Tuhan hadirkan rasa benci agar kita tahu arti cinta.
➖🪥🌻〰️
Aku diam-diam mengamati tingkah Papi dan Daddy. Menjadi sangat penasaran setelah memergoki keduanya saling bersandar. Tidak! Aku tidak ada niatan mengusili keduanya untuk sekedar menggoda. Karena aku tidak mau menjadi lebih canggung dari waktu-waktu sebelumnya. Keduanya berada di satu ruangan yang sama tanpa berdebat sudah lebih dari cukup. Mengingat waktu terakhir saat kita bertiga pergi makan siang bersama adalah makan siang yang lumayan membikin pening kelewatan.
"Gem, thank you." Papi berterima kasih seraya mengembalikan sapu tangan yang diberikan Daddy. Yang mana direspon dengan begitu hangat, "Anytime."
Keduanya sarat akan kemurnian. Layaknya muda-mudi yang baru kenalan, belum terlalu nyaman namun saling tertarik untuk melanjutkan pertemuan. Musabab yang begitu menyenangkan untuk diulik, yang mana kalau diruntut seharusnya setelah itu keduanya menjadi lebih dekat, dan akan menjadi sangat menyenangkan jika saja hati masing-masing saling diutarakan.
"Ikhlasin ya?" Daddy meminta.
"Hmm...." Papi mendengung sebagai jawaban. Daddy lantas memundurkan tubuhnya. Menjauhkan kepala demi menatap Papi yang kini mendongak.
"Kok hmm.... gak kasihan sama Ayah Ibu?" Daddy lagi-lagi bertanya. Mengkonfrontasi Papi yang kemudian mengerutkan dahi dan mencebik.
"Kasihan... tapi sulit tahu..." Papi beralasan.
"Tapi harus."Daddy memaksa.
"Hmmm... gak janji."
Apa doa beribu malamku pada Tuhan dikabulkan?
Karena jauh beberapa langkah di depan sana, aku melihat dengan kedua mataku sendiri. Bagaimana Daddy melayangkan senyum hangat yang sudah lama tidak pernah nampak ketika dirinya sedang bersama dengan Papi. Diikuti usakan mendebarkan di puncak kepala.
"Pelan-pelan kalau gitu." dan satu kecupan lembut di pelipis Papi.
Ini belum apa-apa karena bagian paling mendebarkan setelah berlalunya masa-masa aku tumbuh dan berkembang tanpa adanya sokongan hidup di dalam cerita keluarga tiga beruang yang cemara.
Tok!
Tok!
Tok!
"Can I join the hug?"
Jangan menahanku untuk berdiam di balik pintu. Aku juga ingin dipeluk dalam pelukan keduanya.
➖🪥🌻〰️
Sebulan dua bulan tiga bulan.
Hari-hari terlewati begitu saja dengan rasa rinduku pada Daddy yang sudah tidak serindu itu namun tetap rindu.
"Daddy jam berapa pulang ke rumah? Munmuang kangen banget sudah!"
"Nanti malam. Pasien Daddy masih banyak yang belum diobati. Munmuang harus sabar. Sekarang tidur atau besok pagi telat sekolah. Gak mau malu sama Jumu gara-gara nangis gak bisa bangun pagi, kan?"
ini adalah trik pertama Papi bermain-main dengan kebohongan. Dalam kalimatnya tidaklah aku menemukan sedikit pun penolakan. Sehingga aku baik-baik saja. Mengikuti arahan. Dan tidur hingga pagi menjelang tanpa mengingat sosok Daddy yang aku inginkan berada di rumah sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Waktu Itu - GeminiFourth
Cerita PendekAku yang akan bercerita di sini. Jadi simak dan siapkan argumentasi melawan keadilan dan kemurkaan. ➖ Dimulai : 20240904 ➖Berakhir : ⚠️ MPREG! Boy x Boy ©pipieeww_