BAB 10

94 20 18
                                    

Hari yang dinanti-nantikan oleh para penduduk Pulau Jeongdo akhirnya tiba juga. Festival Kunang-kunang dirayakan dengan sangat meriah. Pada pagi hari mereka semua berbondong-bondong pergi ke kuil untuk mendoakan arwah nenek moyang mereka yang tewas di tangan para samurai Jepang lebih dari lima ratus tahun yang lalu. Siangnya, berbagai macam pertandingan olahraga diadakan, dari mulai gulat tradisional Korea, berjalan di atas tambang, cha'jon nori, nol-ttwigi, lomba menerbangkan layangan, dan masih banyak lagi. Buk atau beduk tradisional Korea diarak serta ditabuhkan sepanjang sore.

Tapi acara puncak yang sebenarnya diadakan pada petang harinya. Hampir semua penduduk Jeongdo akan mengenakan hanbok dan berkumpul di alun-alun desa untuk menyaksikan berbagai macam pertunjukan seni dan pasar malam.

Sejak diberitahu oleh Yoojung kalau mereka semua harus memakai hanbok pada Bandisbul Chugje atau Festival Kunang-kunang, Taehyung langsung membeli beberapa pasang hanbok baru, masing-masing untuk setiap anggota keluarga Sung dan juga untuk dirinya sendiri. Ia melakukan itu semua bukan karena Keluarga Sung tak memiliki hanbok yang masih layak pakai, melainkan ia tak ingin mereka memaksanya untuk memakai hanbok milik mendiang Jinwoo. Taehyung tak ingin seseorang teringat kepada Jinwoo saat melihat dirinya.

"Oppa, kau sudah siap?" Yoojung merapihkan pita hanboknya yang berwarna pink muda.

"Aku sudah siap." Taehyung keluar dari dalam kamar.

"Waaah, Oppa ganteng sekali!" Tanpa malu-malu, Yoojung melompat dan menggandeng lengan Taehyung.

Dong-il, Ok-suk, dan nenek Park juga sudah siap dengan hanbok masing-masing. Mereka semua memuji ketampanan Taehyung.

"Kau mirip sekali dengan pangeran Dinasti Joseon." Puji Bibi Sung. "Benar-benar tampan." Ujarnya kagum.

"Woo-ah," Nenek Park tersenyum riang sambil bertepuk tangan memandang Taehyung.

"Kalau aku bagaimana? Apa aku juga cantik?" Yoojung melepaskan lengan Taehyung dan mulai bergaya di hadapan lelaki itu. Rambutnya yang dikepang dan dibelah tengah bergoyang-goyang saat gadis SMA itu berputar.

"Tak ada yang lebih cantik di sini selain dirimu." Taehyung mencubit ujung hidung Yoojung.

"Benarkah, Oppa?" Yoojung membelalak tak percaya. "Ah, Oppa ini cuma asal omong saja, ya?"

"Tidak. Kau memang yang paling cantik di sini-----di rumah ini."

Yoojung mendengus. "Oppa membandingkanku dengan eomma dan nenek?" Tanyanya sebal.

Taehyung tertawa kecil, "tapi Bibi Sung dan Nenek memang cantik, layak untuk dibandingkan denganmu." Jawabnya.

"Huh! Oppa tidak pernah serius memujiku." Yoojung cemberut.

Taehyung berpura-pura tak mendengar. Yoojung memang selalu bersikap manja kepadanya, tingkah gadis itu juga terkadang sangat menggemaskan. Taehyungpun sudah menganggap Yoojung sebagai adiknya sendiri, oleh sebab itu ia tak jarang mencandai gadis remaja itu.

Taehyung dan seluruh Keluarga Sung meninggalkan rumah mereka untuk melihat Festival Kunang-kunang di alun-alun Pulau Jeongdo.

"Hyung Ahjussi!" Jun dan Yisoo berlari-lari kecil menghampiri rombongan Taehyung.

"Ahjussi, kau tidak bersama Noona?" Jun menanyakan gurunya yang tidak kelihatan batang hidungnya di mana-mana.

Sebenarnya sepanjang pagi hingga menjelang sore hari, Taehyung dan Yoojung terus bersama-sama dengan Yoona menonton segala permainan tradisional yang dipertandingkan di Pulau Jeongdo. Mereka baru berpisah dua jam yang lalu untuk mandi dan menukar pakaian mereka dengan hanbok.

"Hyung baru mau menjemput Yoona noona." Jawab Taehyung. Tadi sore ia sudah berjanji pada Yoona untuk menjemputnya di rumah.

"Aku ikut!" Jun berseru.

LOVE THAT DOESN'T HAVE A NAME [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang