Prologue

423 33 0
                                    

Yaksa seharusnya tahu walaupun perempuan yang didepannya ini sudah lama meninggalkan nama belakang miliknya yang begitu megah dan berkuasa, perempuan ini akan tetap menjadi bagian dari keluarga itu.

January Amaranthi Atmajaya atau sekarang lebih dikenal sebagai January Amaranthi pemilik Pandawa Group.

Dengan darah yang mengalir ditubuh perempuan itu harusnya bukan hal tabu melihat perempuan ini sedang beraksi dalam hal bargaining.

Darah pengusaha-nya sangat terlihat kental.

"Kenapa juga gue harus bantuin lo?"

Selalu. Pertanyaan itu selalu January lemparkan padanya.

"Lo bukan bantuin gue, lo bantuin mantan lo-"

"Lebih-lebih lagi!  Ngapain gue bantuin mantan gue? Lo kira gue gak ada kerjaan? Gue emang kelihatan stress-free tapi sebenarnya banyak yang gue pikirin" potong January sambil terus mengisap ice blend latte dengan tambahan caramel sauce yang melimpah. Matanya menatap penuh jenaka sosok Yaksa yang didepannya. Kelihatan frustasi saat menghadapi tingkah January yang semaunya.

Wong memang seharusnya begitu menurut January. Yang meminta 'tolong'  kan bukan dia tapi si Yaksa ini.

Dalam kurun tiga minggu laki-laki didepannya ini nyegat dia kesana dan kemari cuman untuk nge-jadiin January saksi dipersidangan Nakula, mantan pacarnya yang sedang terkena kasus KDRT.

January dari awal udah menolak dan bilang kalau dia gak tertarik untuk ikut serta walaupun katanya ini adalah hal yang mulia karena dia ikut andil dalam menyelamatkan nasib seseorang.

Tapi.. dih, ogah!

Dulu kemana orang-orang pas nasib dia jelek? Gak ada yang bantuin tuh!

Selain itu juga, January lagi kebanjiran job, dia perlu menjauhi segala macam gosip untuk kemaslahatan proyek-proyek yang sedang perusahannya pegang.

Dia harus bersih.

Tapi orang satu ini ngapa nguber-nguber dia mulu ya?

"Kalau lo gak mau-"

"Ya emang gue gak mau. Lo buang-buang waktu gue deh." potong January lagi yang udah mau cabut dari kursinya.

Dia emang kelihatan santai tapi dia sibuk. Semua orang mau slot ketemu sama dia.

Maklum lah orang penting

:)

"Dah ya, gue cabut-"

"Let's make a deal! Kalau lo gak mau nolongin"

Nah, kalau gini, kan enak ya?

Soalnya January lagi gak buka kesempatan untuk berbuat baik gratis tapi kalau ada imbalan boleh deh.

"Let me hear your deal then. Lo mau ngasih gue apa?" Tanya Januari yang masih berdiri. Dia gak punya keinginan buat berlama-lama.

"Dui-"

"Kalau imbalannya duit, lo cari mantan pacar Nakula yang lain aja.  Duit gue masih banyak soalnya. Tapi mantan pacar Nakula kayaknya cuman gue deh. Tapi lo cari aja dulu, kali aja dapet"

Yaksa menghela nafas.

Menghadapi manusia kayak January ini melelahkan.

"Kalau gitu lo maunya gimana?"

"Hm... interesting nih. Tapi kalau gue kasih syarat emang lo beneran mau ikutin cara main gue?"

"Kalau gak menyalahi hukum gue ikutin"

Waduh! Berpotensi sih ini menurut January.

Berpotensi untung!

Soalnya dia lagi ingin sesuatu yang cuman bisa dia dapetin dengan bantuan orang lain

Lebih spesifiknya laki-laki.

January menatap lamat ke arah Yaksa lalu menyematkan senyum yang terlihat polos.

"Yakin ya?" Tanya January kembali memastikan. Soalnya ini no turning back.

"Just say your price" balas Yaksa.

January yang awalnya berdiri kembali duduk dengan antusias.

"Listen carefully ya, penawaran ini cuman sekali aja dan harus dijawab disini. Waktu lo mikir cuman 10 menit. Soalnya gue banyak kerjaan-"

"Just say it, January" intrupsi Yaksa yang agaknya udah kesal banget sama January.

"Okay. Calm the fuck down" balas January. January memandang Yaksa dengan mata berbinar.

"I'll help with one condition"

"Apa yang lo mau?"

"One simple thing. I want your sperms"

"Hah?"

Silver LiningWhere stories live. Discover now