Introduce

6 1 1
                                    

Hello! Aku Cleo dan ini cerita pertama ku! Semoga kalian menyukainya ya!

***

Malam itu, kota Isola dengan hiasan bintang-bintang bersinar terang dengan kilauan seperti menari diatas panggung malam. Namun, itu tak tampak indah bagi seorang yang sedang kebingungan dengan perasaannya. Perasaan yang hampa tak terkatakan. Ada bagian yang kosong didalam dirinya seperti halaman kosong dalam buku yang harus terisi banyak cerita.

Jari jemarinya hanya bisa menari diatas senar gitar tua, memainkan tak tahu arah. Suara tawa, alunan musik, dan gemuruh hujan diluar bangunan rumahnya itu tidak ada apa-apa baginya. Lelaki itu sama sekali tak tertarik dengan itu.

"Emang gue ngelupain apaan ya? Apakah yang gue lupakan sebesar itu?" gumamnya menatap gitar tua itu. Perasaannya tetap kosong, hampa, tak ada yang bisa dia lakukan selain memikirkan sesuatu yang hilang."Daren! Jangan lupa minum obatnya!" Lelaki itu menoleh,"iya ibun!"

Daren menghembuskan nafas panjangnya menatap berbagai jenis obat yang berada disebelahnya.Kenapa harus gue?Gue ga mau teguk obat-obat sialan ini. Daren meremas bungkusan obat-obatan itu dengan tangan yang bergetar. Detak jantungnya meningkat, perasaan kosong itu menyerang pikirannya. Tak sadar kristal kesedihan jatuh mengenai pipinya.

Daren menepuk dadanya sebab sakit yang luar biasa yang dirinya tak mampu menahannya."S-sakit. A-air." Dengan tangan yang bergetar dengna hebat lelaki itu menarik botol airnya lalu dengan tetesan air mata ia teguk obat-obat dengan perlahan."G-gue benci ini. Gue muak!" Serunya.

Tertinggal satu obat yang harus ia teguk. Obat yang paling penting."Semoga hari ini gue bermimpi dengan tenang," ujarnya dengan cucuran duka menatap obat itu.

Glek!

Tak lama, kelopak mata lekaki itu mulai memberat, pandangannya mulai kabur, rasa kantuk yang menyerang tiba-tiba. Dengan memeluk gitar kesayangannya itu ia menutup kelopak matanya lalu berlari kedalam alam mimpi berharap menemukan kunci dari semua ini. Kunci agar ia tidak perlu meminum obat-obat penggangu hidupnya sejak kecil.

Tertidur dengan posisi bersemi dengan punggung menyandarkan kepada tembok tebal yang menjadi saksi bisu semua teriakan,tangisan,tawa dari seorang musisi Daren. Musisi yang terkenal dengan karyanya yang menyakitkan serta keindahannya.

***

Seorang perempuan dengan rambut hitam elegannya terurai membawa pedang yang tersimpan didalam kantungnya pedangnya. Jalannya yang tegak serta gagah membawa kesan pejuangnya. "Hazel?!" Perempuan ini berbalik menunjukkan mata tajamnya menatap teman satu-satu nya yang berlari ke arahnya.

"Iya? Ada apa, Yuna?" Teman perempuannya itu menunduk diiringi nafasnya yang tergesa-gesa, peluhnya menetes menuju dahi,"kamu itu berjalan namun seperti berlari. Langkah mu sangat besar dan cepat." Hazel tertawa pelan mendengarnya, lalu ia melambaikan tangan menatap Yuna yang mulai mengangkat kepalanya.

"Tidak juga, kamu saja yang terlalu lama berjalannya," balas Hazel. Yuna memutar bola mata malasnya lalu mulai menegakkan tubuhnya menatap teman petarung nya ini, "dasar Ksatria!" Hazel tertawa dengan menutup bibirnya dengan telapak tangannya yang besar itu.

"Lalu, ada apa kau menghampiri ku? Aku baru saja ingin pergi berkelana," gumam Hazel. Perempuan dengan bola mata serigala nya itu menggengam lengan Hazel lalu ujung bibirnya mulai terangkat,"kau tahu? Yang mulia memerintahkan kita berdua untuk menemukan fragmen sihir?" Hazel mengerutkan dahi lalu menggeleng tak mengerti.

"Fragmen sihir? Dimana?" Yuna menggapai gulungan kertas yang berada di saku nya lalu ia memberi kode kepada Ksatria Bulan untuk mengambilnya. Tanpa basa basi, Hazel pun menerima gulungan kertas itu lalu ia buka dengan perlahan.

"Itu surat yang mulia kasih untuk kita berdua," Hazel membaca nya dengan perlahan-lahan berusaha mencermati isi dari gulungan kertas itu,"hanya sebuah kesepakatan." Kepala Ksatria itu mulai mengangguk-angguk, sepertinya misi ini akan menyenangkan sekali.

"Dan, kita akan berkelana di Klan Darat alias Bumi!" Seketika kepala Hazel terangkat lalu ujung bibirnya ia angkat seinggi mungkin, ia gulung kembali kertas itu menatap Yuna yang ikut tersenyum tipis. "Kita bisa mencari Abiyu, Hazel. Kekasih mu!" Hazel mengepalkan tangan bersemangatnya lalu ia menggengam tangan Yuna.

"Mari bertemu dengan sang Raja! Aku tak sabar dengan misi ini."

Penantiannya selama dua puluh lima tahun akan terbayarkan juga. Kekasihnya yang hilang di medan perang itu yang ternyata dibawa oleh pasukan musuh menuju Klan Darat akan pejuang ini cari sampai dapat. Rasa rindu menggebu-gebu, serta rasa misterius di pikirannya akan terpecahkan.

Lelaki dengan rambut selalu ikut menari saat dia melompat, Ksatria Bulan itu akan berjanji pada dirinya sendiri untuk mendapatkan bintangnya kembali.

"Abiyu Theo, ku pastikan kau akan memegang pedang ini kembali."

***

Halo semua nya! Semoga suka ya dengan cerita pertama ku yang sangat serius ini. Pertama kali ku buat ceritanya tentang romnce hehehe.

See you at the next chapter

Hello (again) Where stories live. Discover now