.
.
.
.Bara membawa Bianka ke UKS, di sana sudah ada ketiga temannya.
"Eh sini sini duduk" ucap Lias.
Bara mendudukkan Bianka pada salah satu ranjang single UKS. Bara mulai mengobati Lengan Bianka yang terkena Kuah Bakso yang panas.
"Gua ga nyangka ternyata Lo adek kakak." Celetuk Rafi yang duduk di ranjang UKS lainnya.
"Iya njir kaget bat gua pas Bara ngedeket, padahal gua udah ingetin buat kaga ikut campur urusan geng bocah itu."
"Iya lagi anjir, kegocek gua cok pas Lo nanyain geng itu. Kirain gua lo kaga tau!"
Bara hanya terkekeh sembari terus mengobati luka bakar Bianka. "Ya siapa yang tau bre, gua juga rada lupa wajah tuh curut kembar"
Bianka menatap ketiga teman abangnya dengan wajah bertanya, Lias yang seakan tahu dengan tatapan itu mulai memperkenalkan diri.
"Kenalin, gua Elias. Temen Bara" Bianka membalas jabat tangan dari Lias.
"Gua Rafi, gapake Ahmad yak" ucap Rafi, Bianka tertawa kecil lalu menjabat tangan Rafi.
"Gua Kai, cowok gantengnya kelas 12 IPA 2" Rafi menoyor kepala Kai yang merasa kegantengan itu. Lias hanya memutar bola matanya malas.
"Gua Bianka" ucap Bianka sembari tersenyum.
.
.
.
.Pulang sekolah
Bara berjalan bersama Bianka, mereka hendak ke parkiran motor.
Di parkiran kini hanya ada beberapa motor saja yang tersisa, ya karena hari sudah sore. Bara tadi menunggu Bianka yang piket terlebih dahulu.
"Nih pake helmnya" Bianka mengangguk dan memakai helm milik abangnya.
"Loh, terus Abang pake apa? Masa ga pake helm?"
"Ya gapapa, Abang kan cowok." Bianka mengerut.
"Ga ada hubungannya gander sama helm Abang!" Bara hanya tertawa mendengar ujaran kekesalan Bianka.
Motor mereka kini sudah melaju keluar dari pekarangan sekolah.
.
.
.
.Bara dan Bianka masuk, di ruang tamu sudah ada Regan dan Rigen bersama dengan geng motornya itu.
Bara menghela nafas ia menyuruh Bianka masuk ke dalam terlebih dahulu. Ia menatap ke arah geng itu.
Mereka juga menatap Bara dengan canggung, sungguh keadaan yang awkward sekali.
"Regan, Rigen gua tunggu di kamar gua." Setelah mengatakannya, Bara melenggang pergi. Hal itu membuat mereka menghela nafas panjang.
"Kita ke atas dulu ya guys" ijin Regan, mereka mengangguk.
"Iya bre, yang kuat ya!"
Skip Kamar Bara
Bara sudah mengganti seragamnya dengan kaos hitam polos dan celana training abu abunya. Ia membuka pintu kaca balkonnya dan membakar satu nikotin untuk ia sesap.
Suara pintu terketuk mengalihkan perhatian Bara, dua orang masuk dengan masih menunduk.
"Berdiri di sini." Perintah Bara yang langsung di turuti kedua orang kembar itu.
"Lo tau kesalahan Lo berdua apa?" Keduanya semakin menunduk ketika mendapat pertanyaan dari Bara.
"Jawab! Ga punya mulut Lo berdua? Kemana mulut sialan Lo pas hina dan bentak adik gua?" Ujar Bara yang sedikit keras.
"M-Maaf Abang, Kita cuma ga suka Bianka yang suka ngebully orang dan semena mena"
"Kalo Lo liat adek Lo ngebully ingetin baik baik jangan langsung ngebentak kaya gitu! Oh, apa selama gua koma, Lo berdua udah berani nampar Bianka?"
Keduanya hanya diam, Bara menggeram marah.
Plak!
Plak!
Kedua orang itu menoleh ketika mendapat tamparan keras dari Bara.
"Inget ucapan gua, kalo sampe Lo berdua ngelakuin hal yang sama lagi, gua patahin kaki Lo berdua. Ingetin geng Lo jangan pernah bentak bentak Bianka lagi, gua bikin rata geng Lo itu!"
Bara kembali menghisap nikotinnya, ia menyuruh kedua orang itu tuk pergi dari hadapannya.
.
.
.
.Regan dan Rigen turun dengan wajah yang membiru di bagian pipi keduanya.
"Lo berdua kenapa anjir? Main tangan Abang Lo?" Tanya Langit
Regan hanya menghela nafas dan duduk di sebelah Bumi.
"Kak Regan, Rigen gak papa? Mau Aca obatin kak?" Regan menggeleng sedangkan Rigen hanya terdiam tak menanggapi Aca.
"Gak usah"
"Gua baru tau bro, Lo berdua punya Abang" ucap Bumi.
"Dia emang baru bangun dari koma, dan dulu emang dia sekolah di bandung sama Om Tante gua." Jelas Regan.
"Eum, Aca boleh kenalan sama Abangnya kakak gak?" Tanya Aca dengan wajah penuh binar.
Vian terkekeh, ia mengacak pucuk rambut Aca karena ia gemas. Aca menggembungkan pipinya kesal karena rambutnya di acak oleh Vian.
"Kak Vian, rambut Aca berantakan ih"
"Mending Lo jangan kenal sama Abang gua Ca"
Aca mengerut "kenapa?"
"Turutin aja apa kata gua ca, jangan Deket Deket Abang gua, jangan kenal Abang gua." Aca yang masih tak terima berdecak menatap Regan dengan mata berkaca kaca.
"Aca, dengerin aja apa kata Regan ya? Itu demi kebaikan Aca kok" Aca mengusap kedua matanya, lalu mengangguk lucu ke arah Vian.
TBC
halooo guys, how are you... saya baru bisa masuk akun ini huhu.. papay di bab selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming the Main Antagonist Brother
KurzgeschichtenAlaya Vienne, anak SMA yang prestasinya dimana mana. pada saat itu Laya tengah berjalan di lorong sekolah yang sepi karena memang para murid sedang belajar. suara tiga insan berbeda gender terdengar, si gadis membawa bawa namanya. Laya yang namanya...