"Aku nggak nyangka ya selama ini kita diprank sama Oda sensei. Ternyata buah iblis Luffy itu Mythical Zoan! Nggak ada tanda-tandanya sama sekali dari chapter satu lho."
"Iya, one piece emang penuh kejutan. Dulu juga sebelum konsep hakki dijelaskan aku juga bertanya-tanya ya. Kok bisa di chapter satu itu Shanks cuman melotot aja si monster lautnya langsung pergi. Tapi sekarang make sense sih."
Habib memandangi jam dinding di tangannya sambil menyeruput kopinya yang mulai dingin. Tak terasa sudah satu jam mereka duduk di sini dan hanya bercerita tentang One Piece aja. Sungguh karakter Aina itu di luar dugaannya.
Sebuah bola tiba-tiba nyasar dan menabrak bahu Aina. Habib yang terkejut berusaha menghalangi namun gagal. Anak yang melempar bola itu menangis kencang karena dimarahi oleh ibunya. Aina bangkit dari kursi dan menghampiri anak balita itu. Entah apa yang dia katakan, tapi balita itu terlihat tenang. Aina menghapus air mata anak itu dan tersenyum. Mereka kemudian berpelukan. Si ibu sekali lagi meminta maaf pada Aina sampai kepalanya tertunduk 90 derajat. Aina melambaikan tangan pertanda bahwa dia tidak apa-apa. Ibu itu tampak sedih. Aina menepuk pundak sang ibu dan mengatakan entah apa. Sang ibu mengangguk lalu memeluk anak lelakinya yang sudah tenang.
Habib takjub melihat drama singkat itu dari kejauhan. Aina kini tertawa bersama ibu dan anak yang baru saja dia temui itu seolah mereka sudah kenal lama. Aina menunjuk beberapa bola sepertinya menanyakan warnanya. Si anak menjawab dan kemudian Aina bertepuk tangan dengan heboh sehingga mereka tertawa bersama. Sepertinya Aina sangat menikmati profesinya sebagai dokter anak.
"Dia akan menjadi ibu yang baik," ucap Habib tanpa sadar tapi kemudian dia menggeleng dan menepuk pipinya. Meskipun Habib tak ingin berharap tapi dia tidak bisa menipu dirinya sendiri bahwa dia memang tertarik dengan Aina. Bagaimana tidak? Aina itu cantik, lembut, penyayang dan wangi. Semua laki-laki normal pasti tertarik padanya. Namun Habib tetap sadar diri akan status sosial mereka yang berbeda jauh.
Aina akhirnya kembali ke tempat duduknya lagi. "Maaf ya aku tinggal. Aku nggak bisa diam aja melihat anak yang tantrum," senyum Aina.
"Iya nggak apa. Anak tadi itu kenapa?" tanya Habib penasaran.
"Hm, baterainya kurang. Dia tipe physical touch," jelas Aina.
"Oh, teori 5 baterai kasih sayang yang ada dibukumu ya?" tanya Habib.
Aina tertawa kecil. Menunjukkan giginya yang rata dan cantik."Ternyata kamu baca bukuku ya. Aku jadi malu. Itu teori aku adaptasi dari Gary Chapman. Five love language. Aku pakai kata baterai kasih sayang biar lebih mudah dipahami orang-orang awam."
"Adaptasi yang cerdas. Aku yang awam juga dari sedikit-sedikit paham. Muridku yang bermasalah, rata-rata baterainya juga kurang seperti itu. Minggu kemarin aku coba mengobrol dengan anak-anak yang ketahuan lagi ngerokok di belakang kantin. Aku coba pakai teori komunikasi yang aku baca dari bukumu dan ternyata ngaruh juga buat mereka. Ternyata mereka itu seperti bayi mentalnya, hanya badannya saja yang besar. Anak-anakku itu typenya Quality Time. Mereka suka sekali kalau aku mengajar dengan menggunakan metode permainan. Makasih banyak sudah menulis buku yang bermanfaat, Ai."
Sudut bibir Aina terangkat. Habib baru menyadari bahwa ada tahu lalat kecil di bawah bibir Aina yang membuatnya terlihat makin manis.
"Manusia itu memang pada dasarnya adalah bayi besar. Semua orang butuh kasih sayang. Aku juga senang jika bukuku bisa membantu."
***
Aloha pembaca budiman! Alex di sini. Apa kalian kangen sama aku? Jujur aja ya aku nggak muncul beberapa hari karena tidak tahan dengan keromantisan ini. Aku nangis dipojokan minta dibikinin pacar yang cantik sama Mamiku tapi belum dikabulkan. Ya udah aku ngambek dulu dan nggak menyapa kalian. Udahlah, kalian nikmati aja ya dinamika hubungan Aina dan Habib. Kayaknya masih jauh sih mereka nikahnya. Prediksiku masih di chapter 40. Yah, pokoknya aku ogah muncul kalau mereka lagi romantis-romantisan. Nanti aja aku muncul pas mereka mau cerai. Hahahahaha!
Bye bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter 2
RomanceKehidupan setelah pernikahan ternyata tidak mudah. Tidak seindah di novel-novel romance. Apakah happly ever after itu ada?