07. Giving Up is Losing

48 15 0
                                    

"Kenapa tidak bangunkan aku, Uchiha?" [Name] berjalan dengan mata setengah terpejam menuju dapur yang sudah dikuasai Madara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa tidak bangunkan aku, Uchiha?" [Name] berjalan dengan mata setengah terpejam menuju dapur yang sudah dikuasai Madara.

Sejak membuka mata, tubuhnya langsung dihujam rasa pegal dan nyeri, membuatnya berpikir untuk mencari pijat relaksasi nanti. Langkahnya agak lambat, menunjukkan betapa lelah dan beratnya hari yang baru saja dilewati, dan harapan untuk segera menemukan kenyamanan semakin besar saat [Name] mendekati Madara.

"Masih berpikir untuk pergi ke kantor dalam keadaan seperti itu, Nara?" tanya Madara sambil mematikan kompor, lalu berbalik. Matanya langsung tertuju pada [Name] yang berdiri di ambang pintu dapur, hanya mengenakan kemeja kebesaran miliknya.

Kemeja itu sedikit melorot dari bahunya, dan panjangnya hanya mencapai paha, memperlihatkan kaki jenjang [Name], membuatnya terlihat seksi dan menggoda. Rambutnya yang sedikit acak-acakan─jelas menandakan baru saja bangun dan cuci muka─hanya menambah pesona alami yang dimilikinya, seolah tanpa usaha, menciptakan tampilan yang memikat.

"Salah siapa yang membuatku seperti ini," gumam [Name] sambil mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering. Tatapannya turun ketika merasakan sesuatu menekan perutnya, merasa tidak nyaman akibat rasa pegal yang menyebar.

"Orang yang mulai mencari masalah denganku." Madara memeluk [Name] dari belakang, lalu memberi kecupan lama di pipi, membuat [Name] menutup salah satu matanya seraya meletakkan gelas di meja. "Selamat pagi, istriku."

[Name] membalas dengan gumaman, pipinya bersemu merah. Ia menepuk pelan punggung tangan Madara yang semakin mengeratkan pelukan, dengan bahunya menjadi tumpuan dagu Madara. "Aku tidak akan pergi ke kantor. Aku butuh tidur dan tidak mau diganggu."

"Jadi pada akhirnya kamu menyerah?" Madara tersenyum, menyeringai penuh kemenangan saat melihat [Name] yang akhirnya mengakui kekalahan setelah semalam bersikeras masih kuat untuk pergi bekerja.

[Name] menghela napas berat. "Aku hanya tahu batas tubuhku." Ia menyandarkan punggungnya ke tubuh Madara yang dengan senang hati menerimanya. Kepalanya yang bersandar nyaman membuat matanya tergoda untuk kembali menjelajahi dunia mimpi. "Aku tidak cukup gila untuk terus mengikuti permainan yang kamu buat."

Madara terkekeh pelan, memberi banyak kecupan di pipi [Name] yang mendesah lelah. "Padahal aturannya sederhana, Nara. Cukup bertahan sampai salah satu menyerah. Tapi jika keduanya sepakat untuk berhenti, permainan bisa ditunda dan dilanjutkan malam berikutnya. Dan jika salah satu dari kita tidak pergi bekerja, maka dianggap kalah."

"Sederhana, tapi bisa membuat seseorang mati," desis [Name] sinis. Ia kurang istirahat beberapa hari terakhir karena mengikuti permainan Madara. Meskipun ia tidak bisa mengubah keputusan gila Madara, setidaknya ia selalu punya cara untuk membuat permainan tidak selalu menguntungkan Madara.

"Berlebihan untuk kata mati. Paling hanya pingsan sebentar," jawab Madara dengan nada santai.

Madara menaruh tangan di lutut [Name] yang melingkarkan tangan di lehernya. Dengan satu tangan, ia menggendong tubuh [Name], sementara tangan satunya membawa piring berisi makanan. Ia mengarahkannya ke meja makan dan menempatkan [Name] di pangkuannya.

INFUSION ๑ Uchiha Madara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang