3. hampir saja

191 35 27
                                    

Seminggu berlalu semenjak pertemuan Chiquita dengan kakak kelas menyeramkan nya itu. Chiquita selalu mengingat wajahnya, takut-takut nanti bertemu di kantin ataupun lorong gedung. Bukannya menghindar seperti apa yang kakak kelas itu ucapkan, tapi ini adalah bentuk dari pencegahan dari hal buruk yang akan terjadi juga perlindungan diri.

Chiquita berjalan santai menuju kantin belakang sendirian. Dari semua kantin yang ada di sekolah nya, gadis cantik itu masih belum merasakan makanan dari kantin belakang yang selalu di datangi banyak siswa. Oleh karena itu sekarang ia berinisiatif mencoba mendatangi kantin tersebut, meskipun ada sedikit rasa takut karena dengar-dengar kantin belakang itu adalah kantin yang rawan perundungan akibat jaraknya yang cukup jauh dari gedung sekolah.

Sesampainya disana, Chiquita langsung mengambil duduk di satu meja yang kosong, tepatnya di ujung sebelah kiri. Ia menelusuri keseluruhan kantin dari tempatnya duduk. Terasa nyaman dan aman, pikirnya.

Seorang pria paruh baya berjalan mendekati nya, "neng geulis hayang dahar naon?," tanya pria tersebut ramah.

Chiquita menoleh sembari tersenyum kikuk, ia menerka-nerka makanan apa yang sudah disediakan di kantin ini. Pasalnya Chiquita masih terlalu dini untuk datang sendirian ke kantin liar yang di rumorkan oleh anak kelas nya. "Mie ayamnya nya deh, Pak, satu. Sama es teh nya ya, Pak."

Pria tersebut mengangguk sebelum akhirnya pergi dari hadapan Chiquita untuk membuat pesanan gadis tersebut.

Lama Chiquita menunggu, sampai akhirnya ia merasa sedikit bosan. Matanya mengerjap menahan kantuk yang mulai melanda, Chiquita pikir, mungkin ini karena tadi malam ia begadang mengawasi adik-adik nya yang tidak bisa tidur karena ibu panti yang sibuk membuat kue bersama Haruto, sampai akhirnya ia hanya memiliki waktu sedikit untuk tidur.

Saat gadis cantik itu hendak memejamkan mata, suara berisik tiba-tiba mengalihkan perhatiannya

Chiquita menoleh, tepat ke arah sekelompok gadis yang tengah menghakimi teman sebaya nya dan dengan enteng melakukan kekerasan.

"Maksud lo apaan, bangsat!," teriak gadis yang Chiquita rasa adalah ketua dari sekelompok geng tersebut. Matanya terlalu buram untuk melihat mereka, bukan min, melainkan memang malas untuk melihat lebih jauh siapa sosok tersebut.

Berbagai cacian hina masuk mengisi pendengaran Chiquita membuat gadis itu merasa risih. Ia ingin membantu tapi Chiquita sadar akan batasan nya di sini jika ingin lulus tanpa masalah.

Alhasil gadis itu terpaksa menulikan pendengaran nya, dan  berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Chiquita menyantap makanan nya yang sudah datang. Rasa panas menjalar begitu saja membuat lidahnya terasa seperti terbakar, tapi Chiquita tak peduli. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah kepergian dirinya dari kantin sekolah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Siapa yang tidak mengenal Jung Ahyeon, queen bullying yang terkenal dengan aksi kriminal nya yang kejam juga bertumpuk di buku sp. Membuat siapapun selalu menjaga jarak darinya, terkecuali para sahabatnya tentunya.

Ahyeon terkenal dengan sifat sarkas nya yang ceplas-ceplos dan tindakannya yang selalu diluar kendali. Memanfaatkan posisinya sebagai anak dari direktur juga model papan atas agar tidak mendapatkan hukuman, meskipun begitu OSIS sering kali mencatat tindakan kriminal nya agar suatu saat nanti dapat meminta pertanggung jawaban dari direktur.

Ahyeon menatap gadis dihadapan nya sinis, ia menarik rambut gadis itu ke atas agar mendongak menatapnya.

Kini mereka ber-dua tengah menjadi tontonan seluruh warga kantin karena perundungan yang Ahyeon berikan pada gadis bernama Minju.

relationship with bullying [ chiyeon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang