II

271 24 8
                                    


"Kau ternyata masih menyimpannya," ucap Lea sambil memandang album foto yang ada di pangkuannya. Adriel yang saat ini tengah mengendarai mobil menuju bandara hanya mengangguk pelan. "Tentu saja," ucap Adriel.

Lea melihat dengan seksama setiap foto yang sudah agak usang itu. Matanya kemudian membulat ketika melihat foto sepasang anak kecil yang tengah tersenyum bahagia. "Ini aku, kan?" tanya Lea sambil menunjuk anak perempuan. Adriel mengangguk kemudian mengatakan, "yang laki-laki itu aku."

"Kau sama sekali tidak berubah," ungkap Lea sambil membandingkan foto anak laki-laki itu dengan Adriel. Adriel terkekeh pelan. "Oh ya? Terus kenapa kau tidak mengenalku tadi?" tanya Adriel.

"Itukan sudah lama sekali!" keluh Lea sambil terus menatap foto-foto yang ada di album. Lea melihat foto ayahnya dan paman Daniel saat paman Daniel berkunjung ke Jakarta bersama keluarganya. Saat itu, Lea masih berumur empat tahun. Pada masa itu, Lea kecil sangat cengeng, karena ibunya.  Ibunya meninggalkan Lea saat ulang tahun Lea yang ke-empat. Semenjak itu, Lea selalu mencari ibunya.

Tapi, ayah Lea selalu memberinya semangat. Ayah Lea mengatakan bahwa Lea harus menjadi wanita yang kuat. Semenjak itulah, Lea yakin bahwa ibunya pasti akan kembali . Setiap hari saat pulang sekolah, Lea selalu duduk  di ayunan di mana ibunya selalu menceritakan dongeng di ayunan itu. Tapi ibunya tak kunjung kembali, Lea mulai khawatir dan berfikir 'apakah ibu pergi karena aku?'. Akhirnya, Lea terus menangis sepanjang malam sambil mengatakan bahwa ibunya pergi karena dia.

Saat usianya genap berusia sebelas tahun,  Lea menyadari bahwa ibunya tidak akan pernah kembali dan pada saat itu pula Lea sadar bahwa ibunya sudah tidak menyayanginya lagi. Setiap kali Lea bertanya mengenai ibunya ke ayahnya, ayahnya malah mengalihkan pembicaraan. Sampai pada saat Lea mendapat ayahnya yang tengah menangis sambil menggenggam foto ibunya dan mengatakan 'kenapa kau meninggalkan kami' . Saat itulah Lea berfikir bahwa ibunya adalah orang jahat. 

Semenjak itu, Lea mulai melupakan ibunya. Lea mulai membiasakan diri tanpa adanya sosok ibu dan memulai hari-hari menyenangkan dengan ayahnya.

Tapi, yang masih Lea pertanyakan adalah kenapa ayahnya meminta Lea mencari ibunya di negara sejauh itu?

"Kau sudah enam belas tahun, kan?"

Suara Adriel membuyarkan lamunan Lea. Lea tersentak kaget kemudian mengangguk kaku. "I--iya," ucap Lea sambil kembali menyimpan album foto itu di dalam laci. "Kau sendiri?" tanya Lea.

"Delapan belas tahun," jawab Adriel sambil terus mengendarai mobilnya. Sontak, mata Adriel membulat sempurna mendengar jawaban Adriel. "Kau delapan belas tahun dan pergi sejauh ini sendiri?" tanya Lea dengan tatapan tidak percaya.

Adriel mengangguk pelan sambil terus mengendarai mobilnya. "Semenjak Ayahku dan Ibuku meninggal dalam kecelakaan pesawat, aku yang masih tujuh belas tahun saat itu harus menjalankan perusahaan dan sampai sekarang masih ." Adriel terus menggerakkan stir mobil di hadapannya.

"Tapi, kau kan masih sekolah?" tanya Lea sembari menatap Adriel dengan tatapan khawatir. Adriel mengangguk pelan. "Untung saja Ayah mengajariku cara mengatur waktu yang benar, jadi aku bisa memiliki waktu untuk hal-hal pribadi,"  gumam Adriel saat mobil yang mereka naiki mukai masuk di area bandara.

"Seperti sekarang ini? Kau datang menjemputku?"

Sekali lagi, Adriel mengangguk pelan. "Aku baru tiba kemarin, kemudian aku ke makam paman dan selanjutnya aku pergi meeting di perusahaan Ayah yang bercabang di sini. Besoknya baru aku menemuimu," jawab Adriel.

I'm In Love With Stranger [EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang