DUNIA kegelapan itu tidak ada yang menyenangkan, maka ramai umat manusia sebisanya berusaha untuk tidak dicampak ke dalam dunia penuh kekejian ini. Namun tidak sedikit pula, para manusia yang tetap dilempar selamanya ke dalam alam kegelapan untuk dihukum atas perbuatan mereka di bumi selama hidup mereka.
Alde dulu pernah menghukum langsung jiwa-jiwa yang telah dikutuk tersebut, namun tidak berlangsung selamanya karena sejak pertama kali mengenal sosok Ethan, hingga hari ini Alde sudah tidak pernah menyentuh jiwa-jiwa tersebut. Ia lebih memilih untuk coba menikmati kehidupannya yang membosankan ini, dan sesekali turun ke bumi dengan beberapa tujuan tertentu.
"Ehem!" Deheman yang disengajakan itu mencuri perhatian Alde yang sedang beristirahat di kastil miliknya. Terbaring nyaman di atas sofa besar dengan kaki saling bersilang dan lengan yang diposisikan ke atas kepalanya. Alde tahu sang gerangan yang telah lancang mengusik waktu istirahatnya ini. Hanya seorang saja lagi selain Anne, yang biasa bertingkah seenaknya kepadanya. "Apa?" tanya Alde singkat.
"Siapa yang lo bawa tadi?" tanya sang gerangan tersebut yang kini sudah mengambil duduk di salah satu sofa berdekatan Alde. Caius, nama diberi. Sosok seperti Alde, namun pangkatnya lebih rendah tetapi tidak serendah para iblis pelayan. Caius lebih mendominasi menjadi Alde kedua, kadang tugas yang diutuskan untuk Alde, Caius lah yang mengurusnya. Ya, dengan bahasa manusia, Caius seolah orang kepercayaan Alde.
"Penghuni kerajaan langit," jawab Alde santai.
Caius tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya, "kok bisa? Ngapain anjir bawa makhluk suci ke dunia keji ini?" ujar Caius dengan rasa penasarannya.
"Tentu saja menidurinya."
"Anjing?!!" Kaget Caius lagi, kini tubuhnya yang tadinya bersandar santai sudah tegak dengan raut wajah yang serius. Mendengar dari jawaban sang teman, tentu saja Alde saat ini bukan dalam mode bercanda. "Lo serius, Al?"
"Iya." Alde bangun dari posisinya, duduk menghadap Caius yang menatapnya penuh rasa ingin tahu. Telunjuknya naik menunjuk kedua matanya, "baca pikiran gue, gue izinin."
Mendapat izin dari Alde, Caius segera memfokuskan perhatiannya kepada kelereng merah Alde, menyelam dalam demi mengetahui cerita sebenar yang terjadi di antara makhluk suci tersebut dan Alde. "Oh fuck, Al. Lo niat bunuh Ethan?" tanya Caius blak-blakan, sesaat selesai membaca pikiran Alde. Tidak habis pikir dengan jalan permainan anak kepada raja iblis satu ini.
"Gak ada jalan lain, Caius. Ini juga gak akan mengancam nyawa Ethan, gue udah sentuh dia semalam." Jujur Alde pula memberitahu sang teman kalau dirinya berkunjung lagi ke rumah Ethan beberapa hari yang lalu. "Penyatuan gue sama malaikat bertopeng iblis itu gak akan bisa lawan magis yang gue pagarkan di tubuh Ethan."
Caius menggeleng mengalah, sadar kalau dirinya tidak punya hak apapun atas keputusan Alde, cukup sekadar memberi saran atau membantu apa yang perlu saja. "Udah sampe ditahap lo kasi kekuatan lo ke Ethan, Al. Masih belum mau berdepan dengan dia secara langsung?" tanya Caius lagi, bukan dirinya tidak tahu bagaimana rumitnya pemikiran Alde hanya untuk menemui sang manusia yang ditandanya secara depan-depanan. "Kaine kasi tau gue kalau Micah kapan saja bisa mengeluarkan kekuatan dia, dan objek pertama yang bakal menerima itu adalah Ethan sendiri. Lo, mau atau enggak harus segera muncul di depan mereka."
Alde menunduk dengan kedua sikunya menopang pada pahanya, sesekali mengurut pangkal hidungnya saat banyak suara di dalam benaknya yang mula menyuruh itu dan ini. Alde bukan tidak mau muncul di depan Ethan dan Micah, tetapi ada risiko besar yang harus ia hadapi, sesaat ia muncul di depan Ethan, sudah tentu sang ayah akan segera mendeteksi mereka.
