8 | Dilema

25 13 1
                                    

Mettasha menatap Nadean dalam diam, sementara pria itu mengamati dengan saksama. "Ma-maksudnya gimana?" tanyanya gelagapan mendengar pernyataan tak biasa itu.

Nadean terkekeh pelan. "Gak, becanda doang, Metta. Serius banget, sih? Hm ... Ya udah, entar gue ajarin lo ngendarain motor, ya. Tapi jangan sekarang," katanya santai.

"Iya, gue juga tahu nggak sekarang, Dean. Eh, tapi kalo lo beneran keberatan atau sibuk, nggak apa-apa, kok. Gue bisa minta tolong Pak Among buat ajarin," kata Mettasha yang merasa tidak enak kepada pria itu. Ia takut permintaannya justru memberatkan Nadean.

"Gak apa-apa, Metta. Santai aja. Gue beneran mau ajarin lo, kok. Gue sama sekali gak sibuk," kekeh Nadean lagi. "Eh, makan, yuk! Makanannya enak-enak, loh!" ajaknya seraya melihat-lihat makanan di atas meja.

"Kok, lo tahu enak? Lo, kan, belum cobain dari tadi," tanya Mettasha yang ikut memperhatikan makanan-makanan itu.

Nadean tersenyum menatap Mettasha. "Um, kebetulan makanan ini dari restoran nyokap gue. Sedikit banyak gue udah pernah cobain dan lihat langsung juga proses masaknya. Jadi, gue bisa jamin kalau makanan ini enak!" jelasnya seraya mengacungkan dua jempolnya. "Dan lo juga nggak usah khawatir karena menu ini makanan rumahan dan tanpa bahan pengawet," lanjutnya menjelaskan.

"Wah, berarti bisa dibilang makanan sehat, ya?" gumam Mettasha yang mulai.

"Lo lihat ikan bakar sambal ijo itu? Rempah-rempah yang dipake beneran fresh dari kebun petani. Lo juga lihat lalapnya pada seger-seger, kan?" ujar Nadean tampak antusias.

Mettasha mengangguk-angguk. "Lo tahu banget tentang masakan, ya, Dean?"

"Hm ... mungkin karena dari kecil terbiasa lihat Mama masak kali, ya. Jadi, secara gak langsung gue sedikit banyak tahu dan ngerti tentang perbumbuan dan makanan-makanan khas Indonesia," terang Nadean lagi.

"Berarti lo jago masak dong, Dean?" tanya Mettasha lagi.

"Masak bisa, tapi kalau sampe jago kayaknya belum, deh. Semua, kan, butuh proses, Met," jawab Nadean seraya kembali tersenyum pada Mettasha.

"Berarti lo lagi dalam proses itu?" selidik Mettasha.

Nadean terkekeh pelan. "Ya, mungkin bisa dibilang gitu sih. Hm ... dan gue punya satu rahasia. Lo mau tahu nggak?" tanyanya dengan sedikit berbisik.

Kening Mettasha mengerut. "Katanya rahasia, kok, malah nanya gue mau tahu apa nggak?"

"Ya, karena gue pengen kasih tau aja ke lo. Cuma lo yang akan tahu," jawab Nadean kembali terkekeh.

Mettasha mencibir. "Ya udah, apa rahasianya?"

Nadean mendekatkan dirinya kepada Mettasha. "Sebenarnya gue ikut kursus masak," bisiknya.

Mettasha mendelik tak percaya, kemudian menatap Nadean. "Seriusan, Dean?"

"Serius. Gue pengen nanti kalau udah selesai kuliah, bisa jadi chef terkenal," jawab Nadean dengan yakin.

"Terus kenapa lo gak kuliah chef aja? Kenapa malah kuliah manajemen kayak sekarang?" tanya Mettasha heran.

"Kan, harus seimbang, Metta. Kuliah gue sekarang buat nanti menunjang bisnis gue, kan? Nah, kalo jadi chef itu tetap nanti ada tujuan formalnya untuk ke depan." Nadean tersenyum lebar menatap Mettasha.

"Wah, keren banget, Dean. Cita-cita lo terarah banget," Mettasha berdecak kagum.

Senyum Nadean memudar dan diganti tatapan lurus pada Mettasha. "Gue keren?"

Mettasha mengangguk pelan. "Iya, cita-cita lo itu. Kan, jarang ada cowok yang pengen jadi chef," jelasnya.

"Iya, sih, Met. Lo bener. Makanya ini jadi rahasia antara lo dan gue. Oke? Aminin yang baik-baik aja pokoknya," ujar Nadean dengan senyum yang kembali mengembang. "Btw, kita ngobrol melulu, makannya kapan?" kini, ia terkekeh.

VIEIL AMOUR | HOSEOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang