Ch. 9: Failure

533 98 13
                                    

"Untuk customer yang ini sudah dihubungi dan mereka terang-terangan ngomong kalau keuangan perusahaan mereka emang lagi nggak baik. Kemarin saya sudah hubungi langsung bagian Finance-nya dan mereka berkomitmen buat melunasi semua utangnya. Tapi, mereka nego untuk dibayar melalui skema cicilan per bulan..."

Perhatian Joshua sepenuhnya tertuju pada wanita yang kini duduk di hadapannya. Monthly meeting FAD dan S&M sudah dimulai dari tiga puluh menit yang lalu dan Joshua kesulitan untuk mengalihkan pandangannya.

Mungkin, bulan lalu, Joshua mengutuk semesta dan seisinya ketika dipertemukan kembali dengan Dahayu di monthly meeting FAD dan S&M dengan jabatan baru yang diemban wanita itu. Seandainya meeting itu bukanlah meeting wajib, mungkin dia akan mencari beribu alasan untuk keluar dari ruangan.

Namun, sekarang, semuanya berubah. Dia justru ingin mencari alasan berlama-lama di ruangan meeting agar bisa leluasa melihat Dahayu tanpa ditutupi oleh kepala-kepala lain yang memperlihatkan betapa jauh jarak kubikelnya dengan kubikel Dahayu.

Sayangnya, Dahayu terus menghindarinya selama beberapa hari terakhir.

Lucu, bukan?

Padahal sampai seminggu yang lalu, dia yang menghindari Dahayu.

"Mata lo itu bisa dikondisikan sedikit nggak?" bisik Jordan dengan suara rendah.

Dahayu masih menjelaskan berbagai macam kondisi yang dialami oleh customer yang mengalami kredit macet juga solusinya—yang sejujurnya, tidak begitu dicerna dengan baik oleh Joshua. Perhatiannya hanya berfokus pada wajah Dahayu yang terlihat semakin... cantik. Meskipun Dahayu sudah tidak lagi mengenakan seragam putih biru atau memakai bando berbagai motif atau jepit rambut warna-warni, Joshua harus mengakui kalau wanita itu masih terlihat memukau di matanya.

"Jangan terang-terangan begitu, lah, Jo," komentar Jordan lagi, refleks membuat Joshua meringis kecil.

Lalu, harus bagaimana lagi?

Joshua bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Dahayu, juga mencari tahu alasan kenapa dulu Dahayu meninggalkannya tanpa berpamitan. Dari pembicaraannya saat malam townhall, Joshua memiliki sebuah prasangka bahwa ada sesuatu—entah itu yang telah dia lakukan atau bukan—yang membuat Dahayu pergi ke Singapura tanpa mengatakan apapun padanya.

He will do whatever it takes to get an answer and rekindle their relationship.

Selagi menyusun rencana lain setelah Dahayu menolak mentah-mentah undangannya untuk datang ke ulang tahun Reihan dan Kaihan, hanya ini yang bisa Joshua lakukan—memandangi Dahayu dari jauh.

Namun, setelah mendengar teguran dari Jordan, sepertinya dia harus melakukannya dengan lebih berhati-hati. Dia tidak ingin apa yang terjadi di antaranya dan Dahayu—baik itu di masa lalu maupun saat ini—menjadi konsumsi publik.

"Berhenti lihatin Dahayu sebegitunya sebelum lo diomelin Pak Harsa." Jordan memperingatinya lagi di tengah diskusi alot antara sepupu itu. "Kalau Pak Harsa tahu lo mandangin adik sepupunya sebegitunya, lo bisa dipanggil ke ruangannya. Gue saranin lo jangan macem-macem."

Joshua mendengus. Keadaan di kantornya memang berubah seratus delapan puluh derajat semenjak status Dahayu sebagai adik sepupu Harsa terungkap. Gosip panas yang sempat berembus dan berkembang liar selama beberapa hari itu sirna. Semua orang kini menanti gebrakan seperti apa yang akan Dahayu buat untuk perusahaan keluarganya dan Joshua merasa lega karena tidak ada lagi orang-orang yang menuduh Dahayu sebagai selingkuhan atasannya sendiri.

Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, Joshua tahu Dahayu adalah orang yang baik. Dahayu tidak akan pernah sudi menjadi selingkuhan atasan. Dilandasi dengan kepercayaan itu, Joshua tidak pernah menanggapi berbagai gosip yang pernah beredar. Dia hanya mendengar, mengamati, dan menanti Dahayu ataupun Harsa memberikan klarifikasi.

Heart of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang