Asa Yang Aksa

1 0 0
                                    

Mempunyai sebuah harapan besar yang mungkin akan sulit kita kejar adalah sebuah hal yang menantang dalam kehidupan. Aku tahu bahwa ketika kita mempunyai sebuah harapan atau cita-cita, kita harus siap menerima berbagai resikonya entah itu sebuah resiko yang berasal dari sulitnya perjalanan kita ataupun dari hal lain.

Apa kau tahu? sulitnya mempunyai cita-cita yang benar-benar sangat aku inginkan, mungkin dari sebagian orang berpikir bahwa aku bisa meraihnya. Tapi tanpa mereka sadari meraih cita-cita tersebut merupakan hal yang cukup sulit bagiku, aku berkata bahwa aku sulit untuk meraihnya karena aku tak mendapat dukungan dari orang tuaku.

Ya, menjadi seorang penulis, banyak orang tua yang mengatakan bahwa menjadi seorang penulis bukanlah cita-cita yang hebat, mereka berpikir bahwa menjadi seorang penulis bukanlah cita-cita, melainkan hanya seorang yang hanya bisa merangkai sebuah kata.

Oh iya, perkenalkan namaku Kinanti, aku adalah siswi kelas XII yang sebentar lagi akan kelulusan, tidak-tidak bukan sebentar lagi, melainkan besok adalah hari kelulusanku. Aku adalah seorang gadis yang menginginkan menjadi seorang penulis yang hebat, menjadi seorang novelis yang terkenal, dan menjadi seorang novelis yang bisa dibanggakan.

Namun aku masih berpikir bahwa aku tidak bisa menjadi seorang penulis, karena ditentang oleh keluarga dan juga tekanan dari mereka yang menginginkan aku menjadi seorang dokter. Aku sama sekali tidak pernah memiliki harapan bahwa aku akan menjadi seorang dokter.

Di malam ini dan saat ini aku sedang duduk di kursi yang tersedia di balkon kamarku. Aku hanya merenung, memikirkan seluruh beban dan tekanan dari orang tua. saat ini aku sedang duduk di kursi yang tersedia di balkon kamarku.

"KINANNN, DIMANAA??"

Terdengar suara teriakan dari seorang perempuan paruh baya yang sudah aku kenali, ya, dia mamaku.

"DI BALKON." jawabku.

Kudengar suara pintu kamarku terbuka, lalu Mama datang dengan membawa susu coklat dan sepiring biskuit di atas nampan.

"Kamu ini, sudah larut malam kenapa belum tidur?, apa yang kamu pikirin, sayang?" tanya Mama sembari meletakkan nampan diatas meja depanku.

"Mama, kinan boleh bertanya?" aku tak menjawab pertanyaan dari Mama ku, namun ku lontarkan kembali sebuah pertanyaan.

"Boleh, kamu mau tanya apa?."

"Ma, boleh tidak jika Kinan menjadi seorang penulis, Mama kan tahu kalau menjadi seorang penulis adalah cita-cita Kinan semenjak Kinan kelas 1 SMP." ujar ku dengan menatap wajah Mama sembari tersenyum.

"Tjapi Kinan, Kamu kan tahu kalau kita sekeluarga tidak mengizinkan kamu untuk menjadi seorang penulis, Mama dan Papa ingin kamu menjadi seorang dokter itu karena kami peduli dengan masa depan kamu, Mama dan Papa ingin masa depan kamu cerah." jawab Mama.

"berarti yang Mama pikir kalau aku jadi seorang penulis masa depan aku nggak cerah?" tanyaku lagi.

"Mama tidak pernah bilang kalau kamu menjadi seorang penulis masa depan kamu tidak cerah, Mama hanya ingin..."

Aku menatap wajah Mama dengan sendu, menahan air mata agar tak jatuh saat itu.

"Ingin apa Ma?, Mama bilang kayak gitu itu artinya seolah-olah Mama menganggap bahwa menjadi seorang penulis itu buruk, dan menjadi seorang penulis tidak akan menjamin masa depan yang cerah. Itu kan yang Mama maksud, aku bukannya nggak mau nurut sama Mama, tapi aku hanya ingin menjadi sosok yang aku mau."

"Mama hanya ingin masa depan kamu yang cerah Kinan, Mama tidak pernah menuntut apapun sama kamu, bukannya baru kali ini Mama menuntut kamu buat jadi apa yang kami mau?" tanya Mama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asa Yang AksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang