Kini Nara sudah berada diruang guru, lebih tepatnya di ruang BK. Gadis itu duduk dengan santai didepan guru BK tersebut.
"Kamu tahu kenapa saya memanggil mu kesini ?". Tanya Bu Aulia selaku guru BK dengan wajah datar.
"Karena masalah Refa ?". Bukannya menjawab Keyra malah bertanya pada ibu Darlina.
"Ternyata kamu sudah mengetahuinya. Jadi apa ada pembelaan?". Tatapan itu seakan mengintimidasi, tapi Nara hanya bersikap biasa saja ketika ditatap seperti itu membuat Aulia mengerutkan kening nya.
"Saya hanya tidak sengaja melakukan itu, saat saya tidur dikelas ketika jam istirahat dia malah datang ke kelas saya yang katanya ingin mengajak saya kekantin bersama, tapi saya merasa dia tidak mengajak tapi lebih tepatnya memaksa". Jawab Nara memberi pembelaan.
"Maksud nya?".
Nara menghela nafas berat. "Ketika saya tertidur dia datang entah dari mana bersama teman nya bahkan saya sampai terjatuh ke lantai karena ulahnya. Tapi dia semakin tidak tahu diri menarik paksa saya hingga saya harus menepis tangan nya dan ternyata dia sangat lemah hingga jatuh dan mengenai meja". Jelas Nara.
Aulia mengangguk-angguk kepalanya tanda mengerti, kemudian sejenak berfikir dan sesekali melihat buku yang ada dihadapannya nya mencari nama Nara, tapi beberapa kali dia membolak-balikkan buku itu tak ada satupun nama Nara dalam daftar hitamnya.
"Baiklah, karena kamu telah mencelakai adik kelas mu saya terpaksa men-skorsing kamu Selama tiga hari. Sebenarnya saya mengerti permasalahan yang tadi kamu jelaskan tapi saya harus mematuhi peraturan sekolah". Ujar Aulia kembali menatap Nara.
"Baiklah saya mengerti, walupun sebenarnya ini bukan salah saya sepenuhnya tapi saya bisa menerima nya".
Setelah urusannya selesai akhirnya Nara keluar dari ruangan guru BK itu. Sepanjang jalan menuju kelasnya banyak sekali bisik-bisik yang terdengar tidak jelas ditelinganya.
"Siapkan mental mu ra. Kamu pasti bisa". Gumam Nara memberi semangat pada dirinya sendiri.
Dia kembali berjalan menuju kelasnya Disana sudah ada Indira yang menghadang nya memberi pernyataan yang begitu banyak.
"Aku di skorsing tiga hari". Hanya itu yang bisa Nara katakan saat ini.
"What !!? Kok gitu sih?". Pekik Indira dengan keras.
"Ya bisa aja begitu kan. Buktinya aku betulan di skorsing ". Jawab Nara mengedipkan kedua bahunya.
"Tapikan ini bukan sepenuhnya salah mu. Astaga jika aku jadi kamu mungkin aku akan mengamuk pada anak sialan itu". Geram Indira, dia tidak tega melihat sang sahabat harus tidak kesekolah gara-gara Refa.
"Sudahlah, aku malas berdebat dengan mereka. Percuma kan menjelaskan sampai mulut berbusa tapi mereka tidak mungkin percaya, membuang tenaga saja". Pikir Nara
tentu apa yang dikatakan gadis itu memang kenyataannya, bahkan keluarganya saja tak pernah mempercayai apalagi orang lain.
Indira hanya terdiam melihat sang sahabat dengan wajah sendu nya, dia ingin protes kembali tapi segera dihentikan oleh Nara.
*****
Nara telah sampai di kediaman orang tuanya, tapi ada yang berbeda rumah itu tampak begitu sepi dan pikiran nya langsung tertuju pada putri kesayangan mereka.
"Sebegitu sayangnya kah kalian pada anak pungut itu, bahkan ketika dia terluka kalian langsung menjenguknya sedangkan aku ?....".
Nara tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, sungguh hatinya yang paling dalam begitu sakit melihat perhatian mereka pada anak angkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Y.A.K.A.D
Teen FictionIni bukan cerita transmigrasi tapi cerita dimana kekecewaan anak kandung yang sudah tidak bisa ditolerir lagi sebab keluarga nya lebih menyayangi anak angkat nya dibandingkan dengan dirinya yang notabene anak kandung dirumah itu. Hingga di sadar dan...