Saatnya mengembalikan masa-masa Caspian & Savior 😍🔥
Happy Reading🏹
Waktu terus berjalan, tetapi di dalam kamar Caspian, seolah-olah dunia telah berhenti berputar. Setiap detik yang berlalu terasa seperti jam, dan setiap helaan napas mereka terhenti di udara, terjebak dalam ketidakpastian. Caspian benar-benar tidak sadarkan diri selama berjam-jam, bahkan hingga matahari perlahan merangkak turun ke ufuk barat, menyisakan langit sore yang dipenuhi dengan semburat jingga dan ungu.
Hal yang paling dikhawatirkan tabib kini menjadi kenyataan. Tubuh Caspian mulai dilanda demam tinggi. Bibi Zeyi, yang sudah mewanti-wanti diri untuk kemungkinan ini, dengan cepat mengambil kain basah dan mengompres kening Caspian, mencoba menurunkan suhu tubuh laki-laki itu.
Raja berdiri di dekat jendela besar, memandang keluar dengan tatapan kosong. Tangannya terlipat di depan dada, jemarinya sesekali bergerak, mencerminkan kegelisahan yang merayapi hatinya.
Di ruangan yang sama, Bentely, dengan raut wajah yang tegang, sibuk memeriksa kembali perban di perut Caspian, memastikan tidak ada tanda-tanda infeksi atau komplikasi. Setelah itu, ia mengambil alih handuk kecil dari tangan Bibi Zeyi, menggantikannya untuk mengompres kening Caspian.
Di sudut ruangan, Savior berdiri dengan tubuh bersandar pada dinding, menatap lurus Caspian yang tebaring lemah di tempat tidur. Rasa bersalah terus menggerogoti dirinya, membuatnya merasa gelisah dan tak berdaya. Ia ingin melakukan sesuatu—apa saja yang bisa membantunya merasa lebih baik, tetapi yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu, dan menunggu adalah hal yang paling menyiksa baginya saat ini.
Theodore, yang sejak tadi duduk diam di kursi dekat pintu, tiba-tiba merasa tidak bisa lagi berdiam diri. Ia bangkit berdiri dan berjalan keluar, membawa langkahnya yang berat menuju teras kastil. Di sana, ia memandangi langit yang mulai gelap, mencoba mencari ketenangan dalam pemandangan sore itu. Namun, ketenangan itu tak kunjung datang, dan dengan hati yang masih gelisah, ia kembali ke dalam kamar Caspian, menyadari bahwa tempatnya adalah di sini, meski hanya untuk berbagi beban kekhawatiran.
Halfoy duduk di lantai di samping tempat tidur Caspian, tangannya menggenggam erat jemari Caspian yang tidak bergerak. Suara angin yang merayap masuk melalui celah-celah jendela adalah satu-satunya yang terdengar di antara mereka. Tidak ada lagi kemarahan yang tersisa, hanya helaan napas kasar dan kekhawatiran yang menghiasi wajah-wajah itu. Masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikirannya sendiri, terjebak dalam pusaran emosi yang tidak terucapkan.
Smentara itu, Paman Baska dan Bibi Sua tengah berada di ruang keluarga, entah sedang berbicara atau melakukan sesuatu pada Bibi Anne. Sungguh, mereka yang berada di kamar Caspian tidak peduli sama sekali.
Senja perlahan berubah menjadi malam, dan cahaya alami yang perlahan menghilang tergantikan oleh sinar lentera di kamar itu. Dalam kesunyian yang menyelimuti, Halfoy merasakan gerakan kecil dari tangan yang digenggamnya. Refleks, ia menegakkan tubuhnya dan menatap Caspian dengan harapan yang menyala.
“Caspian,” panggil Halfoy pelan, namun cukup untuk menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Bentely yang berada di sisi lain tempat tidur juga segera menyadari pergerakan itu. Dengan cemas, ia memperhatikan mata Caspian yang terlihat lemah, berusaha untuk membuka.
Dengan perlahan, setelah beberapa kali mencoba, Caspian akhirnya berhasil membuka matanya. Matanya berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya redup di kamar. Tubuhnya masih terasa lemah, tetapi setidaknya ia telah sadar.
“Caspian,” kini giliran Bentely yang memanggilnya. Meskipun tidak ada jawaban, sebuah anggukan lemah dari Caspian sudah cukup untuk menandakan bahwa ia mendengar dan mengenali mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞
Fantasy[BAGIAN KEDUA] SELESAI Setelah kematian tragis Caspian, dunia tampak berjalan seolah-olah dia tak pernah ada. Para pangeran yang dulu bersama dan merasakan kehadirannya setiap hari kini melupakan setiap momen dan kenangan tentangnya. Hanya satu oran...