Satu - Langit

39 3 0
                                    

Mata indah itu, wajah sangar itu, suara menawan itu yang awalnya membuat ku tertidur pulas, tertidur tenang dengan lagu yang dinyanyikan nya tanpa khawatir akan hal yang terjadi setelahnya. Tatapan yang teduh itu menghendaki ku untuk terus menatap nya.

Manusia itu kini telah menghilang, dimakan habis oleh ribuan bayangan, terkikis habis oleh waktu, dimanakah ia? dimanakah dia yang kucintai mati matian itu? berharap di setiap detiknya muncul satu bayangan yang tersisa darinya, membentuk sebuah partikel elemen baru agar membuat dirinya kembali utuh.
Sesakit itu kah disaat kita mengharapkan hal itu akan benar terjadi? dengan kenyataan pahit bahwa dia tidak benar-benar tersisa, melainkan habis.

Lontang lantung diriku dibuatnya, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Warna dari setiap elemen ku dihisap habis olehnya, aku kembali gelap. Aku tidak dapat memberikan kekuatan ku lagi kepada mereka yang membutuhkan nya, kemana pergimu wahai cintaku? setidaknya kembalikan kekuatan ku sebelum dirimu pergi.

Kini... aku hanya menatap diriku dalam kegelapan, semakin gelap, semakin sunyi, semakin pula meringkuk riuk dalam kesedihan.

Harus dengan cara apalagi agar aku bisa menghempaskan ia dari segala benak dalam tubuhku, harus dengan cara apalagi aku dapat menampakkan senyum ku agar terlihat bahwa duniaku tidak sedang runtuh, bahwa sumber dari segala hal dalam duniaku tidak hilang? .
Siapakah yang tidak lelah dalam hal berpura-pura ini?

- - - - -

Samar-samar ku dengar dering nada yang selalu kubenci bersahutan dengan percakapan seorang anak muda berpakaian elegan memberikan senyumannya kepadaku, kepalaku pening saat mendengarnya, bagaimana bisa dering itu berbunyi kembali setelah beberapa hari aku me-non aktif kan nada deringnya.

Ah sial! ia sengaja mengubahnya supaya aku bisa cepat terbangun dari mimpi indahku, padahal baru saja aku ingin bertanya siapa namanya, menyebalkan sekali! telingaku menjadi sangat bising

"Heii!! bisakah kamu menghentikan dering itu? ini sangat menganggu indra pendengaran ku tahu!!" sepertinya setelah ini aku akan tergabung menjadi salah satu spesies hewan tergalak dan terganas, yaa apa lagi kalau bukan menjadi singa?

Tak lama kemudian pintu ku terbuka, padahal sudah ku kunci dari dalam tapi sialnya ia mempunyai kunci duplikat supaya bisa membuka nya dari luar.

"Ini adalah dering favorit ku, kamu saja yang tidak mahu menikmati instrumen dalam setiap petikan dan getaran pada gitar di dering ini. Lagipula sekarang ini jam sudah menunjukkan angka 9 dan kamu masih saja ingin tertidur?"

sahut Nebula dengan gaya angkuh nya mengacau kamar tidurku dengan menarik selimutku dan membuka jendela supaya cahaya mentari dapat menembus kaca ku.

Nebula adalah adikku, ia sangat sangat menyebalkan untuk diakui sebagai adik. Namun cahayaku hanya bisa terpancar pada Nebula, hingga saat ini aku heran, bahkan tidak mampu menemukan jawabannya bahwa aku yang terlahir tanpa cahaya ini dapat memancarkan cahaya walau hanya Nebula saja yang mendapatkan cahayaku tetapi tetap saja, aku masih ingin mengetahui darimana kah sumber cahayaku yang saat ini masih Nebula dapatkan dariku.

Ah tak usah risau akan hal itu, cepat atau lambat aku akan mendapatkan jawabannya.

Entah akan benar mendapatkan jawabannya atau bahkan... tidak sama sekali.

Udara pagi menjelang siang menghembus halus, yaaa aku tahu jam tanganku sudah menunjukkan pukul 11.30 pagi beranjak siang hari tetapi udara yang menerpa wajahku hari ini sangat sejuk. Sepertinya langit sedang melaksanakan tugasnya atau... langit sedang menampakkan dirinya yang sebenarnya, ah entahlah aku menatap langit teduh hari ini dan memberikan senyumku padanya.

Aku menghela napas pelan sembari mencetak senyumku
"Hembuskanlah angin rintihan dalam teduhmu wahai langit, jatuhkanlah rintik indahmu yang menghiasi kota ini, tidak ada sesiapa pun lagi yang dapat mendengarku. Wahai langit, bantulah aku menyampaikan secercah cahaya ku untuk seseorang, kau tahu betul siapa yang akan ku tuju"

Ambisi sedang mengambil alih atas diriku ini akan berakhir dengan sia-sia, bahkan langit pun hanya bisa mengiyakan permintaanku yang sangat mustahil untuk ia sampaikan kepada seseorang yang ku tuju. Namun ia tahu, aku suka rintik yang ia ciptakan. Ia bisa menghibur ku dengan itu, sangat mudah bukan untuk membuatku meloncat dari satu titik ke titik lainnya dengan suara tawaku yang entah akan di dengar oleh siapa.

Kembali nya aku menatap sang langit menitikkan airnya sembari mendengar lagu favorite ku... Anchor by Novo amor, berharap agar aku bisa terjebak dalam situasi yang indah ini, namun tak lama setelah lagu favorite ku hampir usai aku mendengar suara riuh yang entah dari mana asalnya.


ARNALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang