Hong Kong's West Kowloon Cultural District
Antisipasi sangat terasa ketika rumah lelang di Hong Kong mengumumkan peluncuran beberapa artefak yang pernah dimiliki oleh Aisin-Gioro Puyi sang kaisar terakhir Dinasti Qing, pada pembukaan kantor pusat baru. Menawarkan kipas kertas bertuliskan, sebuah buku catatan manuskrip, lukisan cat air, edisi cetak analek konfusius yang berlapis kulit dan Patek Philippe Reference 96 Quantieme Lune. Tidak ada yang bisa memprediksi hasilnya, kecuali bahwa Patek Imperial adalah lot yang paling dinanti dari musim lelang.
Ruangan dipenuhi oleh 'who's who' dari dunia seni, kolektor, serta socialite—mengklaim memiliki darah biru dari Dinasti Qing atau setidaknya pernah bertemu dengan salah satu cucu kaisar di boarding school Eropa sambil berceloteh bahwa mereka punya koneksi khusus—dan pengamat yang penasaran meski tidak pernah paham perbedaan antara Dinasti Qing dan Dinasti Tang ikut hadir untuk foto ops.
Para bidder duduk membawa katalog berisi informasi tentang item yang akan dilelang serius duduk dengan wajah terkunci. Kolektor dan bidder bergabung dengan pelindung seni membicarakan koleksi. Tak lupa sibuk menyelipkan kartu nama dan bicara tentang transaksi properti di The Peak, rumor merger konglomerat properti Shanghai, hingga pertukaran kabar terbaru tentang siapa yang berhasil membeli mansion di Repulse Bay.
Selain itu para penggemar sejarah asik menjelaskan kronologi Dinasti Qing pada siapa pun yang malang dan cukup sabar untuk mendengarkan.
Di sisi kanan ruangan, para tim untuk telephone bidder sibuk berbicara dengan klien-klien mereka melalui telepon. Mereka memonitor layar yang menampilkan penawaran secara langsung dan terus-menerus berkomunikasi dengan klien untuk memberi tahu mereka tentang perkembangan terkini.
Saat auktioneer memulai proses, ruangan menjadi lebih hening. Semua mata tertuju padanya dan layar digital yang menampilkan penawaran secara real-time. Lot pertama yakni kipas kertas bertuliskan. Suasana semakin intens ketika penawaran meningkat, terutama saat Patek Philippe Reference 96 Quantieme Lune dipanggil. Semua orang di ruangan itu tahu bahwa ini adalah puncak dari acara tersebut.
"Ladies and gentlemen, lot number three now," seru auktioneer dan layar menampilkan jam tangan yang jadi bintang malam itu. "Untouched, unrestored condition," lanjutnya dan memberi penjelasan singkat.
Di pojokan seorang pria tua berkumis melirik jam tangannya sendiri, entah karena tertarik atau merasa jamnya lebih keren. Sementara itu, bisik-bisik kecil mulai terdengar. Suasana di ruangan mulai memanas.
Lelang dimulai yang langsung dibuka penawaran pada 18 juta HKD. Para telephone bidder menyahut cepat, dan tim bersiap untuk menerima instruksi dari klien mereka di berbagai belahan dunia. Dari yang terlalu malas meninggalkan yacht dan mansion nya hingga mereka yang tidak bisa diganggu selama jam koktail di St. Regis.
Salah satu tim, Richard, terus menawar sesuai kliennya yang saat ini berada di Bangkok. "Ini contoh utama dari jam tangan yang memiliki nilai historis. Bahkan Paul Newman's Paul Newman, John Lennon's 2499, atau Omega Speedmaster Buzz Aldrin yang hilang tidak bisa dibandingkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweeter Place
Storie d'amoreAdam Wisnuthama Wardana, General Manager salah satu hotel dan resor prestisius di Indonesia, The Eden. Dikenal sebagai pria charming pewaris imperium bisnis real estate dengan hobi melancong ke negeri orang. Bertemu banyak mata namun tak ada yang ia...