HAPPY READING
09
"Bunda buat kue?" tanya Felixia, berbinar. "Tapi, kenapa tiba-tiba?"
Bunda yang baru saja meletakkan kue cokelat itu di atas meja dengan sarung tangan oven yang masih terpasang di telapak tangannya, lantas tersenyum. "Kita kan jarang bisa berkumpul seperti ini. Sekalian perayaan kecil karena kemarin IP Adek bagus."
Felixia tersenyum lebar. Ayah yang sedang berada di ruang tengah bersama dua cucunya, lantas ikut tersenyum ke arah Felixia dan Bunda secara bergantian. Kak Nayeon yang juga tengah duduk di ruang tamu, ikut tersenyum.
Felixia adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Jaraknya dan Kak Nayeon cukup jauh, yaitu dua belas tahun. Ini merupakan momen langka dimana mereka bisa berkumpul kembali dengan lengkap, karena biasanya Kak Nayeon menetap di Incheon dengan segala kesibukannya, mengingat wanita itu menjalankan sebuah klinik bersama suaminya yang juga bernotabene sebagai dokter.
Rumah sederhana yang hanya memiliki dua kamar ini selalu nyaman. Meskipun Kak Nayeon selalu menyarankan ayah dan bunda untuk melakukan renovasi dengan biaya yang Kak Nayeon tanggung sendiri, tapi ayah dan bunda tak pernah mau. Katanya, rumah itu menyimpan banyak kenangan bagi mereka karena sejak Kak Nayeon lahir, mereka sudah menempati rumah tersebut.
"Ryujin bagaimana, Dek?" tanya Ayah. "Tidak apa-apa ditinggal sendiri di apartemen?"
"Justru karena Ryujin mau jalan dengan pacarnya, Yah, maka dari itu Adek pulang ke sini," jawab Felixia. "Daripada sendirian di apartemen. Kesepian. Mending pulang ke rumah ayah dan bunda."
"Tidak ada tempat ternyaman selain rumah ya, Dek?" kekeh Kak Nayeon. "Bahkan rumah sebesar apapun, tidak akan pernah senyaman rumah dimana kita tumbuh."
Felixia mengangguk, tersenyum.
Rumah ini tak pernah berubah. Ayah dan bunda hanya mengizinkan cat ulang tembok rumah, penambahan beberapa perabotan rumah seperti AC, televisi yang lebih besar, dan sebagainya. Namun, untuk renovasi dan hal lainnya... ayah dan bunda tak pernah setuju untuk hal itu. Bahkan, katanya, rumah itu akan selalu menjadi rumah mereka sekaligus tempat bagi anak-anaknya pulang.
Drrt. Drrt.
Felixia meraih ponselnya yang dia letakkan di atas meja. Sepersekian detik, perempuan itu menautkan alisnya ketika dia melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut.
Seungmin jelek is calling...
Felixia pun bangkit dari posisinya, lalu berjalan ke dalam kamarnya dan menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut. "Halo."
"Kamu belum tidur?"
Felixia mengernyitkan dahinya. Pertanyaan macam apa itu? "Kenapa?"
"Kamu belum tidur, kan?" tanya Seungmin lagi.
"Ya, kenapa memangnya?"
"Nah, ini nih. Modelan seperti ini yang aku kenal," ujar Seungmin. Pasalnya, menurut Seungmin, haram hukumnya jika Felixia tak marah-marah kepadanya ketika mengangkat telepon.
"Apaan, sih. Kamu mau apa menelepon malam-malam?" tanya Felixia. "Aku sibuk."
"Coba keluar rumah," ujar Seungmin, membuat Felixia semakin bingung, mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, apa yang akan dilakukan lelaki itu? Mendatangi rumahnya? Yang benar saja. Mana dia tahu soal rumah orang tua Felixia. "Eh, kamu dengar, tidak? Coba keluar rumah."
YOU ARE READING
You Are the Apple of My Eyes
FanfictionSEUNGMIN-FELIX ⚠⚠WARNING⚠⚠ Rated: R-Restricted [17+] Genre: Fanfiction, Romance, Medical Tags: #genderswitch, #student, #music, #dental, #ageofyouth, #fluffy, #volleyball, #youngadult Seungmin adalah mahasiswa kedokteran gigi yang memiliki cita-cita...