Tampak Alin, Ara dan Agnes duduk di kantin sambil bercakap-cakap, lebih tepatnya hanya Alin dan Ara yang berbincang sementara Agnes sibuk mengirim pesan entah pada siapa.Ara menatap Alin, mengode Alin agar melihat kearah Agnes. Alin hanya mengatakan lewat gerakan bibirnya
'biarin aja'.Ara pun mengangguk lesu.
"Nes, lo pesen apa? Biar sekalian gue pesenin.""Gue gak laper kok. Oh ya, gue ke toilet dulu ya," kata Agnes, tanpa repot-repot menunggu jawaban Ara, dengan cepat ia melenggang meninggalkan kantin.
Kedua mata Ara memincing curiga, melihat Agnes dari jauh tampak menempelkan ponsel di telinga.
"Lo liat itu, Al? Gimana gue gak curiga coba. Gue sama Agnes udah sahabatan sedari zigot, gue tau kalo dia berubah, bahkan belakangan ini dia sering bentak-bentak gue tanpa alasan. Gila tu anak."Alin mendesah kasar. "Gak tau, Ra. Soalnya gue gak mau mikir buruk tentang temen gue. Atau mungkin Agnes lagi punya sedikit masalah."
"Iya pasti masalah yang berat." Ara menghela napas. "Tapi anehnya, dulu-dulu kalo dia ada masalah, dia pasti cerita dulu sama gue, gak diem-dieman kayak gini.."
"Udah lo gak usah overthinking sama dia, mungkin itu urusan pribadi."
"Gak bisa, Al. Gue harus mastiin kalo dia gak kenapa-kenapa. Khawatir juga gue sama tu anak."
"Yaudah tapi kalo dia gak mau cerita biarin aja, jangan di paksa."
"Aman. Eh lo gak papa kan gue tinggal dulu?" tanya Ara, lalu menatap tiga orang laki-laki yang melangkah memasuki kantin.
"Nah suami lo datang.""Em, iya tapi suara lo kondisiin juga nyet."
Ara terkikik geli. "Kalo gitu gue nyusul Agnes dulu ya cintaaahh."
Ara hanya geleng-geleng kepala melihat Ara berlari dengan riang.
"Cutie? Kok Ara ninggalin kamu?" tanya Rafa, mengambil posisi duduk di depan Alin, sementara Ivan dan Reyga duduk di sampingnya.
"Ara mau ketoilet bentar."
"Kamu udah laper? Mau aku pesenin?"
"Biar gue aja," ucap Reyga cepat. "Sebutin aja apa pesanan kalian."
Sementara yang berada di toilet, Agnes tampak sedang berbicara pada perempuan melalui telepon, siapa lagi jika bukan Mikha.
"Gara-gara usulan lo, gue di tampar sama Alin. Bukan hanya itu, Rafa juga makin benci sama gue. Kalo gue tau bakal kayak gini, gue gak mau nurut kemauan lo. Emang Rafa udah putusin gue, tapi setidaknya Rafa mau temenan sama gue tapi sekarang Rafa bener-bener benci sama gue, anjing!"
"Tutup mulut lo ya, bitch. Lo itu gue bayar jadi jangan sok ngebacotin gue! Sekarang gue mau lo bunuh Alin. Gue gak mau tau, lo harus cari cara buat mampusin dia, atau Adik cacat lo yang gue mampusin sekalian!" ancam Agnes, membuat di seberang sana Mikha tampak menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love
Romance"Iya gue tau, tapi lo bisa nunggu kan? Please, Raf. Lo gak tau kalo pernikahan kita ini bikin gue stres, nikah muda gak ada di dalam mimpi gue.." Rafa manggut-manggut pelan. "Trus gue harus gimana kalo lagi birahi?" Bibir Alin berkedut menahan tawa...