Jesika Permatasari adalah seorang office girl yang sedang mengandung anak pertamanya. Sang suami yang bernama Indra Arjubekti seorang buruh pabrik terbesar di kota mereka, Saat ini kandungan Jesika sudah memasuki trimester ketiga kehamilan tinggal menghitung hari saja anak mereka akan lahir ke dunia.
“Mas bangun sudah jam enam"
“Enggh iya sayang” Indra langsung membuka matanya untuk mengumpulkan nyawanya kembali alias kesadarannya
Jesika yang sudah mandi duluan langsung memakai baju kerjanya yang sudah mengetat terutama di bagian perut bahkan sela-sela baju bagian perut dan dada sampai terbuka sedikit
“Terima kasih sayang” ujar Indra setelah menerima stelan baju kerjanya
“Apa tidak pakai baju biasa aja lihat perutmu sudah turun begitu kasihan anak kita” kata Indra meringis ngilu melihat perut besar sang istri yang sudah turun itu tertekan oleh baju kerja istrinya yang super ketat
“Tidak bisa mas ini sudah peraturannya” sangga Jesika sambil terus mengelus perutnya besarnya
“Kalau sudah selesai segera turun yah kita sarapan bersama”
Mereka sangat jarang sarapan pagi bersama karena kesibukan di antaranya, walau begitu Jesika masih bersyukur mereka telah memiliki rumah sendiri sehingga tidak mengeluarkan dana untuk mengontrak rumah.
Setelah sarapan mereka berangkat dengan Indra yang mengantarkan sang istri terlebih dahulu karena jarak tempat kerja mereka searah.
“Aku duluan mas” pamit Jesika setelah mencium tangan Indra dengan takzim
“Kalau mau pulang kabarin mas yah”
“Siap bos”
Setelah melihat sang istri masuk ke dalam gedung kerjanya Indra pun bergegas menuju tempat kerjanya dirinya tidak boleh telat sebab itu akan berdampak pada gajinya yang di potong.
Yang menjadi pertanyaannya kenapa Jesika masih kerja di usia kandungannya yang sudah tua, itu karena Jesika sendiri yang meminta tambahan kerja karena biaya mereka untuk persalinan masih kurang
“Shhhhhh kok mules yah” Jesika memegangi perutnya yang terasa mulas di tangga menuju gudang office
Sebenernya sejak pagi tadi Jesika sudah mengalami kontraksi palsu dan hari ini Jesika berniat untuk mengantarkan izin cuti pada atasannya.
“Jes jangan dari tangga tadi staf cowok lagi bersihin tangga takut elu kepeleset” tegur Dodi teman Jesika di kantornya mereka cukup dekat hanya untuk makan bersama
“ Lah terus gue dari mana cok” sahut Jesika dengan bahasa gaulnya
“Noh dari lift aja Sono”
“Emang boleh dari itu” Jesika bertanya kembali karena setahunya untuk cleaning service tidak di perbolehkan menggunakan lift untuk ke lantai atas
“Udah gak papa cuman sebentar doang”
Jesika pun menuruti perkataan Dodi untuk menggunakan lift tersebut, Jesika baru pertama kali menggunakan lift membuat dirinya sedikit oleh.
Surat cuti sudah di antarkan saatnya Jesika turun ke lantai bawah, tidak ada orang yang menaiki lift kecuali Jesika sendiri.
Sejak memasuki lift Jesika merasa kan ada yang janggal di lift ini, di tambah lagi dengan kontraksi yang terus menyerang Jesika.
Brukh
“Akhhhhhhhh”
Dug
“Ouuugghhhhh”
“Akhhhhh sakittttt enggghhh ekkkhhhhhh”
Jesika terjatuh duduk dengan perut besarnya yang menghantam dinding lift bagian depan, tiba-tiba lift turun secara cepat dan berhenti mendadak membuat Jesika limbung.
“Mmmhhhh mulas sekaliii tahan yah nak jangan keluar dulu di sini”
“Sshhh ngilu bangett yah tuhann akhhhhhhhh”
“Huh huh aku harus kuat mmmhhhhh”
Jesika berusaha untuk berdiri guna meminta tolong, yang lebih apesnya Jesika lupa membawa ponselnya.
Dor dor dor
“Siapa pun di luar tolongg saya”
“Akhhhh huh huh sabar nak jangan keluar dulu”
“Sepertinya pembukaan ku sudah lengkap mmmhhhhh” Jesika menahan kemaluannya agar kepala bayi tidak cepat memasuki panggul
Tapi percuma karena bayinya terus mendorong keluar, air ketuban sudah merembes di kaki Jesika. Pasokan udara pun semakin menipis membuat dirinya kesulitan bernafas.