Satu notifikasi berisi. 'Gue di bawah, Cantik.' Sukses membuat Erica keluar dari kamar, menuruni anak tangga dengan santai, wajah manis dengan pipi chubbynya itu tidak minat memperindah hari dengan sebuah senyuman, tak heran memang karena Erica tipe cewek pelit tersenyum.
Saat kedua kaki memijak lantai dasar Erica melirik ruang tengah yang diisi empat pemuda tengil, siapa lagi kalau bukan adik laki-lakinya bersama ketiga sahabat si tengil itu, para langganan main PS. Erica terpergok dengan salah satu pemuda di sana, yang memang ia cari-cari keberadaannya, tapi satu sama lain bersikap tenang.
"Mbak Erica!" Jovan menyapa Erica riang, mulutnya sibuk menikmati kacang polong.
"Aman, Mbak? Turun gunung bukan karna kita ribut, 'kan?" Satu lagi juga buka suara, Dika yang sedang bermain PS bersama adik Erica -si Rey-.
"Udah pada makan, 'kan lo pada?" tanya Erica basa-basi sebelum melangkah ke dapur.
Kompak tiga pemuda di sana, Rey, Dika dan, Jovan menjawab, "Belom, Mbak!"
"Masakin mie goreng napa, Mbak!" tambah Rey tetap fokus pada PSnya, jangan sampai ia dikalahkan oleh Dika atau lenyap uang satu-satunya yang ada di dompet.
"Masak sendiri," jawab Erica dari dapur.
"Pelit amat mbak gue anjir," gumam Rey menyikut lengan Dika agar sedikit goyang.
"Oi jangan main curang lo, Cuk!" protes si pemilik lesung pipi.
"Duit gue cuma itu, ngalah lah lo, Jancuk!"
Dika berdiri dari duduk, memilih bermain dengan posisi seperti itu daripada terus disikut oleh Rey dan berakhir kalah, Jovan geleng kepala melihat tingkah kedua sahabatnya, sedang yang satu lagi -Bintang- melompat dari kursi yang ia duduki dan melangkah menuju dapur.
"Mana, Bin?" tanya Jovan.
"Boker," jawab Bintang, melangkah santai menuju dapur, belagak mengincar kamar mandi yang ada di sana seperti di rumah sendiri.
"Siap boker titip ambilin minuman di kulkas!" pinta Rey tanpa menoleh ke arah Bintang yang memilih tak menyahuti permintaan tersebut.
Pelan tapi pasti satu-satunya pemuda yang berambut lebih gondrong di antara yang lainnya itu melangkah menuju dapur, dari ambang penghubung ruang tengah menuju ruang memasak tersebut kedua mata tajamnya langsung menangkap pemandangan kurang ajar penggoda iman. Bintang tersenyum miring, menyaku satu tangan sambil terus melangkah mendekati godaan itu.
Lihat, ada cewek cantik berkaos tipis, berambut panjang dicepol asal, pun bercelana setengah paha yang sedang menjilat es cream sembari menatapnya, terang-terangan menunggu dihampiri.
Bintang mengumpat dalam hati ketika Erica -kakak sahabatnya sendiri- kembali menjilat es cream sembari menyandarkan punggung ke pintu kulkas.
Tidak membutuhkan waktu lama pemuda dua puluh satu tahun itu berdiri di hadapan Erica, meraih tangan yang memegang es cream. Tatapan mereka bertemu, saling mendamba tapi terkontrol.
"Cium gue," bisik Erica langsung mentitah, menatap Bintang tajam, panas, siap dimakan atau memakan.
Pemuda berambut gondrong itu menyeringai lebih tajam dari tatapan Erica. "Ambil sendiri apa yang lo mau, Cantik," balasnya juga berbisik, mendekatkan wajah mereka, membiarkan es cream mencair mengotori tangan.
Hanya butuh satu detik saja tangan Erica yang lain langsung meraih tengkuk Bintang, mendorong kepala pemuda yang lebih muda darinya guna mempertemukan bibir mereka.
Saling melumat kuat, Bintang mengeluarkan tangan yang lain dari saku, mengincar buah indah nan manis dari tubuh Erica, meremasnya penuh kerinduan.
Otomatis tubuh Erica menggelinjang maju lebih rapat dengan tubuh Bintang. Tangan di tengkuk cowok itu pun menjambak rambut yang sangat ia sukai hingga bibir mereka terpisah, Erica berbisik, "Di mana?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Homicide - 21+
RomanceAdult Story❗️ ___ Mana Bintang sangka ia berakhir menjadi 'partner' kakak sahabatnya sendiri, si cantik Erica yang merupakan perempuan karir kesepian. Mereka juga lupa awal mulanya seperti apa hingga ada di hubungan tak jelas tersebut, namun Bintang...