***************************************************************************************************************************************
Novi
Aku merasa benar-benar muak dengan diriku sendiri, kenapa aku terlalu terjerumus dalam 'permainan syahwat' ini dengan lelaki yang kusayangi, "Aku percaya bahwa dia akan bertanggungjawab, tapi apa mesti gituin aku? Jujur aku tidak yakin dia akan mau memenuhi hasrat 'aneh' ku yang lain" ucapan itu yang terus menerus muncul di dalam benakku. Dua hari ini aku memutuskan untuk tidak berhubungan dengan dia dulu, dan aku pulang sekolah naik bus. Kebetulan ada beberapa sahabat karibku yang kemarin juga ikut bersama naik bus, hari ini aku menunggu di halte sekolah, menunggu bus yang memiliki rute menuju pangkalan dekat rumahku.
Hingga bus tersebut tiba di halte, aku tak dapat menemukan satupun sahabat karibku, akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendirian saja. Aku masuk ke dalam bus yang penuh sesak ini melalui pintu depan, senyum ramah kuterima dari mas supir bus yang kuketahui namanya mas riki, "tujuan biasa ya dek?" Tanyanya. "Iya mas" jawabku yang celingukan mencari kursi kosong, namun memang sangat beruntung bagiku, aku bisa dapat kursi yang tepat berada dibelakang kursi supir, sehingga memudahkanku untuk turun dari bus ini. Satu dua halte terlewati, aku merasa sangat mengantuk, sekitar 10 menit aku tertidur, aku merasa seperti ada yang mengelus-elus pahaku yang tertutup rok abu-abu panjangku ini, aku membuka mataku dan lekas menangkap tangan yang asik mengelus pahaku itu, aku terkejut ternyata ada seorang bapak yang tersenyum genit, "appp..." saat aku mau bertanya, ia membekap mulutku, lalu ia sedikit meremas-remas pahaku, "diam kamu!" Bisiknya di telingaku yang tertutup jilbab putihku ini.
Aku yang ketakutan hanya melotot kearahnya, merasakan tanganku mulai melemas, ia mulai menggerakkan tangannya menuju 'daerah terlarang'ku, aku rapatkan pahaku, ia kembali mengelus lembut dan mencoba untuk membuka pahaku, tangannya mendarat langsung di vaginaku yang masih tertutup cd dan rok abu-abu ini, "uh" desahku singkat. Ia mulai seperti 'mengorek-ngorek' bagian itu, yang membuatku merasa kegelian, aku dorong tangannya untuk menjauh dengan kedua tanganku, menolak perbuatannya demi menjaga harga diri, ia malah semakin mempercepat gerakan tangannya itu, sehingga desahan kecilpun tak dapat kutahan "uhh...ssh", "nafsu juga kan? Berapa tarifnya dek?" Tanyanya yang membuatku marah namun cukup untuk merangsang birahiku.
Kupalingkan wajahku ke kaca jendela bus, dan kupejamkan mataku, aku merasakan gejolak birahi yang amat sangat, pentil toketku sudah mengeras, aku tak tahan lagi menerima serangan tangan nakalnya, dan akhirnya aku orgasme hanya dengan permainan tangan seperti itu, "uhhh..." desah panjangku yang kutahan dengan tanganku. "Ah uh ah uh" kumulai mengatur nafas, tetap kupejamkan mataku karena aku tidak ingin melihat senyum genit pria tua itu. Bus berhenti pada sebuah halte, dan aku merasakan bahwa bapak itu telah turun dari bus. Akupun tidak ragu lagi untuk memeriksa rok yang kukenakan, terlihat ada sedikit bercak cairan cintaku.
Keesokan harinya...
Aku sedikit penasaran siapa pria tua yang berani mencabuli aku di tengah keramaian kemarin itu, perbuatannya yang sungguh nekat benar-benar menaikkan libidoku setiap aku mengingat momen itu, sehingga hari ini aku memutuskan pulang sekolah tanpa mengenakan cd pink ku, kuletakkan cdku di dalam tas sekolahku. Kutunggu bus tersebut tiba di halte sekolah seperti biasanya, ada perasaan risih bercampur birahi saat tidak mengenakan cd di tempat umum seperti ini. Akhirnya bus yang kutunggu tiba, namun hari ini jauh lebih ramai dan padat, aku naik melalui pintu depan, kulihat kursi yang kududuki kemarin telah diduduki oleh dua wanita kantoran, sehingga mau tidak mau aku harus berdiri menghadap depan bus dan berpegang pada tiang bus.
Aku tidak memperhatikan sekelilingku, saat bus mulai melaju, otomatis tubuhku terdorong kebelakang, terasa ada tangan yang berada di salah satu bongkahan pantatku, ia meraba dan sedikit meremas, "kak, gak pakai cd yah?" Bisiknya, ternyata ada seorang pengamen cilik. Tangannya yang satu sibuk meremasi pantatku, sementara tangannya yang satu lagi masih memegangi ukulele miliknya. Kutepis tangannya untuk tidak melanjutkan aktifitasnya, karena yang ingin kugoda bukan dia, melainkan bapak yang kemarin itu.