"Anhhh, No! Marven..."
Jay bergerak selaras dengan hentakkan Marven. Pria itu begitu beringas, menggenjot Jay amat kasar nan brutal. Melupakan bahwa ini kali pertama Jay bercinta. Beruntung, Marven menjadi orang pertama yang mencicipi tubuh cantik Jay.
Marven pula tak menyangka desahan rival nya ini amat seksi dan erotis. Malam terasa panjang. Jay terkulai lemas tak berdaya, padahal baru keluar dua kali. Marven terkekeh, kecil.
Lengan nya menyibakkan poni Jay yang lepek akibat keringat.
"Lo manis juga, ya." Ucap Marven, masih terus bergerak diatas tubuh si manis. Ia baru keluar sekali, dan Marven merasa belum puas.
"Kapan berhentihh?"
"Sampai gua puas."
Sial. Jay merasa bodoh karna mau menerima taruhan dari Marven, yaitu taruhan kartu. Terlihat konyol, namun hadiahnya tak main main. Marven menjanjikan jika dirinya kalah, maka Marven akan pindah sekolah, plus motor yang selama ini dirinya gunakan, akan diberikan pada Jay secara cuma cuma.
Jay tentu saja mau, lantaran permintaan Marven hanya ingin menjadikan Jay sebagai budak seksnya. Jay terlalu meremehkan cara berpikir Marven. sehingga tanpa mempertimbangkan taruhan nya, Jay menyetujui nya. Ia dengan penuh percaya diri, akan memenangkan taruhan ini. Nyatanya malah sebaliknya.
Ah, untuk Jay. Pria itu selama nya akan menjadi budak seks Marven, selagi Marven masih kecanduan dengan tubuh Jay. Maka perjanjian tidak akan berhenti.
°°°°°
"Gimana semalam?"
Jay mendelik sinis. Karna percintaan itu, yang sampai memakan waktu berjam-jam. Jay jadinya tak dapat bergerak dengan bebas. Tubuhnya terasa remuk, lubang nya pun perih sekaligus sakit. Jay menyumpahi Marven dengan berbagai kalimat sumpah serapah.
"Sialan lo! Nyesel gua terima taruhan nya." Celetuk Jay, jujur.
Marven tertawa, terbahak-bahak. Menyaksikan Rival nya kesulitan tuk berjalan. Dengan berbaik hati, Marven hendak membantu.
"Jangan deket deket! Diem di situ."
"Nggak mau di bantu?" Tanya Marven, lengan nya menyilang di depan dada. Alisnya naik turun, menunggu jawaban dari si empu.
"Ya-Yaudah bantu cepetan!"
"Kata tolong nya mana?"
Marven tak mau membantu Jay, selagi laki laki itu tak menggunakan kata yang baik, dan tak lupa dengan kata, 'Tolong'.
"Tolong bantu gua buat ke kamar mandi. Badan gua lengket banget."
"Setan, babi Lo. Anak iblis, semoga di seruduk banteng!"
Jay tersenyum, paksa. Pria itu menyumpahi Marven dalam hati. Mengharapkan pria di hadapannya ini mendapatkan sial selama hidupnya.
"Baik, sayang."
"Sok imut, kaya biji peler." Jay.
"Peler Lo yang imut."
°°°°
Libur sekolah telah berlalu, kini sudah hari Senin, lagi. Semua siswa-siswi kembali ke sekolah untuk belajar. Mencari ilmu supaya bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna.
Marven sudah ada di sekolah sejak pukul 06:30. Ia datang pagi pagi bukan karna rajin. Tapi ada pekerjaan rumah yang belum Marven kerjain. Jadinya, Marven kerjain di sekolah, dan nyontek ke temen temen seperkokokan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Rival
FanficNasib Jay yang malang akibat menerima taruhan dari rivalnya sendiri--Marven. Penuh percaya diri, jika dirinya yang akan menang. Namun kenyataannya justru sebaliknya. °°°° Lapak BXB! cr; pinterest, Twitter, Instagram, dll.