"LUPAKAN soal itu, sayang. Atau kamu akan mengalami hal buruk," pesan Sarah, setelah mencari cara agar tidak menjawab pertanyaan anaknya.
Sandy menghela napas panjang, kepalanya menggeleng pelan. Misteri yang menyelimuti rumah barunya semakin membuatnya bingung. Sarah meletakkan piring berisi makanan di depannya, lalu menuangkan secangkir teh hangat. Uap mengepul tipis, membawa aroma harum yang menenangkan. Sandy meraih cangkir itu, menghirup perlahan tehnya, mencoba mengusir rasa penasaran yang menggelitik pikirannya.
"Besok kamu sudah masuk sekolah, apa kamu bisa–"
"Tenang, ibu! Ini masih pagi ... aku punya waktu istirahat yang cukup sekarang. Kurasa besok akan membaik. Setidaknya ibu masakin makanan kesukaanku," ucap Sandy membuat Sarah tersenyum.
Wanita itu merasa malu dengan pujian yang dilontarkan anak-anaknya.
"Oh, iya, bu. Aku kemarin ... mencari ibu. Di mana ibu? Ayah dan Sera ada di taman."
Sarah mendongak, matanya menerawang jauh seolah berusaha menggali kembali ingatan yang samar. Wajahnya berubah drastis, dari tatapan kosong menjadi penuh keraguan. Perubahan ekspresi Sarah seketika membuat jantung Sandy berdebar kencang. Harapan yang selama ini terpendam mulai tumbuh subur dalam hatinya.
"Ibu sedang berada di rumah tetangga. Kamu tahu, Nak. Mereka seperti tidak suka ketika ibu menceritakan perihal rumah kita," jelas Sarah, mengundang rasa penasaran Sandy.
"Maksud ibu, mereka seperti tahu sesuatu tentang rumah ini?" tanya Sandy.
"Mungkin ... iya. Ibu juga berpikir begitu. Rumah ini cukup bersih saat kita pertama kali datang. Ibu rasa tidak ada yang perlu kita khawatirkan," elak Sarah, mencoba tidak percaya dengan semua yang diucapkan tetangganya.
Sandy memiringkan kepalanya, pertanda bingung, "Sandy rasa yang dikatakan tetangga memang benar. Siapa tahu rumah ini memiliki sejarah kelam. Mungkin pembunuhan atau kejadian seperti di film. Kanibal! Ya, seperti itu, Bu."
"Kamu jangan bicara yang aneh-aneh, Sandy! Tidak ada yang begitu di rumah ini!" tegur Sarah membuat Sandy tertawa pelan.
"Siapa tahu, Bu. Lagian itu tidak bisa dihindarkan."
"Nonton televisi saja, Nak! Ibu akan menyiapkan makan siang untuk ayahmu ... dan sedikit merapikan lemari," pesan Sarah sebelum meninggalkan sofa.
****
Keheningan malam ini terasa mencekam. Tidak seperti semalam yang dipenuhi jeritan mimpi buruk, malam ini terasa terlalu sunyi. Sandy menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa was-was yang mulai merayap. Ia menatap seragam sekolahnya yang tergantung rapi di balik daun pintu lemari. Sepertinya, Sarah sudah mempersiapkan semuanya. Namun, di balik ketenangan ini, Sandy masih merasakan ada sesuatu yang janggal.
"Aku harus bersekolah di sekolah baru. Benar-benar harus mengulang perkenalan lagi. Aku berharap kejadian menyeramkan ini hanya terjadi di rumah saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanggal Berdarah "True Story of 1979" [End✓]
Misterio / Suspenso(Jangan Plagiat) Aku tidak berharap memiliki suasana rumah yang mencekam. Aku tidak berpikir akan tinggal di tengah pembunuhan. Di balik fasadnya yang anggun, rumah tua itu menyembunyikan rahasia mengerikan. Dinding dipenuhi dengan noda darah yang...