- 15

1.5K 258 136
                                    

Lihat kamarku, penuh dengan bayi. Ada yang biru dan ada pun merah. Taufan dan Solar, semuanya lucu.

Bayi pertama tertidur pulas. Taufan tidak bangun-bangun walau aku menggelitiki kakinya. Bayi kedua, Solar, dia mengigau. Bayi ketiga, Ice, tidurnya lebih nyenyak daripada Taufan. Bayi Ice berkarakter suka sekali tidur siang, dan selama dia tidur, dia lebih senang ditemani. Bayi Ice tidur sambil memeluk boneka paus. Di kasurnya, bayi Ice diapit oleh dua guling dan boneka paus besar. Dia bungkus oleh selimut wol, dan wajahnya sungguh-sungguh tentram, seperti orang bersemedi dalam kultivasi Kung Fu. Bayi terakhir, bayi Blaze tidurnya mendengkur. Selain itu, kaki bayi Blaze kadang-kadang pindah kesana kemari. Kakinya sempat menginjak dan mendorong bayi Ice, hingga bayi Ice jatuh dari kasurnya, dan aku perlu membangunkan Ice untuk kembali naik ke kasur, atau bayi Ice akan tidur di ubin sampai matahari menyingsing di pagi hari. Aku lupa aku tidak berada di bumi, tidak ada matahari, dan siang serta malam cenderung sama saja. Tapi dalam perhitungan waktunya, para alien tetap beristirahat kurang lebih delapan jam untuk berhibernasi di kasur, memulihkan tenaganya, seperti bayi-bayiku.

Bayi-bayi itu belum bangun. Mereka tidur di empat kasur yang berbeda, tapi empat kasurnya hampir berdempetan. Tak mustahil bagi Blaze untuk menendang Ice sampai Ice jatuh lagi. Soalnya tidurnya Blaze pecicilan sekali. Dia bergerak ke kanan dan ke kiri.

Pada malam harinya, Blaze benar-benar tidur di kasurnya sesuai kaidah dan adab idealnya orang tidur di kasur. Kepalanya ada di headboard kasur, kakinya di bawah. Kepalanya terkulai di atas bantal. Dia memeluk satu guling. Telah kusiapkan selimut di atas perutnya. Tapi ketika tengah malam, aku mampir ke kamarnya bayi-bayi ini sesudah menyeduh kopi dengan Jugglenaut, aku malah memergoki kepalanya Blaze sudah berpindah ke perutnya Ice, dan kakinya terbentang dan menindih wajahnya Solar.

Karena aku prihatin, aku membetulkan posisi tidurnya Blaze. Kasihan Solar. Mulutnya diberi makan kaki Blaze. Aku bahkan tidak tahu apa Blaze mencuci kaki dulu sebelum tidur atau tidak.

Sekarang, pukul 06.00 AM, waktu galaksi Alpha Centaury bagian Timur, aku datang lagi untuk menengok keadaan bayi-bayinya Pak Amato. Aku takut salah satu di antara mereka digondol tikus, atau diculik Adudu—omong-omong soal Adudu, aku kenal ibunya, dan malam tadi, aku bergosip mengenai keberadaan Adudu sambil minum kopi robusta dengan Jugglenaut. Jugglenaut tidak tahu banyak, tapi Jugglenaut tempo hari menguping pembicaraaan Kapten Kaizo dan Laksamana Tarung soal misi pencarian Katakululu yang penangkarannya dibobol oleh seseorang.

Kapten Kaizo mencurigai Adudu.

Sedangkan aku tidak. Dalam berkas yang diberikan Laksamana Pian, dan sesuai pada observasiku langsung ke suaka marga satwa, pembobolan itu betulan terjadi secara sengaja. Artinya, Katakululu tidak berenang kabur melalui saluran sungai buatan, melainkan dia diculik. Keberadaan lubang di balik batuan metamorf membuktikan indikasi penculikannya. Tapi aku belum tahu siapa.

Jugglenaut bilang, Kapten Kaizo curiga pada Adudu, karena memang begitulah Adudu. Dari dulu sampai sekarang, meskipun jarang berhasil, dia tidak mau menyerah untuk merecoki Boboiboy, padahal dia dulunya sebatas seorang kurir bayarannya Amato. Ibunya Adudu itu wong sugih. Emasnya bergelantungan di setiap ceruk tubuhnya; di leher, di lingkar pinggang, di telinga, di hidung, di pergelangan kaki, di tangan, dan bahkan di setiap gantungan kunci yang dimilikinya. Adudu punya akses terhadap pembelian alat-alat canggih dari mafia senjata terbesar di galaksi, Bagogo namanya. Mengantongi informasi semacam itu, Kapten Kaizo berpikir Adudu telah menjebol paksa kamar penangkarannya Katakululu memanfaatkan senjata laser canggih Bagogo, agar dia tidak perlu repot-repot menyelinap melalui gorong-gorong atau ventilasi udara.

Boboiboy x Reader | The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang