25. I love you, Alin.

2.5K 69 0
                                    

Rafa keluar dari kamar, terlihat tampan dengan stelan serba hitam, membuat kening Alin mengerut, cewek itu segera mendekati suaminya.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau keluar bentar. Lo dirumah aja ya, langsung tidur," kata Rafa sambil mengusap kepala istrinya.

Melihat gelagat suaminya membuat Alin curiga.
"Lo mau ketemu sama siapa?"

"Bukan sama siapa-siapa kok, sama temen doang."

"Jangan bilang lo mau berantem." Alin berkata, membuat Rafa terdiam kehilangan kata-kata, karena ucapan Alin memang benar.
"Lo mau berantem kan, Raf? Sama siapa? Sumpah ya Raf, gue benci banget kalo lo kayak gini. Udah gue bilang kan jangan pernah nyari musuh!"

"Gue gak gitu, Al. Calm down, gue bakal baik-baik aja dan pulang dengan selamat. Doain gue ya," kata Rafa serius.

Entah mengapa membuat mata Alin berkaca-kaca.
"Janji dulu jangan berantem."

"Gue gak bisa janji, cutie. Tapi gue janji, gue bakal selalu hidup buat lo."

"TAPI KENAPA LO NGOMONG GITU ANJG! BIKIN GUE TAKUT AJA!"

"Lo takut kehilangan gue?" Rafa tersenyum miring. "Ayo jujur, lo udah cinta kan sama gue, Al?"

"Mana ada, gue gak cinta ya sama lo."

Rafa berdecak, cowok itu melihat ponselnya sebentar.
"Yaudah kalo gitu, gue pergi dulu, jaga anak kita ya sayang." Rafa mendekat mencium kening Alin sambil mengusap perut istrinya.

"Anak your hed!"

Rafa tertawa geli. "Yaampun lucu banget kalo lagi marah kayak gini. Keliatan banget kalo lo yang udah kalah."

"Nyenyenye." Alin memanyunkan bibirnya. "Awas aja kalo pulang muka lo babak belur. Gue marah sama lo."

"Gak babak belur kok, mungkin langsung mati."

"JANGAN NGOMONG GITU ANJING!"

"Yaudah makanya sekarang jujur lo udah cinta kan sama gue? Ayo ngaku."

"Gak. Kalo gue bilang gak ya enggak!" Alin memang cewek keras kepala, padahal dia sudah mulai menyukai cowok itu, bahkan mungkin sudah cinta?

"Yaudah. Jangan sampe lo nyesel ya."

"Apaan sih, gak usah ngaco." Alin mendengus kesal. "Sebenarnya lo mau kemana sih, Raf? Jujur aja sama gue."

"Alvian mau ngajak gue duel. Temennya udah meninggal, dia malah nuduh gue. Padahal malam itu dia udah ikut mukulin temennya."

Mata Alin membulat. "Astagfirullah, trus gimana?"

"Ya gak gimana-gimana. Gue terima tantangan dia lah,  orang gue gak salah."

Alin mendesah kasar. "Gue cuma minta sama lo buat jangan pernah ciptain masalah sama orang lain. Gue percaya sama lo kalo lo gak salah. Lo harus janji sama gue, jaga diri lo jangan sampe luka."

Senyuman Rafa terbit, cowok itu mengangguk sambil menarik Alin kedalam pelukannya.
"Lo juga ya, cutie. Gue sayang sama lo."

Jantung Alin berdegup kencang, sebelum Rafa keluar dari rumah, cowok itu sempat memberikan senyuman manis padanya, dan setelah Rafa menghilang di balik pintu barulah Alin bergumam.
"Gue juga sayang sama lo, Raf."

***

Di apartemen, Alin tidak bisa tidur karena memikirkan Rafa, khawatir pada suaminya itu yang belum pulang hingga pukul sebelas malam. Alin mundar mandir diruang tamu sambil menatap kearah pintu berharap Rafa segera pulang.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang