Darco dan kedua temannya sedang duduk di sebuah balkon menara sepi yang ada di asrama syltherin. draco merenung, masih mempertanyakan apa yang sudah di lihat oleh luna dalam garis tangannya. apakah itu adalah kebenaran bahwa dirinya adalah seorang Pelahap Maut yang mendedikasikan dirinya dan hidupnya kepada The Dark Lord. tangan putihnya, menyentuh sebuah tanda bergambar berkepalakan tengkorang dengan ular sebagai badannya, semacam tatto yang biasa di pakai di tubuh kalangan Muggle.
ia terus memandangi tanda itu, ia sebenarnya tidak benar benar ingin menjadi pelayan bagi The Dark Lord. bukan karena ia ingin menjadi orang yang baik seperti Potter dan teman temannya yang lain, tapi karena dia ingin menikmati masa masa mudanya seperti teman teman sebaya nya. pikiran draco terus melayang saat mengingat bagaimana ayahnya, Lucius Malfoy beserta keluarga Malfoy yang lainnya memaksa dirinya untuk mendapatkan tanda itu di pergelangan tangannya, dan terpaksa menjadi Pelahap Maut, karena desakan sang ayah. karena apa bila ia menolak, maka ayahnya akan marah dan terus memukuli dirinya. ia tidak mempermasalahkan pukulan yang di berikan oleh ayahnya pada dirinya. namun yang menjadi masalah adalah ketika ibunya Narcissa Malfoy berusaha untuk melindungi putranya dari amarah Lucius, hingga tidak jarang Lusius juga memukul dan memberikan mantra sihir yang menyakitkan kepada Narcissa.
hal itulah yang membuat draco dengan terpaksa mengikuti semua kemauan ayahnya yang juga sudah lama menjadi seorang Pelahap Maut. dan baginya keselamatan dan kebahagian ibunya adalah yang paling utama untuknya. "apa kau sudah bertemu dengan The Dark Lord, Draco?" Tanya Goyle yang dari tadi juga duduk di samping Draco yang melamun.
"tidak, aku belum bertemu lagi dengannya. belum ada perintah juga darinya" ia menarik udara malam yang dingin, membiarkan udara malam memasuki dan menjalar hingga keotaknya untuk memberi sedikit keringanan untuknya.
"aku mengerti, Draco. kau terpaksa melakukan ini, karena ayahmu" ucap Grabbe yang tahu bahwa temannya itu tidak bersungguh sungguh menjadi Pelahap Maut. walau terkesan Grabbe dan Goyle tidak peduli, tapi mereka adalah dua sahabat Draco yang setia menemani draco di saat ia benar benar muak dengan apa yang terjadi dirumahnya.
"Jangan Membicarakan hal itu disini. Mr. Grabbe!" ucap pelan dan santai seseorang, mendengar suara itu dan sebuah langkah kaki berat menuju kearah mereka, Draco dan yang lain berkesiap dan turun dari pagar balkon yang mereka duduki tadi, mereka mendapati professor Snape yang berjalan dengan wajah dingin menggunakan jubah yang melayang layang karena tiupan angin. rambutnya yang hitam sedikit panjang melayang pelan di wajah tenangnya. sekarang wajah dingin itu sudah berada dihadapan mereka, tidak ada keramahan dalam wajahnya. "dan kau, Mr. Malfoy. sebaiknya ke perpustakann dan cari buku The Dark Arts, dan kau pelajari itu, untuk menjadi bekal mu, suatu saat nanti" ucapnya dengan irama pelan.
"Apa kau mengerti?" tanyanya, memastikan dengan wajah dinginya.
"Baik, Professor" jawab draco pelan, dan langsung pergi begitu saja dengan di ikuti oleh kedua temannya.
⭐️⭐️⭐️
draco berjalan menuju menyusuri lorong yang gelap. "Mencari buku itu, huh!" gerutu Draco yang berjalan bersama kedua temannya. sekarang mereka akan keperpustakaan sekolah untuk mengambil buku tentang The Dark Arts atas perintah Professor Snape padanya tadi. draco memerintahkan kedua temannya Grabbe dan Goyle untuk berpencar agar lebih mempercepat mereka mencari buku itu, karena dia ingin cepat meninggalkan ruangan yang dia anggap membosankan itu. ia berjalan sendiri dengan malas, menyusuri setiap lorong lorong perpustakaan yang memiliki banyak sekali buku, hingga tiba ia pada lorong rak buku yang bertuliskan "Hewan Gaib". tapi bukan itu yang menjadi perhatiannya, tapi seseorang yang sedang membaca dengan tenang. Gadis berambut pirang, dengan mata birunya sedang berfokus menjelajahi satu persatu kata, kalimat dan pengetahuan yang ada di dalam buku tebal yang sampulnya terbuat dari kulit tebal. draco sedikit terpaku, dengan menyenderkan pelan badannya pada lemari penuh buku itu, membiarkan mata abu abunya melirik pada Gadis yang ia kenal sebagai luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love In Hogwarts
FantasyDisclaimer! Cerita ini terinspirasi dari novel yang di tulis oleh JK.Rowling❗️kalau ada yang berbeda ini murni imajinasi saya seperti bulan yang selalu menemani bintang, seperti bintang yang tidak akan pernah muncul di langit ketika bulan menunjukka...