Actioner • The Visibility

5 1 0
                                    

Bedah Buku

The Visibility

Karya

shadowalker_15

Username penulis: shadowalker15 (Kwikku)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Username penulis: shadowalker15 (Kwikku)

Review

1. Anis

Ehem, sejauh yang aku baca sampai chapter tiga, penulis langsung menyuguhkan narasi secara blak-blakan apa itu korupsi dan yang berhubungan dengannya.

Sejujurnya tiga chapter ini membahas keseharian yang sering kita jumpai di warung, pertanyaan guru di kelas, dan dalam keluarga. Hanya saja bagi saya terlalu monoton. Barulah di chapter belakang ada momen Adinata mewawancarai terduga korupsi dengan seseorang. Cerita mulai menarik, tapi narasi penulis masih diam di tempat. Saya harap penulis lebih memperhatikan pemilihan kalimat dalam narasi serta show dan tell-nya. Semangat!

2. Dewa

Sebelum masuk ke review, aku salut ke Dwi yang selalu ambil isu sosial buat dijadiin ide cerita, kaya dulu The Youth Crime angkat kenakalan remaja, dan sekarang The Visibility angkat isu korupsi.

Masuk ke review. Dari 10 chapter yang udah aku baca, cerita ini kesannya buru-buru, terlalu frontal dan kurang ada jiwanya. Terlalu buru-buru. Banyak scene yang rasanya patah, tidak nyambung satu sama lain. Bahkan pergantian chapter pun tidak berasa.

Terlalu frontal/blak-blakan. Aku jujur ngerasa kurang enak aja baca hampir semua bagian isinya langsung nyasar ke masalah yang diangkat. Kaya pas Adinata di kantor damkar, di rumah, atau pas tanya ke guru. Rasanya kurang ada build up aja, tiba-tiba tiap ngobrol langsung nyambungnya ke korupsi dan bobrok-bobroknya pemerintahan. Lalu, penulisan yang terlalu to the point ini juga membuat emosi tidak bisa tersalurkan dengan baik. Misalnya ketika Adinata dikasih hadiah, atau pas perpisahan dengan Zacky. Dua momen terasa biasa saja.

Terakhir, kurang ada jiwanya. Sejauh ini, cerita cukup dialogue-heavy, dengan dialog ping-pong tanpa tag atau keterangan siapa yang bicara cukup mendominasi. Dengan model seperti itu, pembaca tidak akan tahu siapa yang bicara kalau penokohannya kurang kuat. Percakapan pun rasanya datar, pembaca sulit mengetahui siapa yang bicara hanya dari dialognya.

Cerita ini potensinya sebenernya ada, hanya saja perlu dipoles lagi. Jangan buru-buru, siapkan dengan matang, dan pahami setiap tokoh/karakter agar semua yang ada di cerita terasa bernyawa. Mangats dah pokoknya Pak Bos!

Salam manis,

Actioner

Recensio BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang