GREENLAND (PART 4)

36 4 36
                                    

"Bagaimana keadaannya?" tanya Kanghyun saat ia menjenguk Harin di rumah sakit sambil mengawal beberapa unit petugas tanggap darurat yang hari ini kembali mengantar pasien dengan gejala sama.
Di sampingnya Dongmyeong menatapi kaca ruang ICU dengan sorot kosong. Untuk sekian menit Dongmyeong masih bertahan dalam diam. Dia seolah tidak menyadari bahwa Kanghyun sudah berdiri di sampingnya.

"Kau baik-baik saja?" Kanghyun merangkul dokter itu. Mengguncang bahunya pelan.

"Kanghyun."

"Hmm?"

"Aku harus memberitahu semua orang bahwa pesta pernikahan kami terpaksa dibatalkan."

Giliran Kanghyun yang tidak memberi jawaban.

"Lagipula siapa yang mau menghadiri pernikahan di saat genting seperti ini." Keluh Dongmyeon.

"Sekarang kesembuhan Harin yang terpenting."

"Tapi aku tidak pernah bisa menjamin itu, Hyung. Kau lihat sendiri keadaannya. Dia tidak bergerak sedikit pun. Saturasi jantung dari hasil ekg hari ini sangat tidak stabil. Sudah hampir lima hari dia tidak lagi merespon keberadaanku. Paru-parunya terus menghasilkan cairan dan harus disedot beberapa jam sekali."

Dongmyeong menjelaskan semua itu dengan nada suara terlalu datar. Kanghyun mengeratkan rangkulan di bahunya.

"Aku sudah lelah mengurus berbagai pasien dengan gejala sama. Ruang isolasi kami hampir tidak mungkin menampung semua pasien."

"Pemerintah sudah memberlakukan karantina. Warga lokal yang diprioritaskan untuk ditangani beberapa rumah sakit pusat. Pasienmu akan dibagi ke rumah sakit area timur mengingat tenaga medis di sini juga tidak memadai."

Sebenarnya penjelasan itu diberikan oleh Kanghyun agar Dongmyeong tidak terlalu khawatir atas wabah yang terjadi namun sepertinya dia sudah tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dongmyeong hanya menghela napas. Tangannya meraih jemari Kanghyun dan dia remat.

"Kalau dia berhasil sadar lalu aku memintanya berhenti menjadi petugas kepolisian, apa menurutmu aku egois?"

"Setelah keadaan seperti ini aku yakin Harin tidak akan menolak keinginanmu."

"Tapi bukankah hanya dia satu-satunya partner terbaik yang kau miliki?"

"Aku akan mencari orang lain, aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi padanya. Itu- menakutkan."

Dongmyeong menyandarkan kepala ke bahu Kanghyun. Beberapa detik kemudian hanya ada keheningan dan suara isak tangis Dongmyeong di antara mereka. Dongmyeong menetap di rumah sakit setiap hari. Dia seolah-olah memang hidup di sana hanya untuk mengawasi keadaan Harin. Saat malam, kondisi Harin selalu mengalami titik rendah. Lelaki itu akan mengalami kejang selama beberapa waktu bahkan sempat henti jantung ketika seluruh organ vitalnya tidak stabil. Dongmyeong hampir tidak pernah bisa tidur barang sekejap karena alarm code blue bisa berbunyi lebih dari dua kali dalam sehari dari kamar itu.

"Aku akan membawamu ke Barcelona untuk merayakan bulan madu kita, jadi kumohon bangunlah. Kau membuatku seperti ikut mati di sini, Harin ah."

Tangis Dongmyeong semakin pecah. Kanghyun memeluk tubuhnya yang gemetaran menahan sedih juga takut. Dia belai rambut Dongmyeong tapi bibirnya tetap bungkam. Tidak ada kalimat penghiburan apapun yang bisa menenangkan Dongmyeong saat ini. Tidak ada.

*** 

"Tuan, Mogu tidak mau makan sejak tadi, " lapor bibi asisten yang mengurus apartemen Hyojin saat pemuda itu baru kembali dari markas kepolisian setelah melakukan berbagai rapat darurat.

Hyojin lantas mengikuti wanita itu menuju ruang tengah. Mogu sedang berbaring menelungkup di atas karpet. Hyojin menghampirinya dan ikut duduk.

"Wadah makan masih penuh. Saya sudah berusaha memberinya makanan basah dan snack tapi Mogu terus berbaring seperti itu seharian. "

VERSELUFT || RAVN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang