2

33 9 16
                                    

Entah kenapa, Kajesha jadi sering datang ke panti akhir-akhir ini, bahkan tiap hari. Dan bukan pula Karla yang dicarinya setiap kali memasuki rumah yang dihuni banyak anak-anak itu.

Kini Kajesha mencari sosok pemuda tinggi dengan tongkat andalannya yang selalu ia genggam. Sosok yang menjadi alasannya datang ke panti setiap hari.

Jayden. Ia datang untuk melihat Jayden.

Seperti saat ini, gadis itu berdiri di ambang pintu belakang rumah itu. Memandangi Jayden yang duduk di taman bersama beberapa anak dengan sebuah gitar di tangannya. Sebuah keajaiban baginya, melihat seorang tunanetra mampu memainkan alat musik petik itu dengan sempurna walau punya keterbatasan dalam penglihatan.

Anak-anak yang duduk di sekitarnya bernyanyi bersama, diiringi suara gitar yang dimainkan Jay. Membuat Kajesha tanpa sadar hanyut dalam perpaduan suara nyaring anak-anak dan bunyi merdu yang dihasilkan alat musik itu. Lagu yang indah, juga penyanyi dan pengiring yang luar biasa.

Kajeha menikmati pemandangan itu. Sebelum Karla yang juga berada di antara mereka menyadari kehadirannya.

"Kak Jeje!"

Sontak semua anak-anak disana menoleh ke arahnya, kecuali Jay yang tetap memandang lurus ke depan sebab tak tahu dimana sebenarnya gadis itu berada.

Karena sudah ketahuan, Kajesha berjalan menghampiri mereka. Duduk bersama mereka di tengah taman, masih dengan seragam sekolah yang membalut tubuhnya.

"Selamat siang," sapanya tersenyum cerah.

"Siang kak Jejeee!!" sahut mereka kompak.

Jay dalam diamnya tersenyum. Kajesha benar disana. Ia mendengar suara khasnya, juga.. wanginya. Kajesha bahkan masih wangi setelah setengah hari beraktivitas di sekolah.

"Kak Jeje nyanyi dong! Udah lama nih, gak denger kak Jeje nyanyi."

Kajesha tercekat. Benar, sudah lama sekali dia tidak bernyanyi untuk anak-anak. 

"Bisa nyanyi ya, Je?" Jay akhirnya bersuara. Hal yang Kajesha tunggu.

"Kak Jeje suaranya bagus tau kak!"

"Iyaa! Bagus banget."

"Benerrrr."

"Oh ya?" Jay mengangkat alis, kini penasaran apakah kalimat anak-anak di sekelilingnya itu benar atau tidak. "Aku mau denger dong."

Kajesha agak mendelik begitu Jay menyetujui anak-anak untuk memintanya bernyanyi. Kenapa cowok itu jadi ikut-ikutan?

"Nyanyi! Nyanyi! Nyanyi! Nyanyi!" seru mereka semua kompak, membujuk Kajesha agar mau menuruti permintaan sederhana mereka.

Gadis itu akhirnya menghela nafas sebelum menjawab, "yaudah. Mau lagu apa?"

Anak-anak itu sontak bertepuk tangan riang, lalu mulai berdiskusi memilih satu lagu yang akan Kajesha nyanyikan. Jay diam saja tak ikut memilih lagu. Ia hanya memetik senar gitar di tangannya, memainkan melodi yang menenangkan, mungkin bisa menjadi pengantar tidur yang indah.

"Terserah kak Jeje aja deh. Kami bingung," salah satu di antara mereka akhirnya bersuara.

Kajesha menghela nafas, tersenyum maklum. Dasar anak-anak ini, memintanya bernyanyi tapi tak tahu mau mengusulkan lagu apa.

"Emmm.." ia diam sebentar, memikirkan lagu yang pas.

"Oke! Aku tau," katanya tiba-tiba, membuat Jay langsung berhenti memetik senar gitarnya asal dan mulai mengambil ancang-ancang memainkan intro.

"Kamu tau lagu Rumah punyanya Salma Salsabil gak, Jay?"

Entah kenapa Jay tersenyum. "Tahu," katanya.

Kemudian satu persatu senar mulai dipetik kembali, menimbulkan melodi intro lagu Rumah milik Salma Salsabil yang sempurna. Kajesha menyadari, Jay sangat lihai memainkan alat musik petik itu tanpa meleset.

I'll See YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang