Ketika sampai di depan rumah Aina, ada sebuah mobil Tesla turut menepi. Dua orang wanita cantik dengan struktur wajah yang mirip dengan Aina turun dari sana. Yang satu usianya sudah lewat setengah abad namun masih terlihat cantik. Wanita itu tersenyum ramah pada Habib. Habib menduga, dia adalah ibunya Aina. Sementara cewek yang satunya lagi. Kira-kira seumuran dengan Habib atau lebih tua sedikit. Dia cantik sekali, tapi tatapan matanya sangat galak dan serasa menusuk jantung Habib. Entah mengapa Habib bisa merasa sakit hanya karena tatapannya saja. Habib yakin, ini adalah kakak Aina. Bella yang Children free itu.
"Na! Kamu ke mana aja. Aku telepon dari tadi kok nggak diangkat!" ketus cewek jutek itu.
"Eh, iya." Aina merogoh tas dan menemukan hapenya dalam keadaan mati. "Maaf aku lupa ngecash. Baterainya habis."
"Ini siapa Aina?" tanya sang ibu yang suaranya terdengar lembut dan bijaksana.
Habib tidak mengira wanita itu akan bertanya tentangnya. Dengan Aina yang memakai helm gejek, Habib berpikir mungkin dua wanita itu akan mengira dia tukang gejek biasa dan bisa langsung kabur.
"Ah ini, Habib. Habib ini kakak dan ibuku," jelas Aina.
Seperti yang Habib duga. Bella tampak terkejut. Sepertinya cewek itu tadi mengira Habib memang tukang gejek biasa yang mengantarkan adiknya. Kini sorot mata wanita itu semakin memicing, bikin Habib jadi panas dingin aja. Dia menyalami kedua orang itu dengan takut-takut.
"Ng... Anu Ai, aku dapat orderan masuk. Maaf ya aku agak buru-buru," dusta Habib. Padahal dia belum menyalakan aplikasi Gepartner-nya. Pokoknya dia harus segera kabur dari situ supaya tidak terpanggang akibat tatapan seram Bela yang rasanya seperti kena lasernya Cyclops.
"Oh ya, makasih untuk hari ini ya, Habib. Sampai ketemu lagi," senyum Aina.
Setelah Habib kabur. Bella yang masih tidak percaya kembali bertanya pada Aina.
"Na, tuh siapa? Gejek langgananmu?" tanyanya.
"Hm, bisa dibilang begitu sih. Tapi kayaknya lebih tepatnya dia adalah calon imamku," ucap Aina sembari tersipu-sipu.
"Calon imam?" Bella dan ibu sama-sama kaget mendengarnya.
"Iya Bu! Nanti Nana ceritain deh! Dia tuh calon mantu kriteria Ibu banget!" seru Aina sembari menggenggam tangan ibunya.
"Oh ya?" tanya sang ibu yang langsung penasaran.
"Iya, dia langsung mampir ke masjid begitu dengar suara adzan. Pengetahuan dia tentang Tafsir Qur'an juga bagus banget!"
"Wah, kapan-kapan bawa dia ke rumah ibu ya."
Aina senang ibunya tampak mendukung. Memang bagi ibunya agama calon mantunya adalah yang nomor satu.
"Kamu serius? Aku kira dia tukang gejek," kata Bella yang tampaknya masih belum dapat menerima informasi dengan baik.
"Emangnya kenapa kalau dia tukang gejek?" Aina balik bertanya.
Mulut Bella ternganga lebar sampai ada alat yang hampir masuk ke sana.
"Serius? Kamu pacaran sama tukang gejek?" kata cewek itu nggak percaya.
"Belum bisa dibilang pacar sih. Kami masih PDKT." Aina yang tidak paham situasi menjawab dengan malu-malu.
"Wah, nanti ceritain ke Ibu ya. Kalian kenalnya gimana."
Bella mengerutkan kening melihat ibunya yang tampak biasa saja. Ini adiknya pacaran sama tukang gejek lho! Kok ibunya kelihatannya biasa aja gitu.
"Iya Bu, ceritanya begini." Aina menggandeng ibunya masuk ke dalam rumah sembari menceritakan awal pertemuannya dengan Habib secara lengkap.
Bella mengekor di belakang mereka dengan ekspresi yang masih tidak percaya. Tukang gejek? Calon iparnya Tukang gejek? Yang bener aje!
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter 2 (END)
RomanceKehidupan setelah pernikahan ternyata tidak mudah. Tidak seindah di novel-novel romance. Apakah happly ever after itu ada?