6 | Perkara Hati

26 13 5
                                    

GRENG! GREEENG!

Motor Nadean kini sudah berada di depan halaman utama kampus mereka. Mettasha turun dari motor dan melepaskan helmnya. Begitu juga dengan Nadean yang membuka kaca helm sambil tersenyum senang.

"Pas, kan? Sepuluh menit," ujar Nadean begitu puas sambil menunjukkan jam di tangannya kepada Mettasha.

Gadis dengan rambut terurai dan sedikit berantakan itu menatap kesal sambil menyodorkan kasar helmnya kepada Nadean. "Apa yang harus gue lakuin? Cepetan! Gue gak ada waktu buat main-main sama lo!" ujarnya masih dengan nada ketus.

Nadean tersenyum manis. "Lo harus gabung di tim gue buat acara bazar yang bakal diadain bulan depan. Gak ada penolakan! Mulai hari ini, detik ini, lo udah sah jadi tim kita," ucapnya yang terdengar memaksa.

Mettasha tidak bisa menolak. Ia tidak ingin dianggap tidak berkomitmen dengan janji yang sudah diiyakannya sebelumnya.

"Gue sebenernya nggak pernah ikutan acara-acara kayak gitu, tapi gue orangnya gak pernah ingkar janji dan gue juga gak mau punya hutang budi sama lo! Jadi, mau gak mau gue harus ikutin permintaan lo! Ya, anggap aja sebagai bentuk terima kasih karena lo udah bantuin gue nggak kesiangan ikut ujian hari ini," ucap Mettasha yang tetap berusaha menjaga gengsinya.

"Yess!" seru Nadean sambil mengepal tangannya puas.

"Tapi janji satu hal! Selesai bazar nanti, lo gak boleh gangguin gue lagi! Titik!" ujar Mettasha tegas.

Nadean diam sejenak. "Oke, oke. Cuma gue nggak bisa janji juga, sih. Mungkin aja, justru malah lo yang nanti bakal sering gangguin gue," katanya seraya terkekeh sendiri.

Kening Mettasha mengerut. "Maksudnya?"

"Hah? Nggak, kok. Bukan apa-apa," Jawab Nadean sambil tersenyum.

"Cih! Gak jelas banget!" gerutu Mettasha dengan tatapan jutek. Setelah itu, ia masuk ke dalam kampus tanpa berpamitan apapun pada Nadean.

"HEII! BESOK JAM TIGA SORE GUE JEMPUT DI SINI!" teriak Nadean pada Mettasha yang sudah berjalan agak jauh darinya.

Mettasha sama sekali tidak menggubris dan tetap berjalan tanpa menoleh sedikit pun pada Nadean. "Dasar cowok gila! Kalo bukan karena ujian hari ini, gue males harus berurusan dengan banyak manusia kayak dia!" gumamnya sambil berjalan.

🌺🌺🌺

Keesokan harinya, seperti yang Nadean ucapkan bahwa dia akan menjemput Mettasha jam tiga sore di depan kampus. Masih dengan motor Ninja-nya, pria itu tampak begitu excited menanti sang gadis menuju tempatnya menunggu.

Benar saja. Tak berselang lama, Mettasha keluar dari dalam gedung. Gadis itu terlihat mengenakan celana jeans, kemeja kotak-kotak berwarna biru dan dilengkapi dengan sweater cokelat yang dikalungkan ke pundaknya, seolah ingin menyempurnakan tampilan kasualnya.

Nadean melambaikan tangan ke arahnya.

Mettasha sangat malas melihat kehadiran Nadean. "Apa lagi sih nih orang?"

Sepertinya Mettasha melupakan apa yang Nadean katakan kemarin. Entah lupa atau memang tidak mendengarnya dengan jelas.

Nadean berlari kecil menghampiri Mettasha. "Ayo!" ucapnya sambil menyodorkan helm.

Mettasha melirik sekejap ke arah helm yang Nadean berikan sebelum akhirnya tatapannya berubah tajam. "Maksudnya?" tanyanya dengan nada menekan.

"Gue, kan, udah bilang kalo hari ini bakal jemput lo jam tiga sore. Di sini. Lo lupa?" jelas Nadean masih dengan nada yang semangat.

"Hah?! Gue gak denger lo bilang gitu, ya!" bantah Mettasha.

"Hei, jangan pura-pura gak denger deh! Orang jelas-jelas kemaren gue teriaknya kenceng banget. Lo budek, ya?" ujar Nadean begitu yakin.

VIEIL AMOUR | HOSEOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang