"Sebenarnya kau kenapa? Untuk apa permintaan maafmu kali ini?" Yoona terheran-heran.
"Kematian Jinwoo...." Taehyung merasa mulutnya mendadak gagu.
Yoona menatap Taehyung dan menunggu lelaki itu menyelesaikan kata-katanya. Namun ketika dilihatnya Taehyung malah mendesah putus asa, ia tersenyum.
"Kita berdua sangat menyayangi Jinwoo," cetus Yoona, "aku tahu betapa kau menyesali kepergiannya yang begitu tragis. Tapi Jinwoo sudah tiada. Kau dan aku, kita semua harus bisa melanjutkan hidup tanpa kehadirannya. Janganlah kau sesali kematian Jinwoo seperti ini."
Taehyung dibuat tercengang dengan ketegaran dan kedewasaan yang Yoona tunjukan. Ia sama sekali tidak menduga, justru Yoona-lah yang akan menghiburnya.... Namun gadis itu salah terka. Taehyung tidak merasa kehilangan Jinwoo----mereka memang tidak pernah saling kenal. ia hanya menyesali kematian Jinwoo karena dirinyalah yang telah menabrak mati lelaki itu. Rahasia ini adalah sesuatu yang hendak ia katakan kepada Yoona....
"Kau bisa menerima kematian Jinwoo?" Taehyung berbisik penuh tanya.
Bola mata Yoona tiba-tiba saja berkaca-kaca, tapi suaranya sama sekali tidak bergetar. "Aku mencintai Jinwoo dan sangat merindukannya setiap hari. Namun aku sadar dia sudah tidak ada lagi di sini...." Yoona menelan butiran airmatanya, "aku yakin dia pasti tidak ingin aku terus-menerus berkubang dalam duka dan menyangkal kepergiannya. Oleh sebab itu aku terpaksa menerima semuanya."
Taehyung menelan ludah. Ia bisa melihat betapa keras Yoona berusaha untuk bersikap tegar dan terus menjalani hidupnya tanpa dibayang-bayangi oleh kesedihan, kerinduan, kenangan, dan juga rasa cintanya kepada seorang kekasih yang kini hanya akan tinggal di dalam ingatannya saja.
Yoona mengedikkan kepalanya hingga rambutnya yang terikat rapi bergoyang-goyang. "Sudah sore, aku harus kembali ke rumah." Ujarnya kepada Taehyung.
Taehyung mengangguk. Ia memerhatikan Yoona menaiki serta mengayuh sepeda birunya. Ia berkata pelan, "berhati-hatilah di jalan, Yoona."
Namun perkataan Taehyung itu tidak sampai ke telinga Yoona yang sudah pergi jauh.
_______________________________________
Hari Minggu itu Taehyung mendapati Yoojung, adik perempuan Jinwoo, tengah duduk di dalam kedai sambil asyik mencoret-coret sesuatu di atas selembar kertas. Ayah dan ibunya berdiri depannya sambil memerhatikan pekerjaan gadis remaja itu.
"Jangan lupa nomor teleponnya kau tulis besar-besar." Ayah Yoojung menunjuk kertas dengan semangat. "Nama kedai kita sebaiknya kau tulis dengan tinta merah."
Taehyung menoleh nenek Park-----neneknya Yoojung-----yang sedang bersenandung mengikuti alunan lagu trot dari sebuah radio yang sengaja ia bawa dari rumah. Nenek Park tersenyum lebar kepada Taehyung, "Woo-ah..."
Taehyung mengusap-usap punggung nenek Park. "Taehyung." Ujarnya sambil tersenyum. Ia sudah bertekad akan membuat wanita sepuh itu memanggil nama aslinya sebelum ia meninggalkan Pulau Jeongdo ini dan kembali ke Seoul.
"Woo-ah," jawab nenek Park.
"Taehyung. Kim Taehyung." Taehyung mengulangi ucapannya.
"Woo-ah,"
"Taehyung ah." Balas Taehyung.
"Woo..."
"Tae."
"Tae?" Nenek Park mengerutkan dahi.
Taehyung tampak bersemangat, "benar. Tae.... Taehyung." Ujarnya gembira.
Nenek Park terdiam. Ia menatap Taehyung lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]
FanfictionAkibat kelalaiannya, Kim Taehyung tak sengaja menghilangkan nyawa seorang pria. Namun ia tidak menerima hukuman apapun berkat campur tangan kedua orangtuanya. Untuk menghilangkan perasaan berdosa yang menghantuinya, Taehyung mendatangi kampung halam...