20. Mokondo

268 32 9
                                    

"Kamu nggak percaya kalau aku beneran suka sama kamu?"

Pertanyaan Aina yang gamblang itu membuat Habib berhenti tertawa dan jadi batuk-batuk. Jantung Habib serasa mau melompat keluar saja rasanya. Sungguh Habib tidak mengerti bagaimana Aina bisa sepolos dan sejujur ini.

"Ai... Kamu nggak boleh kayak gitu. Kalau kamu terlalu mudah jatuh cinta kamu akan mudah dimanfaatkan sama cowok Mokondo kayak aku ini," tutur Habib.

"Apa itu mokondo?"

Habib rasanya mau ketawa tapi juga sedih. Dia tidak mengira bahwa Aina memang sepolos ini. Padahal Aina dokter yang berwawasan luas. Ternyata dia tidak tahu hal semacam ini.

Habib mengerutkan kening. Bagaimana caranya dia menjelaskan singkatan yang agak vulgar pada Aina yang pikirannya sepolos pantat bayi ini?

"Eh, kamu kan suka nulis ya. Pasti kamu suka baca buku juga dong? Buku apa yang biasa kamu baca?"

Daripada ngomong macam-macam, Habib memutuskan untuk mengalihkan topik pembicaraan saja.

"Hmm, banyak tapi aku paling suka The 5 Language of Children dari Gary Chapman dan Ross Campbell. How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk dari Adele Faber dan Elaine Mazlish. The Whole-Brain Child: 12 Revolutionary Strategies to Nurture Your Child's Developing Mind dari Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson juga bagus."

Habib kedip-kedip aja. Dia sudah menduga sih kalau buku bacaan Aina pasti berat-berat. Beda jauh sama referensi Habib yang Naruto sama One piece aja.

"Kamu suka banget ya sama parenting?" kata Habib akhirnya setelah berpikir keras tentang judul-judul buku dengan bahasa alien yang baru saja disebutkan Aina. Yah, walaupun nggak bisa-bisa banget bahasa Inggris, Habib tahu lah arti kata children dan kids yang tadi sebutkan Aina. Apalagi Aina juga menulis buku dengan topik parenting dan sering diundang ke podcast dengan tema itu.

"Iya, menjadi ibu adalah cita-citaku," senyum Aina.

"Tapi kamu belum nikah sampai sekarang? Aku yakin banyak cowok yg udah ngelamar kamu."

"Hm... Ya mungkin karena baru ketemu kamu sekarang, hehehe."

Habib terbatuk-batuk. Sialan! Dia mengumpat dalam hati karena jantungnya yang dag dig dug der nggak keruan hanya karena gombalan receh dari Aina. Padahal jarak duduk mereka sedekat ini. Bagaimana kalau Aina dengar irama jantungnya yang tidak stabil ini. Namun ternyata, Aina mah salah fokus.

"Dari tadi kayaknya kamu batuk-batuk aja ya." Aina mengeluarkan masker medis dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada Habib.

"Walaupun Covid udah lewat. Mending kamu pakai masker aja deh. Di Kafe X sekarang ada Playground juga jadi di sana banyak anak kecil. Apa kita mampir apotik aja buat beli obat?"

"Nggak, ini cuman tenggorokanku agak kering aja kurang minum," dusta Habib. Mana mungkin dia mengaku refleks batuk-batuk karena digombalin.

Sejenak hening, Aina kembali memulai percakapan. "Kalau Habib, suka baca buku juga kah?"

"Hehe, aku bukan orang yang pinter kayak kamu. Bacaanku hanya Naruto sama One piece," kekeh Habib.

Dia melirik Aina dari kaca spion untuk menilai reaksi cewek itu. Biasanya kebanyakan cewek akan illfill kalau tau dia seorang Wibu. Namun Aina ternyata berbeda.

"Oh, aku juga suka sama One Piece. Kamu sudah nonton live actionnya di Netflix? Menurut aku itu live action anime terbaik yang pernah ada!"

Habib melongo. Jawaban Aina itu sama sekali tidak terprediksi.

***

Aloha pembaca yang budiman! Ketemu lagi dengan Alex di sini. Mamiku beneranagi jatuh cinta nih sama cerita ini. Udah lama aku nggak lihat dia ngetik sambil senyum-senyum sendiri kayak orgil haha. Sampai nggak terasa di Karyakarsa tuh, cerita ini udah tembus chapter 32 loh! Kalian mampir ke sana ya kalau penasaran.

Btw, Mamiku mau menyampaikan permintaan maaf kalau di beberapa chapter sebelumnya terlalu sering bahas Gemini sama Chatgpt. Maklum ya. Mamiku yang ndeso baru tahu kecanggihan dua AI itu. Mamiku juga seneng nih, karena dengan memunculkan dua AI ini di cerita. Dia nggak perlu menciptakan karakter sahabat dari Aina dan Habib. Iya, biasanya di novel romance gini pasti ada aja kan adegan tokoh utama curhat sama sahabatnya. Tapi di sini Aina dan Habib memang di design karakter orang kota yang introvert jadi mereka emang nggak hobi buat curhat ke orang. Meskipun begitu kadang mereka butuh masukan juga atas permasalahan mereka, makanya mereka tanya sama Gemini dan Chatgpt. Mamiku bilang ini cukup menghemat sih. Karena kalau bikin karakter baru, Mami pasti kepikiran sahabat ini mau dibikin kayak apa karakternya. Nah, kalau Gemini dan Chatgpt nggak perlu itu. Mereka kan mesin nggak butuh punya karakter. Mohon dimaklumi ya guys... Chapter-chapter yang telah lalu. Sekarang Mamiku katanya akan fokus pada ceritanya aja, porsi chatgpt sudah dihilangkan.

Okey segitu aja dari aku. Sampai jumpai di chapter selanjutnya.

Terpaksa Menikahi Dokter 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang