Cinta Sejengkel Rasa (GitShan) End

558 65 8
                                    

















**Ketegasan di Kantor**

Pagi itu, Gita terlihat berbeda. Wajahnya bersinar dengan senyum yang merekah, seolah seluruh beban yang selama ini menggelayuti pundaknya telah lenyap.

Dia berjalan menuju kantor dengan langkah ringan, tak seperti biasanya. Dia merasa lega setelah mendengar perjodohannya yang tidak jadi. Tak ada lagi perasaan tertekan, dan lebih dari itu, hari ini adalah hari yang sangat dinantikannya-pendaftaran skripsi untuk semester ini.

Setibanya di kantor, hampir semua karyawan sudah berada di tempat. Perubahan pada Gita sangat mencolok sehingga beberapa karyawan yang berpapasan dengannya berhenti sejenak, memperhatikan.

Mereka terkejut melihat perubahan ekspresinya yang biasanya datar dan dingin menjadi begitu hangat dan penuh semangat.

Waktu terus berlalu, jarum jam sudah melewati batas masuk kantor, tetapi Shani, bos besar mereka, belum juga terlihat. Kecemasan mulai terasa di antara karyawan. Mereka terbiasa dengan disiplin ketat yang diterapkan Shani.

Saat itulah, pintu lift terbuka dan Shani muncul dengan langkah cepat menuju lantai tempat Gita bekerja. Tanpa basa-basi, Shani segera memberi perintah tegas.

***

"Semua karyawan kepercayaan saya dan HRD, berkumpul di sini sekarang," suaranya lantang menggema di ruangan. Karyawan di sekeliling terdiam seketika, dan tanpa menunggu lebih lama, mereka bergerak cepat menuju tempat Shani berdiri.

Gita, yang kebetulan berada di dekat Shani, ikut bergabung tanpa sengaja. Dia bingung mengapa Shani tidak mengumpulkan mereka di ruang rapat seperti biasanya. Apalagi, Gita merasa dirinya bukan bagian dari "karyawan kepercayaan" yang dimaksud Shani. Namun, rasa ingin tahunya membuat dia tetap berada di tempat.

Shani menghela napas panjang, matanya menyapu seluruh ruangan, menatap tajam setiap karyawan yang berkumpul di hadapannya.

"Saya tidak suka ada yang merendahkan siapa pun di kantor ini. Termasuk karyawan magang!" katanya dengan suara penuh otoritas.

Mata semua karyawan secara refleks melirik ke arah Gita yang masih tampak tenang. Mereka tahu siapa yang sedang dimaksud Shani. Mereka sudah sering mendengar bisik-bisik tentang betapa dinginnya Shani terhadap karyawan magang, dan Gita adalah salah satunya.

Melihat tatapan karyawan lain yang mengarah ke Gita, Shani semakin marah. Amarahnya semakin membara melihat sikap merendahkan dari beberapa karyawan seniornya.

Tanpa basa-basi, Shani memanggil semua HRD yang hadir di sana. "Kalian... semua yang ada di sini... kalian dipecat!" Suara Shani menggema tajam.

Seluruh ruangan terdiam dalam kebisuan. Mereka terbiasa dengan amukan Shani, tapi mereka tidak pernah menyangka Shani akan memecat HRD di depan mata mereka. Keputusan yang begitu tiba-tiba dan kejam.

Semua orang menatap dengan mata terbelalak, tak percaya atas apa yang baru saja mereka dengar. Karyawan mulai berbisik, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

"Untuk seorang karyawan magang, bos kita sampai memecat banyak orang?" gumam salah satu karyawan dengan nada kaget.

Shani melanjutkan dengan nada dingin, "Saya tidak suka memberi kesempatan kedua. Kalian sudah membuat saya kecewa. Silakan pergi."

Shani mengangkat jarinya, menunjuk ke arah pintu. "Sekali lagi saya ingatkan, jangan buat saya kecewa. Jangan ganggu milik saya."

Kata-kata terakhir Shani membuat seluruh ruangan terasa lebih dingin dari biasanya. Kepala karyawan-karyawan tertunduk, mereka tak berani mengangkat pandangannya.

Short Stories GITA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang