"APA SELAMA INI KAMU TAK PERNAH AKU AJARKAN BAGAIMANA BERSIKAP PADA SAUDARA MU SENDIRI HAAA!! !". teriak Dirga menggema diseluruh ruangan itu.
Urat-urat lehernya seakan ingin keluar karena begitu emosi, entah kenapa melihat Refa terluka seperti itu rasanya hatinya begitu sakit padahal dia hanya anak angkat dirumah itu.
"Papa dan mama membesarkan mu selama ini tapi ternyata kamu semakin bandel dan tak punya etika sama sekali". Sambungnya lagi dengan suara rendah karena sudah ngos-ngosan ketika berteriak.
"Cuihhh". Nara meludah mengeluarkan d*rah, kemudian mengusap kembali d*rah di hidungnya.
"Hahahah". Dia tertawa begitu terdengar lantang, tapi dibalik tawa itu ada hati yang teriris begitu pilu melihat ayah nya m*nampar dirinya demi membela anak angkatnya, bahkan pria paru baya itu tidak mendengar penjelasannya terlebih dahulu.
"Katakan pada saya, ajaran apa yang anda berikan selama ini?". Tanyanya menatap Dirga menantang.
Dirga yang mendengar anaknya menyebut kata 'anda' bukan 'papa' seketika membuat dadanya sesak. Hatinya tak terima jika putrinya mengatakan hal itu.
"JAWAB!!". teriak Nara dengan dada kembang kempis.
"Semoga anda dan keluarga anda yang lainnya tidak akan menyesal melakukan hal ini pada saya. Karena jika sampai itu terjadi maka saya Anara Gizella Mahendra tak akan memberi kata maaf bahkan sampai saya m*ti sekalipun".
Deg
"Ke-kenapa hatiku sakit sekali mendengar ucapan putriku". Batin Fani memegang dadanya yang terasa sakit tiba-tiba.
"Apa aku sudah keterlaluan ? Sampai melukainya seperti ini ?. Padahal Refa hanya mendapat luka kecil tapi aku sampai tega menampar putriku sampai berdarah". Batin Dirga melihat tangannya yang sedikit gemetar.
Nara mengambil kembali kantong kresek nya yang sempat terjatuh kemudian berlari menuju kamarnya.
"Maaf ma, gara-gara kehadiran Refa dirumah ini kak Nara jadi membenci kalian semua". Kata Refa membuyarkan lamunan Fani. Wanita paru baya itu membawa putri kesayangannya kedalam pelukannya.
Setelah sampai dikamarnya Nara berlari kekamar mandi dan mendongakkan kepalanya keatas, tak berselang lama akhirnya d*rah yang sedari tadi mengalir langsung berhenti.
Gadis itu segera membasuh wajahnya, menatap pantulan dirinya pada cermin.
"Aishhh, pasti akan bengkak besok pagi ini". Ucapnya memegang sudut bibirnya.
"Bagaimana aku ke sekolah kalau begini". Sambungnya.
Semua terdiam, mulut mereka seakan terkunci. Begitupun dengan Dirga, dia tak tahu harus mengatakan apa sekarang. Emosi yang tadi meluap-luap seakan mereda melihat anaknya yang terluka
"Semenjak anak p*ngut itu menginjakkan kaki dirumah ini, semenjak itu juga anda dan istri serta anak anda melupakan saya tuan Dirga Mahendra". Ucap Nara tanpa air mata yang keluar. Hatinya seakan mati pada keluarganya sendiri.
"Anda hanya mendengar penjelasan dari anak p*ngut itu, tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu dengan saya, tapi anda sudah menyakiti fisik anak kandung anda sendiri. Sungguh begitu lucu anda ini". Sambungnya lagi dengan kekehan kecil.lagi dengan kesal.
Dia kemudian membersihkan diri dan kembali ke kasurnya merebahkan tubuhnya disana, tak lama matanya terpejam dengan nafas yang beraturan. Dia seakan begitu lelah akan hari ini.
Hingga malam Nara tak kunjung keluar kamar, Davin yang tidak melihat adiknya tidak bergabung untuk makan malam seakan bertanya-tanya dalam hati.
"Nara kemana ma?". Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y.A.K.A.D
Fiksi RemajaIni bukan cerita transmigrasi tapi cerita dimana kekecewaan anak kandung yang sudah tidak bisa ditolerir lagi sebab keluarga nya lebih menyayangi anak angkat nya dibandingkan dengan dirinya yang notabene anak kandung dirumah itu. Hingga di sadar dan...