Prolog

141 20 7
                                    

Di sebuah ruangan kantor....

"Amato, Amato, kamu kan sudah mendapatkan gaji 10 juta tiap bulan, juga ditambah bonus setiap kita menang tender, kenapa kau masih meminta kenaikan gaji?" Tanya Wira Permana.

"Kau tahu kan, aku membutuhkan banyak uang untuk putra-putraku, mereka masih sangat kecil, dan telah kehilangan ibu mereka, setidaknya anggap saja kau bersedekah dengan anak yatim" Ucap Amato memohon.

"Aku tahu menjadi orang tua tunggal dari 7 anak kembar itu memang berat. Tapi jika aku menaikkan gajimu bagaimana dengan yang lain, mereka juga pasti akan menuntutku" Ucap Wira.

"Tapi bukankah perusahaan ini berdiri kembali karena usahaku, kau memang direktur, tapi aku yang mengurus segalanya selama ini" Ucap Amato.

"Kalau begitu mungkin kau harus menjadi direktur dulu, agar bisa mendapatkan kenaikan gaji" Ucap Wira tertawa.

'Tertawalah sepuasnya Wira, idemu bagus juga, tapi untuk menjadi seorang direktur itu berarti aku harus menyingkirkanmu terlebih dahulu' Ucap Amato dalam hati.

*****
Amato kini sedang berada di depan sebuah rumah mewah, rumah ini adalah rumah keluarga Wira Permana, Amato sengaja datang kesini tepat pukul 12 malam untuk melancarkan aksinya. Dia akan melakukan pembantaian terhadap penghuni rumah itu.

"Dengar, habisi semuanya dan jangan sampai ada yang tersisa" Perintah Amato pada anak buahnya. Yang dibalas anggukan olehnya.

Di kamar Wira...

"Cepat tanda tangan, jika tidak akan kupotong leher istrimu ini" Ucap orang itu menyerahkan sebuah berkas.

"Surat pemindahan kuasa atas perusahaan, atas nama siapa ini? Aku tidak bisa menandatangani ini, karena aku akan menyerahkan posisi direktur pada orang lain" Ucap Wira.

"Banyak omong, cepat lakukan, atau akan aku habisi keluargamu sekarang juga" Ancam orang itu.

Dengan berat hati, Wira terpaksa menandatangani surat itu. Namun ternyata dia ditipu, setelah menandatangani surat itu, Wira dan istrinya dihabisi begitu saja, Wira mengalami luka parah di perut dan bagian kepala. Sedangkan Dwi istrinya mengalami luka gorok di bagian leher.

"Ayah!! Ibu!!" Teriak seorang anak, dia adalah Kaizo, putra pertama dari Wira Permana. Usianya baru menginjak 8 tahun.

"Habisi juga anak-anaknya, di kamar sebelah sana ada ruang bayi, habisi juga bayi itu" Ucap Amato.

"Tidak, tolong jangan bunuh adikku dia masih sangat kecil, aku mohon biarkan dia tetap hidup aku mohon" Ucap Kaizo sambil menangis.

Kaizo pun terus menghalangi orang itu masuk ke kamar adiknya, hingga sampai di dekat tangga, penjahat itu mendorong Kaizo di tangga, hingga dia jatuh terguling hingga ke lantai bawah.

"Pang..." Lirih Kaizo, hingga pandangannya menggelap.

"Apa kita harus mengecek kondisinya?" Tanya Orang itu pada temannya.

"Tidak perlu, aku yakin dia pasti sudah mati" Ucap temannya, lantas masuk ke ruangan bayi dimana adik Kaizo, Pang sedang menangis dengan keras.

"Cepat habisi, anak itu berisik sekali" Ucap Amato yang ikut masuk ke kamar Pang.

"Aku tidak bisa menghabisi seorang bayi bos, begini saja, serahkan bayi ini padaku aku akan membawanya ke tengah hutan setidaknya dia akan mati di makan binatang buas" Ucap orang itu.

"Baiklah terserah kau saja" Ucap Amato, pergi dari tempat itu.

"Tapi bagaimana kau akan membawanya dia berisik sekali?" Tanya temannya yang lain.

Orang itu mengeluarkan sebuah suntikan, dan menyuntikkannya pada bayi itu. Bayi itu pun berhenti menangis dan tertidur pulas.

Namun sebenarnya orang itu tidak benar-benar membawa bayi itu ke dalam hutan, melainkan menyerahkannya pada kakaknya yang sudah lama menikah tapi tidak bisa memiliki anak.

Dan dari sinilah kisah itu dimulai...



Happy reading ya guys

Semoga suka, ini adalah pertama kalinya Author nulis cerita seserius ini

Mohon maaf jika banyak adegan kasar di luar nalar

Mohon jangan dibawa ke kehidupan nyata

See you 👋😁

The Devil Boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang