tak lama kemudian, Aria langsung meninggalkan Riska dan Nia dan menghampiri teman-temannya.
"Hah, gue bingung, emang kita dianggap apa sama Aria." Ungkap Riska.
Nia pun hanya meng-iya-kan saja.
* * *
#Pondok Pesantren Al–Fikrah
"Riska... Nia..." Teriak Aria dengan suara khasnya.
Riska yang sedang tidur-tiduran sambil membaca kitab, serta Nia yang sedang melipat baju yang baru kering hanya menanggapi ringan.
"Aria mau mandi dulu ya kawan-kawan. Panas. Lengket. Bau." Ucap Aria sambil mengambil daleman, handuk, spon mandi, sabun cair, sabun muka, sikat gigi, pasta gigi, sampo, dan kondisioner untuk dibawa ke kamar mandi.
"Aria, elo nggak takut kena?" Tanya Riska kepada Aria yang sudah turun satu anak tangga.
Aria tampak berpikir sejenak."Ehm, tenang aja Ris. Gue bisa jaga diri kok."
Tak sampai satu menit, terdengar teriakan keras membahana yang membuat Riska dan Nia yang lagi 'mager' mau tak mau harus menengok ke bawah.
Aria tergeletak di tangga tak sadarkan diri dengan kondisi mengenaskan.
* * *
"Ibuk... Ibuk..." Aria terbangun di tengah malam. Ia melihat sekeliling. Gelap. Samar-samar ia bisa mendengar suara dengkuran seseorang. Kalo nggak Riska pasti Nia. Aria menyandarkan tubuh ke dinding. Meraba-raba tubuhnya yang sekarang sudah mirip mumi, penuh perban dan bertambal-tambal. Aria memikirkan kejadian tadi yang terasa begitu cepat. Apa ini azab untukku. Gara-gara kelakuanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Apa Teman?
Short StoryNamaku Aria Saskia Maulidia Rafel. Biasa dipanggil Aria. Aku bersekolah di SMP Paralaya sekaligus menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Fikrah. Kata orang-orang, aku sih tomboy, tapi aku sih nggak ngerasa gitu. Mungkin gara-gara potongan rambut sebahu...