19. Pergaulan Luas

1K 144 105
                                    

Bang Sabda : mau sarapan masakannya Tante nggak? ikut aku pulang pagi ini?

Masih jam lima kurang, aku baru saja selesai sholat shubuh saat membaca pesan dari Bang Sabda.

Kuketikkan kata 'mauuuuu' dengan huruf U yang berlebihan. Sepertinya terlalu antusias itu nggak baik. Aku menghapusnya dan jadi menimbang lagi kalimat yang tepat, untuk kukirimkan sebagai balasan.

Aku : mau, makasih ya bang 🙏

Bang Sabda : aku jemput ya? udah lama kamu nggak naik mobilku

Aku : oke. hari ini jadwal kita seharian cuma di arseri kan ya? latihan buat event di Malay, sama meeting bahas rencana fanmeet di sana? ada yang ke skip nggak?

Bang Sabda : wih mantap, kayaknya kamu beneran bisa jalan tanpa manajer lagi 👍

Aku : bang 😭

Bang Sabda : 🤣

***

"Hai Cinta." Sapaan itu terdengar sekali mengejek.

Aku mengulurkan tanganku begitu masuk mobil. "Maaf ya udah egois selama ini, yang kemaren-kemaren anggep aja nggak terjadi ya Bang. Mari kita melangkah ke depan, ke arah lebih baik lagi."

Bang Sabda tertawa lepas sampai terbatuk-batuk. "Kayak politisi lagi kampanye. Mari kita melangkah ke depan, ke arah lebih baik lagi."

"Nggak usah ngeledekin terus lah, kan udah saling maaf memaafkan. Ini capek loh tanganku nggantung terus."

Bang Sabda meraih tanganku untuk digenggamnya. "Orang yang lagi belajar itu wajar salah, aku udah maafin kamu sebelum kamu minta maaf."

"Makasih Bang. Eh, sama jangan manggil aku Cinta ya. Jangan bercandain aku sama panggilan itu." Aku menegaskan kalimat tersebut sambil melepas tautan tangan kami. Bang Sabda malah tersenyum-senyum.

"Nama kamu kan Cinta, emang berat banget sih arti kata itu. Apalagi bersanding sama kata Titah. Karaktermu sesuai banget lagi sama arti nama itu, sampe sakit kepalaku ngadepin kamu akhir-akhir ini."

"Maaf, perasaanku harusnya jadi urusanku. Maaf ya Bang udah ngasih beban."

Dia hanya menjawab dengan elusan tangan di kepalaku, tindakan yang cukup sering Bang Sabda lakukan selama ini.

Dulu aku buru-buru mengartikan perasaanku pada Bang Sabda, atau menyimpulkan sendiri perasaan Bang Sabda terhadapku, karena menganggap sentuhan ringan itu sebagai tanda rasa suka yang dia ucapkan secara tidak langsung.

Tapi beberapa waktu terakhir aku menemukan artikel lain di internet soal makna usapan di kepala yang diberikan laki-laki pada perempuan. Maksud terbesarnya sebenarnya untuk menunjukkan sikap penjagaan dan perlindungan. Layaknya seorang ayah pada anaknya, atau seorang kakak pada adiknya.

***

Satu jam perjalanan dari Kosanku di daerah Cempaka Putih ke rumah orangtua Bang Sabda di kampung Rawa Denok-Depok, kami isi dengan diskusi soal salah satu single-ku yang liriknya berbahasa inggris. Respon pendengar pada lagu berjudul 'Cancel Romance' yang kuciptakan ternyata cukup bagus, lagu itu nggak hanya ramai di circle fanbase-ku saja melainkan bisa meluas ke para pendengar baru di Indonesia maupun negeri tetangga (Malaysia).

Sampai-sampai untuk pertama kalinya aku dapat job cukup besar di Malaysia. "Tiket buat 1500 orang udah sold out loh Ta. Gokil, yang beli orang indo yang tinggal di sana apa beneran orang Malay ya?"

"Deg-degan, mana ada fanmeet pula."

"Cuma buat 30 orang yang beli tiket kategori gold. Jadi nanti konsep fanmeet-nya private, kamu nggak perlu tegang."

SABDA TITAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang