Bagian 2

18 0 0
                                    

Airi menyenderkan tubuhnya di sofa lemas setelah membaca pesan dari ayahnya yang mengatakan jika pria itu akan pulang terlambat karena lembur. Gadis itu kembali melirik layar ponsel. Pukul 19.18. Sudah malam tapi dirinya harus memakan sesuatu karena semenjak dari sekolah ia belum makan apapun. Biasanya ada ayahnya yang akan memasak. Bukannya tidak bisa memasak hanya saja Airi sedikit lelah. Ya,hanya sedikit.

Gadis dengan celana jins pendek dipadukan kaos putih yang sedikit kebesaran itu beranjak. Sepertinya memang dia harus keluar untuk mencari makan. Setelah mengunci pintu rumah kakinya yang berbalut sandal melangkah menyusuri jalan komplek. Kebetulan convience store dengan rumahnya tidak terlalu jauh. Jadi, ia memutuskan untuk berjalan kaki daripada naik ojek online. Tepat di seberang jalan di luar komplek.

Pintu kaca itu didorong. Airi mengambil keranjang putih,lalu menyusuri rak berisi mie instan. Tangannya terulur pada sebuah mie berkemasan cup dengan bungkus merah menyala. Airi suka pedas. Kemudian dirinya bergerak menuju rak penuh minuman. Ia mengambil sebuah susu pisang. Setelah membayar ia berjalan ke arah di mana air panas tersedia. Memasak mie tersebut sebentar lalu duduk di bangku dekat dinding kaca yang memang tersedia di convience store.

Airi menghirup aroma mie dengan senyum tipis. Kedua matanya berbinar melihat mie berkuah merah yang membuat siapa saja bergidik ngeri. Tapi tidak dengan Airi. Gadis itu begitu antusias saat membuka plastik pembungkus sumpit sekali pakai di tangannya. Belum sempat Airi menyeruput mie tersebut,sebuah tangan merebut cepat seumpit ditangannya.

Sluurrrrrp

"Bagus juga selera Lo."

"Eiji?!"delik Airi kaget sekaligus kesal.

Hey,sejak kapan laki-laki itu ada di sampingnya?

Eiji melirik Airi sekilas lalu kembali menyeruput mie itu tanpa rasa bersalah membuat Airi kesal setenga mati. Airi hanya bisa menatap suapan terakhir mie ke dalam mulut Eiji nanar. Menghela nafas kasar. Gadis bercepol satu itu menyangga kepalanya dengan satu tangan sambil meminum susu pisang miliknya. Sesekali menggigit kecil ujung sedotan. Kebiasaan buruk yang Airi akui. Mungkin jika ayahnya melihat pria itu akan menegur dirinya.

Eiji yang melihat tingkah Airi menarik sudut bibirnya ke atas. Laki-laki itu mengambil sesuatu dari kantong kemeja birunya yang sengaja dibiarkan tidak terkancing. Airi yang melihatnya mengernyit heran.

"Lo makan ini aja,"jelas Eiji menyodorkan onigiri dengan isian mayonaise dan tuna.

Eiji yang melihat keterdiaman Airi berdecak kesal. Dengan cepat laki-laki itu membuka bungkus onigiri. Menarik dagu Airi,memaksa mulut gadis itu untuk terbuka dan memasukkan seperempat onigiri ke mulut. Meskipun seperempat,onigiri itu mampu membuat mulut mungil Airi penuh. Sekarang Airi nampak seperti ikan buntal.

"Manja juga ya Lo,"ejek Eiji menarik tangan Airi untuk memegang sisa onigiri itu.

"Rumah Lo sekitaran sini?"lanjut Eiji menatap lurus ke depan tepat di mana kendaraan berlalu lalang.

Airi mengangguk. Mulutnya masih berusaha menelan onigiri.

Tidak ada jawaban Eiji menengok ke samping." Beneran kayak bocah!"

Airi mematung saat jari Eiji mengusap lembut ujung bibir Airi. Mengusap sisa mayonaise yang menempel di sudut bibir Airi. Cowok itu tidak jijik sama sekali. Menatap lamat lamat kedua manik mata gadis itu. Menyusuri setiap inchi wajah Airi dengan lembut.

"Kayaknya mulai sekarang gue punya alasan buat masuk ke kelas,"ucap Eiji.

"Kamu kelas mana?" tanya Airi karena Eiji belum menjawab pertanyaannya tadi siang.

DownpourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang