Sekembali Irene dari toilet restoran. Ia semakin tampak murung yang membuat nyonya Cho khawatir dengan kondisinya. Nyonya Cho berpikir bahwa tindakannya benar-benar melukai Irene karena mengabaikannya. Sedangkan Irene berpikiran lain ditempatnya.
"Menyenangkan bisa melihat dirimu kembali." Pria itu menatapnya sendu. Irene tidak terpengaruh. Ia bahkan mengabaikan pria itu tanpa membalas sapaannya meski gurat kerinduan terpancar dari matanya.
"Permisi, aku ingin lewat." Irene tidak ingin membuang waktu. Ia mengambil sikap untuk tidak peduli. Memilih untuk segera kembali kalau saja lengannya tidak ditahan. Membuatnya mau tidak mau menatap tajam pria itu.
"Tidak bisakah kita perbaiki semua dan kembali bersama? Beritahu aku letak kesalahanku, Irene. Aku akan merubahnya. Kumohon jangan tinggalkan aku seperti ini."
"Tidak ada. Hubungan kita sudah berakhir. Itu sudah cukup jelas. Aku tidak ingin terjebak di sana. Jadi mohon jauhkan tanganmu dari tubuhku. Aku ingin pergi." Pria itu masih bergeming menatap nanar Irene. Irene mencoba melepaskan cengkeramannya namun pria itu dengan cepat menariknya ke dalam pelukannya. Ia mendekap Irene dengan erat. Membuat Irene membeku dengan perlakuan yang cukup lancang.
"Selama ini aku selalu bertanya-tanya apa yang menyebabkan kau meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Sampai detik ini aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak ingin kehilangan dirimu."
"Cukup. Cukup Minho!" Sekuat tenaga Irene berusaha keluar dari kukungan pria itu. Sampai terlepas paksa.
"Jangan pernah membahasnya lagi. Sudah aku katakan kita sudah berakhir. Tidak ada kesempatan lagi untuk kita. Jangan pernah menggantungkan harapan itu kepadaku dan jangan pernah membahas tentang ini lagi. Kita.sudah.berakhir." Setelah itu Irene langsung berbalik tanpa menunggu respon pria itu yang terdiam di tempatnya menatap punggung Irene yang pergi menjauh.
"Irene.. Irene?" Irene terkesiap saat Nyonya Cho menyentuh pundaknya. Ia terlalu larut dalam pikirannya akan kejadian di toilet. Membuatnya tidak bisa beraktivitas dengan lega. Dampaknya membuat ia lebih sering melamun.
"Eung, maaf, aku.."
"Maafkan eommoni ya. Kau pasti merasa tidak nyaman dengan tindakan eommoni yang mengabaikanmu. Eommoni tahu itu sangat tidak membuatmu nyaman. Eommoni minta maaf."
"Ya? Ah bukan begitu eommoni. Aku tidak merasa diabaikan. Eommoni tidak perlu khawatir." Irene tidak menyimak dengan begitu jelas dengan apa yang mereka bahas sebelumnya. Akibatnya timbul kesalahpahaman antara mereka. Bahkan pikirannya telah sepenuhnya dialihkan dengan sosok itu.
Alasan Irene ke toilet ingin bersembunyi. Tidak seperti dugaan Seohyun maupun Nyonya Cho yang menganggap Irene seperti terasingkan. Irene sangat khawatir ketika menangkap keberadaan sosok yang sangat ingin ia hindari. Apalagi saat sosok itu muncul dalam radius jarak yang tidak jauh dari mejanya. Ada pikiran untuk segera menyingkir agar dirinya tidak bertemu dengan sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What are We?
ChickLitWhat are We? [MATURE CONTENT 21+] Harap bijak dalam membaca :) Sinopsis: Dua manusia yang bingung dengan status yang tengah mereka jalani. Jalannya takdir membuat hubungan mereka semakin rumit. ✨ Click follow to find the other stories and get some n...