"Tch! Biar gue aja yang nikahin Ethan kalau lo masih payah begini! Gue sih oke oke aja jadi suaminya Ethan, lagi lagi kalau jadi daddy nya Micah. Siapa aja yang mau nolak."
Suara lantang yang bergema di ruang besar itu memecah hening, membuat kedua iblis jantan itu mengangkat wajah dengan raut muka berbeda. Menatap nanar dan datar sosok lelaki yang sedikit mungil dari mereka yang kini sudah berdiri tepat di depan mereka. "Lo tau gak si lo itu rumit Al. Kalau lo tau bakal begini, dari awal kenapa lo nekat buat sentuh dan beri tanda ke Ethan?"
"Kaine!" panggil Caius seraya menarik pergelangan tangan Kaine agar duduk di sampingnya. Agak khawatir kalau-kalau Kaine akan dilempar Alde karena terlalu lancang berbicara.
"Ish!! Gausah pegang-pegang!" pekik Kaine tidak terima saat tangannya ditarik, ia melepas kasar tangan besar Caius dari anggota tubuhnya. Si penghuni kerajaan langit itu yang malangnya berteman dekat dengan dua sosok setan di depannya ini mendengus penuh amarah. "Tanggung jawab gak lo ke Ethan!" Tunjuk Kaine dengan galak ke arah Alde. "Lo pikir gue gatau lo udah sentuh Lilithra hah! Emang lo SETAN BAJINGAN!!!" Emosi Kaine sudah memuncak, ia benar-benar muak dengan sikap lambat Alde kali ini. Bahkan dengan beraninya, setan bajingan ini menyentuh makhluk suci lain di saat Ethan dan Micah menanti kehadirannya.
Dan Caius seorang yang mudah panik itu kembali menarik tubuh Kaine, kali ini ia peluk dari belakang dan tubuh Kaine ditaruh pada pangkuannya. Tangannya melilit erat di sekitar tubuh Kaine, sebisa mungkin untuk tidak melepaskan Kaine. Demi kebaikan semua, karena Caius takut bakal terjadi perang kedua di kastil milik Alde ini.
"Ngomong Alde! Jangan diem doang!" Bentak Kaine, masih tidak berpuas hati. Lebih lagi, saat ini di bumi, kesehatan Micah sedang tidak baik-baik saja.
Alde bangun dari duduknya, ia melangkah sedikit jauh dari kedua temannya itu, membelakangi mereka karena tidak mau menunjukkan raut kebingungan di wajahnya saat ini. Oh sial sial, umpatnya berkali-kali.
"Konklusi singkat dari gue, kalau gue muncul sekarang di depan mereka, keberadaan Ethan dan Micah bisa diketahui oleh Lucifer. Gue gamau itu terjadi!" Alde tau konsekuensi jenis apa yang bakal dihadapi mereka bertiga jika keberadaan Ethan dan Micah diketahui Lucifer.
"Terus sampai kapan lo mau begini?" timpal Caius mengambil bagian dalam bertanya.
"Yaudah lepasin Ethan-."
"Enggak." Laju Alde memotong ucapan Kaine. "Gue gak akan pernah lepasin Ethan," tekan Alde serius.
"Terserah lo deh, kalau lo beneran gamau kehilangan Ethan, malam ini mampir ke rumah Ethan. Micah sakit, tubuhnya panas melebihi tahap kepanasan bayi seumurnya. Satu-satunya penawar dia saat ini cuman susu dari Ethan." Kaine melepaskan diri dari pelukan erat Caius, "lo sendiri tau apa yang bakal terjadi kalau sampe Ethan nekat nyusuin Micah." Sorot tajamnya menusuk dalam, jelas memberitahu jika Ethan benar dalam keadaan bahaya jika Alde tidak bergerak sekarang.
Kaine mendekat ke arah Alde, ia kemudian berbisik penuh ancaman. "Kalau lo gak muncul juga malem ini, gue sendiri yang bakal cepuin ke Lucifer kalau anak satu-satunya ini udah punya anak lain sama makhluk bumi." Setelahnya, Kaine pergi dari sana, meninggalkan keheningan yang ada di antara Alde, Caius dan kastil mewah itu.
࿂ to be continued ࿂
KAMU SEDANG MEMBACA
devil's vow. jaeyong
Фэнтези[ ON HOLD ] M/M | JAEYONG | FANFICTION | GREEK MYTHOLOGY | FANTASY | ROMANCE | SUPERNATURAL | MATURE + EXPLICIT | MALE PREGNANT & LACTATION ⚠️ Hidup Ethan yang sudah berantakan selama ini, semakin dibuat berantakan kala kehadiran Alde, si makhluk m...