4.

4 0 0
                                    

Pria dengan kemeja hitam dan celana coklatnya sedang bergegas menuju kampusnya. Bersama dengan tas yang ada di pundaknya, ia merangkul semua barang yang ia bawa disana. Tak lupa, hari ini pria itu mengenakan sebuah jam tangan sport berwarna hitam.

Gayanya sudah kelihatan seperti anak kuliahan semester 5, namun di mata maba lainnya, ia tetaplah seorang maba juga yang mengambil fakultas Ushuludin, prodi ilmu tafsir hadits.

Ini adalah hari terakhirnya mengikuti PKKMB di kampus. Dan hari ini, ia datang lima belas menit lebih awal. Semalam, ia hampir saja telat dua menit. Hari pertama, ia datang tepat pada waktunya.

Mungkin bukan nasib yang baik bagi Zikri untuk menjalani semuanya. Apa lagi, ini pengalaman pertama kuliah.

Baru saja memarkirkan sepeda motor, Zikri bertemu dengan temannya yang sedang fokus melihat ponsel.

"Ham."

"Eh, Zik. Tumben cepat?"

"Iya, soalnya pake alarm handphone."

Ilham Wijaya. Anak itu mengambil fakultas yang sama dengan Zikri. Mereka berdua adalah teman dekat sejak zaman SMA. Karena mereka berasal dari sekolah yang sama.

"Kantin kuy, sarapan." Ajak Ilham yang perutnya terasa lapar secara tiba-tiba. Padahal, tadi pagi ia sudah mengunyah sepotong roti.

"Ayo."

Ilham dan Zikri pun berjalan meninggalkan motor di parkiran menuju kantin.

Sejak tadi, Zikri memang belum mengisi perutnya. Bahkan sejak malam tadi, Zikri belum makan sedikit pun nasi untuk mengganjal perutnya. Hal itu sebenarnya bisa saja mengundang asam lambungnya untuk datang. Tapi, ia masih bisa menahan rasa sakitnya selama berada di sekolah maupun di kampus.

Di perjalanan, keduanya sangat anteng. Bahkan keduanya tidak mencium sedikit pun akan adanya kejanggalan sebelum mereka sampai di kantin.

Namun, tiba-tiba saja, Ilham hampir menabrak seorang senior dengan kaca mata hitam, serta jilbab, kemeja, dan rok yang ia pakai pun berwarna hitam. Hanya almamater biru yang membedakan warna pakaiannya saat itu.

Untung saja, Zikri dengan cepat menarik kerah baju Ilham supaya kepalanya tidak beradu dengan kepala senior yang tingginya hampir sama dengan Ilham.

"Eh, maaf kak." Ilham kaget saat melihat seorang Kating di hadapannya.

"Sorry banget, Kak. Temen saya bego banget. Gak liat jalan." Ucap Zikri ikut meminta maaf.

Perempuan di depannya hanya diam dan menatap mereka berdua secara datar. Lalu, gadis itu beranjak pergi melewati jalan yang kosong di sebelah Zikri.

"Lo sih, Ham. Main HP mulu. Lu liatin apaan dah, dari tadi?" Zikri menyalahkan Ilham yang sejak tadi tak berhenti memerhatikan ponselnya.

"Ya maaf. Gue lagi liatin matkul yang baru aja di kasih tadi pagi." Jawab Ilham santai.

"Itu doang? Kok lo lihatnya dari tadi? Lagian nih ya, di lihat besok juga masih bisa."

"Kalo yang tadi, gue di chat nyokap. Ya kali nyokap jauh-jauh merantau keluar kota gak nanyain gimana keadaan anaknya."

"Ya udah, sekarang lo simpan dulu HP nya. Sekarang lo jalan yang bener, ntar di kantin liat lagi HP nya."

"Iya." Ilham meletakkan ponselnya ke dalam saku kemeja yang ia kenakan. Sekarang, ia berjalan fokus ke depan seperti apa yang Zikri bilang.

Namun, Zikri memandang ke belakang sejenak untuk melihat senior yang tadi baru saja hampir menabrak Ilham. Ia hanya sekedar memastikan apa gadis itu masih ada atau tidak. Namun, penglihatannya tidak dapat menemukan sosok gadis itu.

friend to loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang