Bagian 2 - Semu

754 12 3
                                    

Hubungan gila antara Erica dan Bintang dimulai tiga bulan lalu saat cowok itu datang ke rumah untuk bermain PS bersama Rey, hanya mereka berdua tanpa Jovan dan Dika.

Hari itu sore, Erica baru pulang kerja dan ia dapati Bintang tergeletak tidur di sofa dengan kaki menggelantung, juga satu lengan menutupi wajah, sedang saat itu Rey entah kemana, mungkin mandi.

Awalnya Erica hanya menatapi Rey, ia berpikir andai ia memiliki pacar, pasti lelah setelah bekerja seharian tidak akan terasa seberat ini. Ia bisa langsung melompat memeluk pacarnya, curhat ini itu. Namun, tiba-tiba Bintang menyingkirkan lengan dari wajah, membuat tatapan mereka bertemu.

Bintang yang memulai semuanya dengan satu kalimat tanya berisi, "Lo udah pernah ciuman, Mbak?"

Kemudian entah apa isi otak keduanya, mereka langsung berciuman. Jelas Erica bukan cewek di bawah umur, angka kelahirannya menunjukkan ia sudah berumur dua puluh enam tahun, dan Bintang sendiri pun bukan remaja kemarin sore yang masih memakai seragam putih abu-abu, ia mahasiswa semester lima.

Keesokannya, keesokan lagi, lagi, lagi dan, lagi, setiap Bintang main ke rumah, cowok itu akan memanjakan Erica, melepas dahaga yang tidak Erica dapatkan dari siapapun. Kalau ditanya mereka berhubungan atau tidak, situasi saat ini belum membawa mereka sampai ke titik itu, keduanya hanya saling mencumbu dan menyentuh satu sama lain, tidak hanya soal keintiman, mereka pun pernah teleponan saat Erica kesal pada atasannya di kantor, kadang vidio call jika sempat.

Seperti malam ini, Erica berbaring miring di atas ranjang sedang menunggu panggilan videonya di terima oleh Bintang.

Sayang sekali panggilan ditolak, disusul satu chat masuk dari cowok itu. 'Gue lagi di lapangan futsal, Cantik. Nanti gue calling.'

Ah iya ..., Erica baru ingat tadi adiknya pamit mau main futsal, pasti lah Bintang ikut.

Membalas lesuh. 'Lama lagi? Gue gabut di rumah.'

Chat langsung ter-ead.

'Pengen sesuatu?'

'Iya,' balas Erica gigit bibir kecil. 'Pengen liat lo yang keringetan.' Jangan coba-coba mengatakan Erica genit, visual Bintang yang terlalu menggoda.

Cowok berambut gondrong yang kalau diikat terlihat gagah itu punya pesonanya sendiri. Walau dekil, walau lusuh, walau gosong, Bintang tetap Bintang yang panas! Maskulin tanpa batas.

Tanpa diduga balasan untuk chat Erica adalah foto pap cowok itu, yang mana hanya terlihat leher ke bawah. "Sialan!" maki Erica menutup wajah dengan satu telapak tangannya. Argh!!! Foto itu sangat seksi, urat yang selalu Erica sentuh saat mereka bercumbu terlihat begitu jelas.

Masuk lagi chat dari Bintang. 'Puas, Cantik?'

Erica tersipu, wajahnya memerah. 'Semangat main futsalnya, Dedek ganteng.' Tak lupa Erica sematkan emot yang mengeluarkan love dari bibir.

'Gue bukan adek lo, Rey noh adek lo.'

Erica terbahak, baru juga tadi dipuasin ia sudah merindukan Bintang, rindu ini adalah rindu mengobrol, banyak hal yang ingin Erica ceritakan pada cowok itu. Selain enak diajak bercumbu, Bintang juga enak diajak deep talk.

Sekadar membalas dengan emot tangan membentuk love, Erica bangkit dari duduk, ia raih laptopnya guna memeriksa pekerjaan, toh Bintang juga tengah sibuk futsal.

Sejauh ini Erica masih berusaha bertahan mengais pengalaman dan rezeky di kantor pengacara, menghadapi berbagai macam kharakter manusia menyebalkan sampai nanti tabungannya mencukupi untuk ia membuka usahanya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Romantic Homicide - 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang