BAB 04

153 18 2
                                    

.
.
.
.

Bara dan ketiga teman barunya sudah berada di kantin. Mereka berjalan ke sebuah meja yang tak berpenghuni.

"Pesen apa guys?" Tanya Kai

"Gua bm mie ayam nih, minumnya es jeruk yak"
Jawab Rafi

"Lo bedua?"

"Samain aja dah biar kaga ribet" kai menganguk, lalu ia menarik Rafi untuk ikut bersamanya. Rafi yang di tarik hanya bisa mengumpat.

Segerombolan siswa masuk ke dalam kantin, kantin mulai ricuh dengan bisikan bisikan memuja pada segerombolan siswa itu.

Bara menatap segerombolan itu, pasti mereka geng motor yang juga pemain novel.

"Siapa Yas?"

"Itu Geng Zemore, Itu yang di depan yang mukanya datar itu Orion Tanaka Jatmiko, Ketua gengnya. Yang di belakang itu yang ketempelan cewek itu wakilnya, Kavian Anor Tirtayasa. Nah kalo yang kembar itu Regan Kadafi Sudjiwo adeknya Rigen Kadafa Sudjiwo. Yang dua nya lagi itu Langit Prana Khayian, Bumi Radja Sanjaya."

"Yang ceweknya?" Lias menatap kearah Bara dan melayangkan tatapan jijiknya.

"Itu Tassah Levita Dinata. Dia suka banget tuh nempelin tuh geng. Cengeng banget lah orangnya, jangan Ampe Lo punya masalah Ama tuh cewek. Ribet ntar ngurusin antek anteknya."

Bara hanya mengangguk, Bersamaan dengan Rafi dan juga Kai yang sudah duduk di kursi mereka.

"Nih pesenannya"

"Nuhun cees" ucap Lias

Mereka pun makan dengan khidmat, ke khidmat an itu hancur ketika pertikaian antara dua murid perempuan.

Prang!

"Lo! Tolol ya Lo!? Kalo kaga bisa bawa mangkok kaga usah bawa anjing! Goblok banget sih Lo!"
Marah wanita dengan rambut di Cepol itu.

Wanita yang satunya menunduk, ia mulai terisak.

"Lo goblok banget anjing! Gua yang kena kuah panas itu kenapa Lo yang nangis sialan! Lo nyari perkara sama gua Mulu ya Lo!"

"M-m-maaf, A-aca gak sengaja Bianka M-m-maaf"
Wanita yang menyebut dirinya Aca itu terisak dan meminta maaf kepada wanita yang ia sebut Bianka.

Bianka hanya memutar bola matanya jengah "Lo emang nyari perkara Mulu sama gua ya sialan! Sengaja kan Lo tumpahin itu di lengan gua?" Tanya Bianka sembari mendorong tubuh Bianka yang langsung terjatuh itu.

"BIANKA!" sesosok pria dan segerombolan yang tadi kita kenal sebagai geng Zemore itu menghampiri Bianka dan Aca.

"LO NGAPAIN DORONG DORONG ACA KAYAK GITU HAH? MERASA BERKUASA LO DI SINI HAH!?" Bentak orang itu. Bianka menutup matanya.

"Gua cuma dorong ga kenceng anjing! Dia nya aja yang letoy!"

Pria yang membantu Aca untuk bangun itu menatap Bianka marah "Bisa banget Lo ngatain orang kaya gitu! Lo pasti dorong dia kenceng kan!?"

Bianka menatap orang itu marah. "Vian, lo kenapa ga percaya gua? Lo berubah semenjak ada jalang ini!"

"LO YANG JALANG BIANKA!" Bianka terdiam, ia menatap orang yang membentaknya barusan. Raut kecewa tak dapat ia sembunyikan lagi.

"GILA YA LO BANG! GUA ADEK LO SIALAN! LO HARUSNYA BELA GUA BUKAN ORANG LAIN!" Bianka membentak orang yang ia panggil Abang itu.

"NGAPAIN GUA BELA LO!? LO TUH BIANG DARI MASALAH!"

Bara yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka, kini beranjak dari duduknya, ia menghampiri mereka.

Bara berdiri di belakang Bianka, Orang yang membentak Bianka terkejut ketika melihat Bara di belakang Bianka.

Bianka yang masih dalam amarah kembali melayangkan protes dan membela dirinya yang tak memiliki salah saat ini.

Segerombolan itu menatap Bara dengan raut penuh tanya, siapa orang di belakang Bianka itu.

Sedangkan Dua orang kembar itu hanya tertegun menatap Bara. Perasaan takut kini menyeruak di dalam hati mereka.

Bara menatap Datar kedua kembar itu, wajahnya gelap, sungguh tak enak untuk di pandang. Mereka rasanya tercekat susah untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

"Ulangi ucapan Lo Regan Kadafi Sudjiwo." Pria yang merasa di sebut itu menegang. Kini ia sudah menunduk, tak kuasa menatap Pria yang lebih tinggi yang berdiri di belakang Bianka.

Bianka yang mendengar suara Bass milik Bara langsung menolehkan kepalanya menatap Bara dengan wajah senang.

"Abang??? Kenapa ga ada yang ngabarin Aku kalo Abang udah siuman????? Terus kenapa Abang udah sekolah lagi?" Bianka terus bertanya dan langsung memeluk Bara dengan erat.

"Seminggu yang lalu, mami mungkin lupa ngabarin kamu." Jawab Bara lembut.

Bara kembali menatap satu persatu dari mereka. Hingga pandangannya terkunci pada seseorang yang sedari tadi hanya berdiam diri.

Bara memutus tatapan mereka, ia kembali menatap kedua adiknya. "Gua tunggu di rumah, jangan pernah bentak bentak adik gua lagi, Gua acak acak markas Lo pada kalo ini terjadi lagi."

Bara meninggalkan kerumunan itu bersama Bianka yang sedari tadi memeluknya.



TBC

Haloo everyone, maafken baru bisa up. Jangan lupa vote n comment

Becoming the Main Antagonist BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang