"Mamamu telfon barusan, lagi ada di Jakarta sama Papamu. Mau ngajak makan bareng. Kamu mau di mana?" Suara Bang Sabda kalah dengan teriakan para penonton yang memadati atrium Plaza Senayan.
"TITAH, CANTIK BANGET."
"TA, FOTO BENTAR TA."
"TA, CAKEP BANGET OUTFIT LO."
Aku berjalan pelan membelah kerumunan. "Makasih ya udah mau nontonin aku perform hari ini."
"SAMA-SAMA SAYANG." Teriakan bar-bar dari Titahku ini membuatku terenyuh. Aku ingin bisa memeluk mereka yang mengerumuniku satu persatu, lalu tersenyum berfoto ke semua kamera yang mengarah padaku.
Tapi itu selalu lebih sulit dilakukan ketika aku manggung di venue seterbuka mall, petugas keamanan begitu ketat mengamankan akses jalan bagi pengisi acara sebelum maupun sesudah perform.
Lagipula Bang Sabda yang ada di belakangku tampak mulai kuwalahan memegang semua hadiah dari Titahku, kedua tangannya penuh paper bag dan buket-buket bunga.
"Temen-temen, makasih banyak. Maaf ya nggak bisa lama-lama ngobrol. Kapan-kapan kita nongkrong lagi ya," ucapku seraya berlalu.
Aku, Bang Sabda dan kru band lanjut jalan menuju backstage. Kami nggak berdiam lama di sana, cuma merapikan alat dengan cepat sebelum pulang masing-masing.
Bang Sabda terus mengekoriku ke parkiran mobil. "Ta, gimana jadinya?" Aku mendesah kesal, memeriksa lagi ponselku yang nggak menunjukkan jejak panggilan ataupun pesan dari kedua orangtuaku.
"Mereka di mana emangnya?"
"Katanya sih habis meeting di daerah Sudirman."
"Yaudah makan di Satoo aja." Aku menyebutkan sebuah restoran di dalam hotel Shangri-La yang berlokasi di jalan Sudirman.
Bang Sabda langsung sibuk dengan ponselnya setelah membantu memasukkan semua hadiah pemberian titahku tadi, ke jok belakang mobilku.
Aku mengamatinya sedang berbicara dengan Mamaku, kemudian beralih menelepon pihak Satoo untuk membuat reservasi kilat.
"Oke, udah beres semua. Hati-hati ya nyetirnya."
"Loh mau kemana? Bang Sabda belum beres kerja hari ini, ikut aku makan di Satoo. Mamaku kan ngajak makan ini lewat Bang Sabda, ini bukan makan malam keluarga. Ini berarti makan malam bisnis, soalnya janjiannya lewat manajerku." Aku menahan langkah kepergian Bang Sabda.
"Gitu menurutmu?" Dia seperti ragu dengan ideku. Takut melewati batas dan membuat hubungan kami lebih canggung lagi. Ini hari kedua setelah aku meminta pemutusan kerjasama di antara kami.
Sebenarnya hal serius ini juga masih jadi rahasia kami berdua. Baik aku atau Bang Sabda belum cerita ke siapapun.
"Ya logikanya gitu kan?"
"Oke, aku males ribut. Yaudah aku ikut ke Satoo. Aku bawa mobil sendiri."
"Oke, ketemu di sana ya Bang."
***
Satoo ini termasuk satu dari banyaknya restoran berkonsep modern-kontemporer di Jakarta. Tapi buatku yang beberapa kali kesini dengan Bila atau Ivone, Satoo punya keistimewaan yang memenuhi seleraku.
Di Satoo, ada lebih dari lima station open kitchen yang memperlihatkan para chef terbaik mereka dalam meracik, meramu, dan memasak langsung makanan yang dipesan tamu.
Favoritku tetap Asian Kitchen Station, setelah beberapa kali berkesempatan mencoba berbagai sajian dari Western Kitchen Station, Noodles Kitchen Station, Indian Kitchen Station, Cold Kitchen Station, Dessert Kitchen Station, dan Juices and Herbs Kitchen Station.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABDA TITAH
Chick-Lit"PENGECUT KAMU SABDA. MESTINYA KALAU KAMU SUKA AKU ITU BILANG. BUKANNYA NYIMPEN SENDIRIAN, TERUS SEKARANG NINGGALIN AKU SEENAKNYA." -Titah Cinta, penyanyi 23 tahun yang ditinggal manajernya pas lagi sayang-sayangnya. "Ta, ta. Semoga kamu makin dewa...