5. Jailnya Kumat

271 31 7
                                    

ԅ۝✧GENG DREAM✧۝ԅ

Sosok yang lebih tua tak lain adalah Rizan itu terbangun lebih dulu, ia membuka matanya dan berkedip beberapa kali.

Ia ingin duduk tapi tertahan oleh tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat membuatnya mendongak ke atas.

Ah dia baru ingat kalau semalam tidur bersama Jihan.

Rizan melepaskan pelukan Jihan dengan perlahan-lahan supaya tidak membangunkan anak itu, sedikit susah karena Jihan memeluknya dengan erat tetapi dia berhasil melepaskan pelukan erat itu setelahnya dia duduk dan melihat jam yang terpampang di layar handphone nya.

Masih jam 5 pagi, Rizan segera turun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Tak lama kemudian Rizan keluar dari kamar mandi dengan wajah segar, menyempatkan diri untuk melirik Jihan yang masih tertidur pulas di kasurnya sebelum keluar dari kamarnya.

Rizan akan membiarkan Jihan tidur lebih lama sementara itu ia pergi ke dapur untuk membuat sarapan.

Di dapur dia melihat Jemian sudah ada di sana sedang memanaskan panci yang entah apa isinya.

"Pagi." Sapa Rizan mengalihkan perhatian Jemian.

"Pagi juga." Jemian menyapa balik.

"Itu apa?" Tanya Rizan sambil menunjuk panci yang berada di atas tungku kompor yang menyala.

"Bakso yang semalem." Jawab Jemian.

"Oh iya gue hampir lupa sama baksonya."

"Jadi, kita gak usah masak lagi?"

Jemian menggeleng tidak setuju dan menjawab, "Kita masih harus bikinin bekal buat dua bocil."

"Oh iya, mau dibikinin apa?" Rizan bertanya lagi.

"Jihan mau nasgor kalo Carel mau sosis bakar sama nugget."

"Yaudah gue bikin nasgor, sosis bakar sama nuggetnya lo yang bikin." Kata Rizan.

"Iya." Jemian nurut saja.

Mereka berdua pun menjalankan tugasnya masing-masing sembari menunggu bakso yang sedang dipanaskan kembali.

Sementara itu disisi lain, Haikal baru saja bangun dari tidurnya.

Dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna alias masih setengah sadar, ia turun dari kasurnya dan melangkah keluar kamar tanpa mencuci wajahnya terlebih dahulu.

Haikal berdiri di depan pintu dapur memperhatikan Rizan dan Jemian yang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sepintas ide jahil muncul di otaknya, ia menyeringai kecil dan mendekati Rizan yang sedang mengorak-arik telur.

Dipeluk erat-erat sahabatnya itu membuat sang empu memekik terkejut karena mendapat pelukan secara tiba-tiba.

"Haikal!" Rizan memukul pelan tangan Haikal yang memeluk perutnya.

"Apa?" Tanya Haikal.

"Lepas, gue susah geraknya."

"Oke." Haikal melepas pelukannya lalu dengan cepat dia mencium pipi kanan Rizan.

"HAIKAL!" Bentak Rizan sambil memegang pipi kanannya yang baru saja dicium sedangkan sang pelaku tertawa renyah.

Jemian yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Jail banget sih." Komennya.

Lalu ia mengangkat nugget yang sudah matang dari penggorengan dan akan dia taruh di piring, namun dia mengernyitkan keningnya ketika melihat nugget di atas piring tinggal tersisa sedikit, "Loh kok tinggal dikit?"

Heaven In VillasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang