Dengan satu gerakan cepat, Urata mengepakkan sayapnya yang lebar dan terbang menuju aula utama istana. Ketika ia mendekati pintu ganda raksasa yang menuju ke aula, ia bisa merasakan atmosfer tegang yang merembes keluar. Penjaga Tengu di kedua sisi pintu membungkuk dalam-dalam saat Urata mendekat, lalu dengan gerakan sinkron membuka pintu, memperlihatkan pemandangan megah di dalam.
Aula utama istana adalah ruangan luas dengan langit-langit tinggi yang dihiasi lukisan-lukisan kuno menggambarkan sejarah klan Tengu. Pilar-pilar kayu berukir rumit menjulang tinggi, seolah-olah menopang langit itu sendiri. Obor-obor besar menyala di sepanjang dinding, menciptakan bayangan-bayangan yang menari dan memberi kesan misterius pada ruangan itu.
Di tengah aula, sebuah meja bundar besar terbuat dari kayu sakura tua terletak dengan anggun. Di sekeliling meja, para penatua Tengu telah duduk dalam diam, wajah-wajah tua mereka diterangi cahaya temaram dari lilin-lilin yang mengambang di udara - hasil dari sihir kuno Tengu. Mereka mengenakan jubah-jubah formal berwarna gelap dengan bordiran emas yang menggambarkan posisi dan pencapaian masing-masing.
Saat Urata melangkah masuk, suara langkah kakinya yang mantap bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam. Para penatua serentak berdiri, membungkuk hormat pada sang raja. Urata bisa merasakan ketegangan di udara, begitu pekat hingga ia merasa bisa mengirisnya dengan pedang.
"Yang Mulia," sapa salah satu penatua, Shoose, sembari menganggukkan kepalanya. "Kami sudah mendengar tentang kedatangan Abe no Seimei dan Shidousha beserta rombongan. Apakah situasinya separah yang kami duga?"
Urata mengambil tempat di kursi yang tersedia, tatapannya menyapu seluruh wajah para penatua. "Sayangnya, lebih buruk dari yang kita bayangkan. Nurarihyon dan klan pemburu yokai, keduanya mengincar Tuanku."
Suara tarikan napas tajam terdengar dari beberapa penatua. Halyosy, penatua tertua, menggelengkan kepalanya perlahan. "Dua musuh yang sangat berbahaya. Jika mereka berhasil mendapatkan Seimei-sama, keseimbangan dunia yokai akan terganggu."
"Itulah sebabnya kita harus bertindak cepat," tegas Urata. "Aku mengusulkan untuk mempersiapkan seluruh pasukan Tengu kita. Kita harus siap menghadapi perang besar yang mungkin akan segera pecah."
Keheningan menyelimuti ruangan selama beberapa saat. Para penatua tampak sedang menimbang-nimbang usulan sang raja.
"Tapi Yang Mulia," akhirnya Hanatan, satu-satunya penatua wanita, angkat bicara. "Bukankah itu berarti kita akan melanggar sumpah non-intervensi kita? Selama berabad-abad, klan Tengu kita telah bersumpah untuk tidak ikut campur dalam urusan dunia luar. Di masa lalu, Seimei-sama juga menghormati peraturan ini."
Urata mengangguk, memahami kekhawatiran Hanatan. " Aku mengerti kecemasanmu. Namun, jika kita tidak bertindak sekarang, konsekuensinya akan jauh lebih mengerikan. Bayangkan jika Nurarihyon berhasil mendapatkan Seimei-sama, ia pasti akan menghancurkan keseimbangan antara dunia yokai dan manusia. Di sisi lain, jika para pemburu yokai yang berhasil mendapatkan Mafu, mereka akan memusnahkan kita semua."
"Tapi Yang Mulia, bukankah kita bisa bersembunyi saja? Kekuatan sihir kita cukup untuk melindungi gunung ini dari ancaman luar."
Urata menggeleng tegas. "Tidak. Kita tidak bisa terus bersembunyi setelah di masa lalu Tuanku menjaga dua dunia sendirian. Sebagai makhluk tertua dan terbijaksana, kitalah yang seharusnya memikul tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan. Lagipula, cepat atau lambat, baik Nurarihyon maupun para pemburu yokai akan menemukan cara untuk menembus pertahanan kita."
Suasana kembali hening. Para penatua tampak bergulat dengan pikiran mereka masing-masing. Urata memandang satu per satu wajah para penasihatnya, berharap mereka akan memahami urgensi situasi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kioku no Sora || SoraMafu [ END ]
FantasyUtaite Fanfiction First book of Sore wa Ai to Yobudake Series Achira no Sekai, atau yang disebut sebagai dunia lain dimana makhluk selain manusia tinggal menjadi sebuah dunia yang tabu bila dimasuki manusia. Mereka yang tak sengaja menginjakkan kaki...